Ceramah Master Cheng Yen: Bersumbangsih di Tengah Masyarakat dengan Kesadaran Cemerlang

“Giginya ada bekas buah pinang dan badannya ada bau asap rokok. Tipe orang seperti inilah yang ingin Master inspirasi,” kata Jian Xi-jian, relawan Tzu Chi.

“Saya merasa bahwa Tzu Chi telah menyelamatkannya. Jika Master tak mendirikan Tzu Chi, mungkin kehidupan saya akan sangat menderita. Kini, saya menjalani kehidupan dengan bahagia dan memutuskan untuk mengikuti pelatihan relawan. Jika dipikir-pikir, dahulu saya sungguh bodoh dan sekarang saya cukup bahagia,” ucap Yang Chun-rui, istri dari Liu Kun-lian.


Saya terus memberi tahu semua orang bahwa kita harus mengingat bagaimana  kita menjalani kehidupan di masa lalu dan berapa banyak kesalahan yang telah kita lakukan. Kita harus selalu mengingatkan diri sendiri betapa banyak kebahagiaan yang kita dapat dari jalinan jodoh yang terjalin lewat kebajikan yang kita lakukan.

Jika ada orang membantu kita mencapai sesuatu, kita harus senantiasa memiliki rasa syukur. Jika kita yang membantu orang lain, kita harus sering memberi perhatian kepada orang itu. Setelah kita bantu, apakah orang tersebut sudah bisa mandiri dan bahagia?

Ini merupakan perhatian dan juga bagian dari ingatan kita. Kita membantu orang dengan cara seperti ini. Semua hal yang kita lakukan di masa lalu telah disimpan dalam "bank usia". Kini, dengan pengalaman ini, kita kembali bersumbangsih bagi masyarakat dengan usia mental yang muda. Kita jangan terus merasa bahwa kita sudah tua dan sudah tak berguna. Jika berpikir demikian, kita akan mengalami penurunan kesehatan dengan cepat.

“Dahulu ayah dan ibu saya yang melakukan daur ulang. Setelah ayah saya jatuh sakit, saya yang membantu melakukan daur ulang. Usia ibu saya juga sudah semakin lanjut, maka saya yang membantu melakukannya,” tutur Liu Kun-lian, Relawan daur ulang.

“Ya, saya melakukan daur ulang bersamanya. Saya melakukan daur ulang sudah hampir 30 tahun,” kata Yang Chun-rui.

“Kakak, apakah Anda tahu bahwa Anda merupakan orang tertua yang mengumpulkan barang daur ulang dengan truk? Anda sudah memecahkan rekor,” ujar Hong Zhan-yu, putra dari Hong Wang Jiao.

“Terima kasih. Master berkata bahwa kita harus menabung 50 tahun di "bank usia". Sekarang saya hanya berusia 40 tahun saja. Usia 40 tahun berarti masih muda,” jawab Yang Chun-rui.

“Kita telah melihat bahwa Bodhisatwa senior sangat tekun dan bersemangat, mereka merupakan teladan bagi kita di komunitas. Sudah lebih dari 10 tahun saya dilantik. Saya melihat Ibu Wang Jiao berpartisipasi dalam kegiatan apa pun, termasuk mendoakan orang yang telah meninggal dan menghadiri upacara perkabungan. Baik kegiatan berskala besar maupun kecil, dia selalu berpartisipasi. Selain itu, yang terpenting adalah beliau melakukan daur ulang setiap hari selama lebih dari 10 tahun. Karena itu, beliau telah menginspirasi 20-30 orang di komunitas untuk menjadi anggota komite,” ucap Hong Wang Jiao, Relawan Tzu Chi.


Saya sering berkata bahwa kita harus selalu berterima kasih kepada orang tua kita karena merekalah yang telah memberi kita kehidupan. Jika kita tak melatih diri pada kehidupan ini, lalu kapan kita akan melatih diri?

Kita harus memanfaatkan tubuh yang diberikan orang tua kita. Berhubung telah mendengar ajaran Buddha, kita harus baik-baik memanfaatkan tubuh kita untuk bersumbangsih. Ini juga merupakan balas budi kepada orang tua. Tubuh kita merupakan pemberian dari orang tua. Dengan menyayangi, melindungi, dan memanfaatkan tubuh kita untuk membawa manfaat bagi masyarakat, berarti kita membalas budi orang tua.

“Pada tanggal 3 Januari 2009, saya mengalami kecelakaan sepeda motor yang menyebabkan leher saya patah. Kemudian, saya menjalani operasi. Saya merasa bahwa saya sangat memiliki berkah. Setelah leher saya pulih, saya mulai menjadi relawan di Posko Daur Ulang Bagua Liao. Jika tak bisa bergerak, kita akan merasa kita sudah tua dan tak mampu melakukan apa pun. Kini saya berusia 84 tahun. Saya masih bisa bergerak, maka saya harus terus melakukan banyak hal. Saya akan terus melakukan daur ulang selama saya masih hidup. Saya tak akan berhenti melakukannya,” tutur Xu Si-jing, relawan Tzu Chi.

Dengan tubuh kita, kita membalas budi orang tua kita. Kita membalas budi orang tua karena mereka telah memberi kita tubuh sehingga kita bisa memiliki kesempatan untuk bersumbangsih bagi masyarakat, mendengar ajaran Buddha, dan mencapai tujuan hidup kita. Suatu hari nanti kita pasti akan meninggalkan tubuh kita. Namun, kita akan membawa ingatan, benih karma, dan kesadaran ke kehidupan berikutnya.


Kita harus tahu dengan jelas bahwa kita harus menggunakan tubuh kita untuk melakukan perbuatan baik guna membalas budi orang tua. Dengan tubuh kita, kita bisa menjalankan pelatihan diri sesuai dengan jalan yang diajarkan Buddha. Sesuai namanya, "jalan" adalah sesuatu yang harus ditapaki.

Setelah jalan dibuka, barulah kita dapat menapakinya. Seberapa lama dan panjang kita bisa menapaki Jalan Bodhi ini bergantung pada seberapa panjang jalan yang kita buka. Setelah kita mendengar Dharma dan tahu arah serta cara untuk melatih diri, kita harus benar-benar membuka jalan  dengan melakukan tindakan nyata. Seperti inilah kita membuka jalan.

Sutra adalah jalan; jalan harus dipraktikkan. Jalan ini harus benar-benar ditapaki. Sekarang kita telah membuka jalan dan telah menunjukkan prinsip kebenaran. Dengan cara seperti ini, kita membuka dan menapaki jalan. Dengan adanya jalan yang sudah dibuka, orang di belakang kita dengan sendirinya memiliki jalan untuk dibentangkan lebih jauh. Saya berharap semua orang dapat bersungguh hati dan memahami ini dengan jelas.

Dalam melakukan berbagai hal di masyarakat, meski menghadapi rintangan, kita juga harus tahu  cara untuk menyingkirkan kegelapan batin. Pada era saat ini, dibutuhkan pemahaman atas salah dan benar. Pada masa banyaknya bencana, kita harus menggunakan kebijaksanaan agung. Ketika seseorang menemui kesulitan, dia harus tahu bahwa tiada kesulitan yang tidak akan berlalu.


Ketika melihat seseorang dalam kesulitan, kita harus berusaha sebisa mungkin untuk membantunya. Jangan membiarkan rintangan apa pun menghalangi kita untuk membantu orang. Kita mendapat pengalaman hidup dari sumbangsih yang kita lakukan. Kita harus memanfaatkan tubuh saat ini. Kita harus memanfaatkan tubuh saat ini dan waktu kita untuk menjalin jodoh di tengah masyarakat dan tidak pernah menyerah untuk mewariskan pengalaman hidup kita.

Selain itu, kita juga tidak boleh berhenti untuk bersumbangsih di tengah masyarakat karena kesadaran kita masih sangat tajam. Kita masih bisa bergerak  an melakukan banyak hal. Jangan membiarkan keadaan, usia, atau masalah dengan orang menghalangi kita untuk bersumbangsih. Ini disebut kesadaran yang cemerlang.

Kita harus tahu dengan jelas apa yang harus kita lakukan dengan tubuh kita. Kita juga sangat jelas dalam mendengar Dharma, menyerapnya ke dalam hati, dan memanfaatkan tubuh kita untuk melakukan hal yang benar. Kita jangan menyerah untuk bersumbangsih di tengah masyarakat. Hal yang benar, lakukan saja. Ini merupakan tujuan utama kita datang ke dunia. Tujuan utama Buddha datang ke dunia adalah mengajarkan praktik Bodhisatwa, sedangkan tujuan kita datang ke dunia adalah berjalan di Jalan Bodhisatwa.

Memberi perhatian kepada orang lain dan menyimpan pengalaman berharga

Menjalin jodoh baik dengan orang lain setiap saat

Memanfaatkan tubuh kita untuk membalas budi orang tua

Memiliki kesadaran untuk bersumbangsih di tengah masyarakat

 

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 28 Oktober 2018

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina

Ditayangkan tanggal 30 Oktober 2018

Editor: Stefanny Doddy

Memberikan sumbangsih tanpa mengenal lelah adalah "welas asih".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -