Ceramah Master Cheng Yen: Bersumbangsih di Tengah Masyarakat Setelah Tersadarkan
Insan Tzu Chi di Tiongkok terjun ke komunitas untuk memperhatikan lansia, warga kurang mampu, dan orang berketerbatasan fisik yang berada di sudut-sudut gelap dan tidak terlihat oleh orang-orang. Ada pula anak dalam keluarga seperti ini yang sangat berpotensi dan unggul, tetapi kondisi ekonomi tidak memungkinkan bagi mereka untuk bersekolah. Melihat kondisi seperti ini, kita pun memberikan beasiswa.
Insan Tzu Chi berusaha menjangkau murid yang membutuhkan. Saat menerima laporan, sejauh apa pun, insan Tzu Chi pasti akan pergi. Setiap kali menemukan murid yang membutuhkan bantuan, relawan kita selalu bersungguh hati dan memperhatikan mereka bagai mengasihi anak sendiri. Berhubung kekurangan, murid-murid yang bersekolah di perkotaan harus sangat hemat. Pulang ke rumah juga sangat sulit dengan terbatasnya biaya. Mereka bersekolah dengan sumber daya yang terbatas. Asalkan menerima laporan, insan Tzu Chi selalu menggantikan orang tua mereka untuk memperhatikan mereka.
Kita bisa melihat bantuan yang diberikan insan Tzu Chi Tiongkok semakin meluas sehingga masyarakat semakin harmonis dan cinta kasih antarmanusia semakin meluas. Yang paling menyentuh ialah relawan kita memulainya dari diri sendiri, lalu menginspirasi keluarga sehingga mendapat dukungan dari keluarga.
“Dahulu, saat dia dan putra saya bertengkar hingga akan saling melempar kursi, kami mencoba melerai mereka dan merampas kursi dari mereka. Lalu, dia berkata bahwa kami sengaja mencari masalah. Dia berkata bahwa kami sekeluarga...,” ujar Chen Shuzhen, Ibu mertua Lin Mingfeng.
“Menindasnya seorang. Saat masih muda, pemikirannya kurang matang. Namun, setelah bergabung dengan Tzu Chi, dia menjadi berbeda. Temperamennya membaik, nada bicaranya juga berbeda,” tutur Guo Qingshan, Ayah mertua Lin Mingfeng.
“Master berkata bahwa untuk mengubah orang lain, kita harus berubah terlebih dahulu. Jadi, saya perlahan-lahan mengubah diri sendiri. Dengan begitu, putri saya ikut berubah. Master berkata bahwa orang tua adalah teladan bagi anak. Jika ingin anak patuh, orang tua harus memberikan contoh. Jadi, saya berubah secara perlahan. Lihatlah, sekarang putri saya juga menjadi sangat patuh, bahkan lebih patuh dari saya,” kata Lin Mingfeng, Relawan Tzu Chi.
“Saya tentu mendukungnya menjalankan Tzu Chi. Saya juga sering berkata pada putra saya, ‘Sebaiknya kamu juga ikut menjalankan Tzu Chi bersamanya. Menjalankan Tzu Chi sangat baik, kamu hendaknya juga menjalankannya.’,” kata Chen Shuzhen, Ibu mertua Lin Mingfeng.
Setelah mengenal Tzu Chi, dia mendengar saya berkata bahwa untuk mengubah orang lain, kita harus berubah terlebih dahulu. Dia menyerap kalimat ini ke dalam hati. Setelah pulang ke rumah, dia bertobat atas perselisihannya dengan ibu mertuanya dahulu. Dia mulai memelankan suaranya dan bersikap lebih lembut. Dengan demikian, dia baru bisa memperbaiki suasana di rumahnya.
Dia terus-menerus memperbaiki diri dan bersungguh hati menjalankan Tzu Chi. Keluarganya bisa melihat tata krama insan Tzu Chi yang ada dalam dirinya sehingga perlahan-lahan bisa mendukungnya menjalankan Tzu Chi. Jadi, keluarganya juga terinspirasi untuk menjalankan Tzu Chi.
“Titik daur ulang ini bisa didirikan berkat kalian semua. Tepuk tanganlah untuk diri sendiri,” kata Lü Wanwei, Relawan Tzu Chi.
“Sebelumnya, saya mungkin hanya hidup untuk diri sendiri. Sekarang, saya ingin berkontribusi bagi masyarakat,” kata Di Yiming, Pemilik dealer mobil.
“Jika ada banyak titik daur ulang di komunitas, kita bisa membangun jembatan penghubung bagi warga dan Tzu Chi. Jadi, orang-orang yang penuh cinta kasih dapat mengikuti informasi yang kita bagikan agar lebih memahami Tzu Chi dan menemukan nilai hidup mereka. Kita membentangkan jalan hingga depan pintu rumah mereka,” tutur Lü Wanwei, Relawan Tzu Chi.
Saya sering berkata bahwa kita harus membentangkan Jalan Bodhisatwa yang rata agar setiap orang dapat menapakinya. Singkat kata, Dharma terdapat di mana pun dan kapan pun. Setiap orang memberi kita kesempatan untuk menjalankan praktik Bodhisatwa . Karena itu, kita harus menghargai setiap hari, setiap momen, setiap orang, dan setiap hal. Jika kita bisa mendengar Dharma, menyerapnya ke dalam hati, dan mempraktikkannya dalam keseharian, maka tidaklah sulit untuk memahaminya.
Jadi, kita mempraktikkan Dharma dalam menghadapi hal-hal duniawi dan menggunakan hal-hal duniawi untuk memahami Dharma. Meski Dharma sangat dalam, tetapi sesungguhnya, ia ada dalam kehidupan sehari-hari. Jadi, Dharma tak terlepas dari kehidupan sehari-hari. Buddha mengajarkan Dharma yang dapat dipraktikkan dalam keseharian. Buddha mengajarkan kepada kita bahwa setiap orang bisa mencapai kebuddhaan karena pada hakikatnya, setiap orang adalah Buddha, setiap orang bisa mencapai pencerahan, dan setiap orang bisa menapaki Jalan Bodhisatwa .
Jalan Bodhisatwa merupakan jalan menuju kebuddhaan. Dalam acara ramah tamah kemarin, relawan kita membahas tentang bantuan bencana Tzu Chi di Rongshui, Guangxi pascabanjir tahun 1994. Saat itu, kita mengangkut satu truk demi satu truk selimut dan barang bantuan lainnya ke lokasi bencana. Di antaranya, ada satu truk yang terbalik di lereng gunung. Meski truknya mengalami kerusakan, tetapi orangnya selamat. Inilah kenangan 25 tahun lalu.
Dalam benak saya pun terngiang sebuah lagu tentang Miaoshan. Lagu dengan melodi yang indah itu menggambarkan bagaimana insan Tzu Chi memberikan bantuan di pegunungan. Seorang pejabat setempat yang mendampingi kita menyurvei kondisi bencana menulis liriknya dan membawanya kembali.
Saat Guo Mengyung menemui saya, saya berkata padanya, “Lekas tulis sebuah lagu dengan ini.” Dia lalu menulis lagu yang indah dengan lirik tersebut. Jadi, janganlah kita melupakan tahun itu serta orang yang menyiapkan selimut dan barang bantuan lainnya.
Singkat kata, banyak relawan yang membangun tekad dan ikrar untuk menyalurkan bantuan di sana. Selama beberapa waktu, kita mengatasi banyak kesulitan dan menjalin jodoh baik dengan warga. Kita hampir melupakan sejarah ini. Jika relawan kita tidak membahasnya, kita mungkin sudah melupakannya. Jadi, janganlah kita melupakan tahun itu dan niat yang kita bangkitkan saat itu.
Ada banyak hal yang harus disyukuri dan dikenang kembali. Namun, kini kita bisa melihat bahwa kebakaran, banjir, dan gempa bumi kerap terjadi. Kita tetap harus mengimbau orang-orang agar tersadarkan dan bertindak secara nyata untuk mencegah polusi udara dan sungguh-sungguh melindungi bumi agar terbebas dari bencana. Kini, dari lansia hingga anak kecil, semuanya harus bertindak secara nyata. Intinya, kita harus menghargai Bumi. Saya bersyukur kepada semua orang yang bersungguh hati merajut cinta kasih.
Dharma
terkandung di mana-mana dan semua orang saling mendukung pencapaian
Bertobat,
tersadarkan, dan bersumbangsih di tengah masyarakat
Menjangkau
sudut-sudut gelap untuk menolong orang yang membutuhkan
Merajut
cinta kasih untuk melindungi Bumi
Ceramah Master
Cheng Yen tanggal 11 Juni 2019
Sumber:
Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah:
Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina
Ditayangkan tanggal 13 Juni
2019