Ceramah Master Cheng Yen: Bersumbangsih dengan Welas Asih dan Kebijaksanaan Tanpa Pamrih


“Hari ini, yang ingin saya bagikan ialah kasus renovasi rumah penerima bantuan dua tahun lalu. Kami mengenal seorang nenek ketika kami memasang pegangan di rumahnya. Beliau berusia 91 tahun dan memiliki dua putra. Salah satu putranya adalah seorang insinyur dan masih lajang, sedangkan putra yang lainnya kehilangan kaki kirinya akibat kecelakaan di usia 20-an tahun. Kedua kaki nenek ini sangat lemah, beliau hanya bisa beraktivitas di dalam rumah atau berbaring di tempat tidur. Beliau tidak sampai hati melihat putranya yang kehilangan kaki. Karena itu, beliau selalu menjaga dan melindungi putranya ini. Ketika putra sulungnya mengajak beliau keluar, beliau selalu menolaknya, putranya pun menjadi sangat sedih,”
kata Li Zhi-mei relawan Tzu Chi.

“Setelah menerima kasus ini, kami pun berpikir bagaimana membantu nenek ini. Berhubung pikirannya masih jernih, kami berharap beliau bisa lebih banyak bergerak. Di sekitar rumahnya ada titik perawatan lansia. Jadi, setiap hari Selasa, kami membawanya ke sana untuk mengikuti kegiatan bersama kaum lansia lainnya agar beliau dapat memiliki lebih banyak interaksi sosial serta dapat melatih tangan dan otaknya. Ketika beliau tiba di titik perawatan dan dapat mengikuti banyak kegiatan, beliau pun sangat senang. Berhubung saya tinggal dekat dengan rumahnya, saya pun terkadang membawakan makanan yang tidak begitu keras untuknya. Saya memperlakukannya seperti orang tua sendiri,” lanjutnya.

“Ketika beliau memberi tahu bahwa rambutnya sudah panjang, saya pun membawa peralatan sendiri untuk memotong rambutnya sembari mendengarkan beliau bercerita. Jadi, dalam waktu singkat, kami telah membangun hubungan yang baik dengannya. Baru-baru ini, beliau memberi tahu saya bahwa beliau juga menyisihkan uang ke dalam celengan bambu yang saya berikan kepadanya. Sesungguhnya, beliau cukup hemat. Namun, beliau bersedia untuk menyisihkan uangnya ke dalam celengan bambu. Saya pun tercengang setelah mendengarnya. Selama selang waktu ini, melihat beliau masih bisa berpikir jernih, kami berharap beliau dapat menikmati kebahagiaan bersama keluarganya dan merasakan kehangatan bersama warga di komunitas,” pungkasnya.

Banyak orang tersentuh melihat apa yang telah dilakukan Tzu Chi. Ketika bertemu dengan siapa pun, relawan kita pasti berbagi tentang Tzu Chi. Demikianlah kita menggalang donatur. Yang terpenting ialah Tzu Chi membuat orang-orang tersentuh karena kita sungguh-sungguh menaati norma dan telah melakukan yang terbaik. Tidak hanya saya yang melakukannya dengan baik, kalian juga yang melakukannya dengan baik.


Sebagai insan Tzu Chi, sudah menjadi kewajiban kita untuk mengemban tanggung jawab. Setiap kali menerima kasus baru, relawan kita pun mengatur waktu untuk mengunjungi calon penerima bantuan. Terkadang, ketika melakukan kunjungan dan membawakan bingkisan kepada penerima bantuan, relawan kita bahkan mengeluarkan biaya sendiri. Demikianlah mereka mengemban tanggung jawab.

Untuk perjalanan yang lebih jauh, relawan kita berkendara sendiri atau naik angkutan umum. Itu juga dibiayai mereka sendiri. Inilah insan Tzu Chi. Relawan kita bersumbangsih tanpa pamrih dan telah mewujudkan apa yang seharusnya dilakukan oleh insan Tzu Chi.

Untuk setiap kasus amal, kita menganalisis dengan cermat terlebih dahulu jumlah anggota dalam sebuah keluarga dan berapa banyak biaya hidup yang mereka butuhkan dalam sebulan. Seberapa banyak yang bisa kita bantu, kita perlu memikirkannya dengan sepenuh hati. Inilah yang disebut "pikiran benar".

Semua orang harus merenungkannya dengan pikiran dan perhatian benar serta berhimpun untuk mengambil keputusan demi mencapai hal yang baik. Dalam keseharian, relawan kita bersumbangsih dengan cinta kasih yang tulus. Jadi, tetes-tetes donasi yang diterima Tzu Chi tidak ada yang sia-sia.

Semua relawan bersumbangsih dengan cinta kasih dan kekuatan mereka masing-masing. Dalam segala hal yang dilakukan, relawan kita selalu mengatasnamakan Tzu Chi. Jadi, semua yang telah dilakukan Tzu Chi merupakan hal yang baik.

Tidak ada kasus yang terlewat, tidak ada pula donasi yang digunakan tidak pada tempatnya. Semuanya mendapatkan bantuan sesuai dengan kebutuhan mereka masing-masing. Itu karena kita telah mengetahui jumlah anggota keluarga dan kebutuhan mereka sehingga kita dapat menganalisisnya dengan tepat. Kita tidak hanya memberi bantuan yang sesuai dengan kebutuhan mereka, tetapi juga melakukan kunjungan kembali untuk meninjau kondisi mereka.

Setelah mengunjungi para penerima bantuan, kita pun memahami kebutuhan mereka. Kemudian, kita menetapkan waktu kunjungan berkala untuk mencurahkan perhatian kepada mereka. Yang terpenting, kita juga meminta tolong kepada para tetangga atau lurah setempat untuk sering mengunjungi para penerima bantuan kita.


Ketika mengetahui kondisi penerima bantuan kita, lurah setempat juga dapat membantu mereka sehingga mereka dapat menjalani hidup dengan aman dan tenteram. Ketika terjadi sesuatu pada para penerima bantuan kita, lurah ataupun para tetangga dapat menghubungi kita.

Kini, kita memasuki era masyarakat lanjut usia. Selain orang-orang yang hidup kekurangan, juga banyak kaum lansia yang hidup sebatang kara. Inilah kondisi kehidupan di masyarakat saat ini. Mereka semua harus bergantung pada kita. Misi amal kita juga turut memperhatikan kaum lansia. Semoga kita semua dapat mengerahkan kekuatan cinta kasih. Ada pula bantuan darurat.

Beberapa waktu lalu, terjadi kebakaran di gedung Cheng Chung Cheng di Kaohsiung. Ketika berada di Kaohsiung, saya pun memberi tahu relawan kita bahwa kehidupan sungguh tidak kekal. Ketika terjadi bencana, kita harus segera mencurahkan perhatian. Ada pula korban yang tinggal sendirian, di manakah mereka sekarang?

Saat kebakaran terjadi, para relawan bergerak cepat. Ketika saya berada di Kaohsiung, relawan kita memberi tahu saya bahwa mereka telah memahami situasi di sana dan tahu apa yang harus dilakukan. Dengan begitu, mereka dapat segera melakukan upaya yang diperlukan.

Relawan kita juga sangat cepat dalam mencari tahu para korban kebakaran yang membutuhkan bantuan. Ini adalah pengalaman relawan kita yang terakumulasi dari waktu ke waktu. Selama puluhan tahun ini, dalam memberikan bantuan jangka panjang bagi orang-orang yang kurang mampu, kita selalu memberi perhatian secara berkala.

Namun, untuk bantuan darurat, kita harus bertindak cepat untuk menyalurkan bantuan. Kita harus segera berhimpun dan mencari cara untuk membantu para korban baik dalam jangka pendek, jangka menengah, maupun jangka panjang.


Saat saya membahas ini, sesungguhnya relawan kita juga mengetahui hal ini di dalam hati mereka karena mereka telah melakukannya selama puluhan tahun. Namun, kasus-kasus yang kita tangani sekarang berbeda dari kasus-kasus dahulu. Jadi, kita perlu melakukan penyesuaian kembali. Untuk itu, kita semua harus bekerja sama dengan harmonis.

Kita harus menyesuaikannya dengan perkembangan zaman dan lingkungan serta mencari tahu berapa banyak biaya hidup yang dibutuhkan. Kita juga perlu mengevaluasinya berdasarkan taraf hidup masyarakat saat ini. Kita harus membangkitkan cinta kasih dan kebijaksanaan. Selain memberikan bantuan materi, kita juga harus menyebarkan ajaran Buddha. Kita harus membimbing mereka dengan kebijaksanaan agar mereka memahami semangat Buddha.

Kita bersumbangsih tanpa pamrih. Bukan berarti kita hanya membantu orang-orang yang beragama Buddha. Tentu, jika kita dapat menginspirasi orang-orang untuk yakin kepada para Buddha dan Bodhisatwa, itu adalah hal yang baik. Itulah yang sering saya katakan bahwa keyakinan adalah ibu dari segala pahala yang menumbuhkan segala akar kebajikan.

Kebajikan kita harus dibarengi dengan perbuatan. Inilah praktik nyata untuk menciptakan berkah bagi dunia. Jika kita dapat memahaminya dengan jelas, itulah kebijaksanaan. Dengan demikian, saat menciptakan berkah, kita juga menumbuhkan kebijaksanaan.

Menjalankan tanggung jawab dan menaati norma dengan tulus
Bersumbangsih tanpa pamrih dan memiliki pikiran benar
Meringankan penderitaan dengan menghimpun cinta kasih
Berkah dan kebijaksanaan ada dalam setiap sumbangsih

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 13 Februari 2022
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Devi
Ditayangkan tanggal 15 Februari 2022
                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                   
Orang bijak dapat menempatkan dirinya sesuai dengan kondisi yang diperlukan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -