Ceramah Master Cheng Yen: Bersumbangsih secara Nyata untuk Membimbing Sesama

Dunia ini bagaikan rumah yang terbakar juga bagaikan sebuah tungku api. Ke mana kita bisa melarikan diri dan bersembunyi? Sangat sulit. Karena itu, kita harus bersungguh hati dan bisa menanggung semuanya.

Di Dunia Saha ini, ada banyak hal yang harus kita tanggung, termasuk ketidakselarasan iklim. Mengapa cuaca menjadi begitu panas? Karena meningkatnya populasi manusia, hutan dan padang rumput yang hijau terus dirusak untuk membangun gedung-gedung bertingkat. Orang-orang ingin mengejar kenikmatan hidup, inilah yang menjadi penyebab perubahan iklim yang ekstrem.

Segala sesuatu yang terjadi pasti ada penyebabnya. Di Dunia Saha ini, manusia yang menimbulkan pencemaran dan manusia jugalah yang harus menanggung akibatnya. Kita sungguh harus menyadari berkah setelah melihat penderitaan. Banyak orang yang hidup menderita. Karena itu, orang yang hidup nyaman hendaknya mengendalikan nafsu keinginan dan menjaga pikiran dengan baik.

Beberapa hari ini, saya terus mengulas tentang topan. Saya sangat bersyukur topan kali ini berlalu tanpa membawa dampak besar bagi Taiwan. Salah satu topan menyimpang dari jalur yang diperkirakan sehingga mengurangi banyak kerusakan di Taiwan. Meski rusaknya tanaman mengakibatkan kerugian besar, tetapi kita termasuk sangat beruntung dan seharusnya bersyukur.

doc tzu chi

Setelah topan berlalu, insan Tzu Chi terus memberikan bantuan, seperti membersihkan rumah lansia dan mengantarkan barang bantuan ke rumah warga yang membutuhkan. Penyaluran bantuan kita berakhir kemarin. Dengan kekuatan cinta kasih, insan Tzu Chi terus bersumbangsih. Kita bisa melihat kesungguhan hati seorang relawan lansia kita di Taipei, Relawan Xiu-deng. Dia berasal dari Hualien. Lebih dari 30 tahun yang lalu, dia sudah menjadi donatur Tzu Chi di Taipei.

“Saat Master memberikan ceramah di Taipei, Anda turut hadir dan mendengar Master berbagi sebuah kisah yang membuat Anda sangat terharu. Anak muda dalam kisah ini adalah pasien yang terbaring di ranjang di dalam foto ini. Bagian bawah tubuhnya sudah diamputasi karena hancur tertimpa marmer. Mengapa kisah ini bisa membangkitkan welas asih Anda untuk berdonasi kepada Tzu Chi?”, tanya Huang Tian-ming, pembawa acara.

“Saat itu, saya merasa kasihan padanya karena dia juga berasal dari Hualien. Jadi, saya mencari seorang relawan untuk berdonasi dan mulai bergabung dengan Tzu Chi,” jawab Wang Chen Xiu-deng, Relawan Tzu Chi.

Sekitar 30 tahun yang lalu, saat saya memberikan ceramah di Taipei, dia mendengar tentang kisah Lin Chuan-qin. Saat itu, RS Tzu Chi Hualien baru mulai beroperasi. Lin Chuan-qin mengalami kecelakaan yang sangat serius sehingga bagian bawah tubuhnya hancur. Saat itu, meski Kepala RS Chen Ing-ho merawatnya dengan sepenuh hati dan sudah berusaha sebaik mungkin, tetapi bagian bawah tubuhnya tetap tak terselamatkan. Jadi, tubuhnya diamputasi, bahkan panggulnya pun tidak terselamatkan.

doc tzu chi

Mendengar kisah ini, Relawan Xiu-deng memutuskan untuk mencari seorang anggota komite kita karena ingin berdonasi kepada Tzu Chi. Dia pun mulai menjalin jodoh dengan Tzu Chi. Awalnya, dia sangat bekerja keras.

“Memasuki tiga perusahaan untuk bekerja sebagai juru masak. Tujuannya tidak lain adalah berdonasi untuk pembangunan rumah sakit. Perjalanan sejauh apa pun rela ditempuh,” kata You Li Xiu-qing, Relawan Tzu Chi.

“Kondisi ekonomi keluarganya tidak terlalu baik. Namun, kesungguhan hatinya untuk berdonasi tidak kalah dari orang lain. Saat itu, RS Tzu Chi Hualien sedang dibangun. Demi mendonasikan satu kamar pasien sebesar 300.000 dolar NT, dia bekerja sebagai juru masak di tiga perusahaan. Jadi, dia mungkin pergi ke perusahaan pertama pada pukul 10.30, perusahaan kedua pada pukul 11.30, dan perusahaan ketiga pada pukul 12. Pagi hari, dia juga harus berbelanja. Saat itu, dia sering menggendong cucunya dan menjinjing keranjang belanjaan ke lantai empat atau lima untuk bekerja,” kata seorang relawan.

“Dengan menggendong cucunya?/ Benar.

“Semangatnya membuat orang sangat terharu,” tambahnya.

Bukan hanya itu, dia juga terus mengemban tugas sebagai komite hingga akhirnya dilantik menjadi komite Tzu Chi. Dia juga sangat berdedikasi. Dia sangat bijaksana dan selalu menjadi teladan bagi yang lain dengan tindakan nyata. Dia bukan hanya menjalankan fungsi, tetapi juga mengembangkan potensi kebajikan. Dia terus mendedikasikan diri dan mengikuti berbagai kegiatan Tzu Chi. Dia selalu bersumbangsih secara nyata hingga membuat orang sangat tersentuh. Baginya, tidak ada kata terlambat untuk belajar. Karena buta huruf dan ingin belajar computer, dia pun mulai belajar simbol fonetik Zhuyin.

“Saya tidak pernah bersekolah. Saya merasa bahwa saya tidak bisa apa-apa. Orang lain bisa menjalankan banyak fungsi, sedangkan saya tidak bisa. Karena itu, saya memutuskan untuk belajar komputer. Saya tidak menguasai simbol fonetik Zhuyin. Karena itu, saat ingin mengetik aksara Mandarin, saya akan mencari simbol fonetik Zhuyin di buku. Setelah menemukan yang sama, saya akan mengetik sesuai simbol di buku. Karena tidak mengerti apa-apa, saya merasa sangat sedih. Namun, saya teringat bahwa Master berkata, “Asalkan memiliki tekad, maka tiada yang sulit. Dengan bersungguh hati, kita bisa menjadi profesional,” ujar Wang Chen Xiu-deng, Relawan Tzu Chi.

doc tzu chi

Dia tidak menyerah pada usia dan terus bersumbangsih secara nyata. Kini, dia melakukan daur ulang hingga menjadi teladan dan menyentuh hati orang-orang. Melihat dia yang sudah lanjut usia masih melakukan daur ulang dengan rapi, orang-orang di sekitarnya turut mengulurkan tangan dan membungkukkan badan untuk melakukan daur ulang.

Dalam ceramah pagi ini, saya berkata bahwa untuk membimbing orang lain, kita harus menabur benih Dharma di dalam hati mereka agar benih ini bisa bertunas dan terus bertumbuh menjadi pohon besar. Dengan tekad yang teguh, dia bisa menginspirasi banyak orang dan mewariskan semangatnya. Meski demikian, dia tetap mengumpulkan donasi, mengikuti kegiatan, dan giat melakukan daur ulang. Pada usia 80 tahun, dia masih mengemban tanggung jawab.

“Pada usia 80 tahun, saya mengemban tanggung jawab sebagai ketua Xieli. Mereka yang berdiri di sisi saya adalah anggota tim saya. Saya sangat bersyukur ada mereka yang membantu melakukan daur ulang sehingga saya bisa mengemban misi dengan penuh sukacita. Jadi, saya berterima kasih kepada Master. Saya akan mengikuti langkah Master dari kehidupan ke kehidupan. Saya juga akan lebih bersungguh hati dan bersumbangsih hingga napas terakhir.

Terima kasih,” ujar Wang Chen Xiu-deng, Relawan Tzu Chi.

Melihat kekuatan cinta kasih terus diwariskan, saya sangat tersentuh. Sungguh, di Dunia Saha ini, kondisi iklim semakin tidak selaras. Meski kita bisa hidup nyaman di rumah, tetapi saat terjadi bencana dan aliran listrik terputus, panasnya cuaca akan membuat kita tidak tahan.

Kita semua hidup bersama di lingkungan yang sama. Setiap orang hendaknya memiliki kesadaran untuk bersabar dan menghemat sumber daya alam agar semua orang bisa hidup berdampingan dengan alam. Untuk itu, semua orang harus memiliki pandangan yang sama.

Dunia ini bagaikan rumah yang terbakar
Menyadari berkah setelah melihat penderitaan dan kembali menciptakan berkah
Mewariskan kekuatan cinta kasih
Bersumbangsih secara nyata untuk membimbing sesama

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 2 Agustus 2017

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 4 Agustus 2017
Ada tiga "tiada" di dunia ini, tiada orang yang tidak saya cintai, tiada orang yang tidak saya percayai, tiada orang yang tidak saya maafkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -