Ceramah Master Cheng Yen: Bersumbangsih Tanpa Pamrih dengan Hati Tertulus


“Di sentra vaksinasi, yang paling membuat saya tersentuh ialah seorang pekerja migran Filipina. Berhubung tidak bisa berbahasa Inggris, saya berkata padanya, ‘Halo, sudah berapa tahun Anda datang ke Taiwan? Dia berkata, ‘Sembilan tahun.’ Saya berkata, ‘Anda pasti telah menghasilkan banyak uang.’ Dia berkata, "Ya." Saya berkata, ‘Bagus, bagus, bagus,”
kata Xu Yu-ru relawan Tzu Chi.

“Saya lalu berkata, ‘Anda sudah menghasilkan begitu banyak uang. Maukah Anda mendonasikan sedikit uang untuk mendukung pembelian vaksin?’ Dia berkata, ‘Oke.’ Dia lalu membuka dompet, melihat isinya, dan berkata, ‘Bagaimana jika saya mendonasikan lima ratus dolar NT?’ Saya berkata, ‘Wah, terima kasih banyak, terima kasih banyak,” lanjutnya.

“Berhubung saya tidak bisa berbahasa Inggris, saat para pekerja migran datang untuk divaksin, saya akan menyosialisasikan vegetarisme dengan berkata, ‘Halo, kalian telah divaksin hari ini. Minumlah lebih banyak air dan makanlah lebih banyak sayuran dan buah setelah pulang ke rumah. Janganlah memakan daging.’ Mereka menjawab,’Oke, oke, oke,” pungkasnya.

Saya sungguh sangat bersyukur dan memuji murid-murid saya. Meski tidak bisa berbahasa Inggris, dia memiliki cara tersendiri untuk mengimbau orang tidak mengonsumsi daging. Dia sungguh sangat genius. Di dunia ini terdapat beragam bahasa, tetapi hanya ada satu bahasa yang dapat dipahami oleh semua orang, yaitu ketulusan.

Insan Tzu Chi telah membangkitkan ketulusan dan cinta kasih tanpa pamrih. Lihatlah kantor lama kita di Jalan Minquan yang sudah berusia puluhan tahun. Mengenang masa lalu, bangunan yang semula sangat bobrok dan tua itu kita ubah menjadi bangunan yang membawa manfaat besar. Saat itu, kita hanya memperbaiki bagian yang rusak agar bisa digunakan.


Beberapa tahun kemudian, kita baru merenovasinya. Kini kita bisa melihat bahwa meski ruang di sana tidak terlalu luas, tetapi saat itu, kita sudah sangat berpuas diri. Dari bangunan ala Jepang yang bobrok, kita merenovasinya hingga seperti yang kita lihat sekarang.

Saat itu, begitu saja kita sudah sangat berpuas diri. Sungguh, saya harus bersyukur kepada banyak orang yang telah membangkitkan ketulusan dan mengerahkan kekuatan besar. Untuk ladang pelatihan ini, saya selalu bersyukur kepada relawan kita, Hong Zhi-cheng. Saat itu, dia merekrut beberapa anggota komisaris kehormatan dan mengajak mereka untuk melihat tempat ini. Mereka semua menyemangati saya dengan tulus.

Lahan ini ada berkat bantuan banyak orang. Jadi, jangan meremehkan sesuatu yang kecil, terlebih saat itu berasal dari dedikasi banyak orang. Kini kita memiliki lahan ini dan ruang yang sangat luas di sini. Meski kantor di Jalan Minquan tidak luas, tetapi di sana, kita sudah memberi pelayanan bagi lebih dari 18 ribu orang.

Kita bukan hanya mendukung pelaksanaan vaksinasi, tetapi yang terpenting, kita menenangkan hati semua orang. Jadi, dengan ketulusan, kita menyambut orang-orang yang datang sehingga mereka dapat menjalani vaksinasi dengan aman dan tenang.


Saya melihat seorang bapak berusia 70-an tahun yang didampingi putranya untuk menjalani vaksinasi. Setelah duduk di kursi, dia segera berdiri dan putranya memapahnya ke kamar kecil. Namun, saat dia tiba di depan kamar kecil, kotorannya sudah terjatuh keluar dari kaki celananya. Saya menghampiri mereka dan berkata, ‘Tidak apa-apa. Lekas bawa ayahmu ke kamar kecil. Biar saya yang mengurus semua ini,” kata Lin Yong-zhang relawan Tzu Chi.

“Saya mengkhawatirkan kondisi mereka karena sudah 20-an menit berlalu, tetapi mereka belum keluar. Saya lalu memanggil Kakak Mei-zhen. Kakak Mei-zhen masuk ke kamar kecil dan baru keluar sekitar setengah jam kemudian. Dia berkata pada saya, ‘Kakak, terima kasih, semuanya sudah beres.’ Saya berkata, ‘Mengapa lama sekali?’ Dia berkata, ‘Putranya tak tahu apa yang harus dilakukan dan terus menyeka tubuhnya dengan tisu sehingga tisu-tisu itu membuat kloset kita tersumbat,” lanjutnya.

“Saat masuk ke dalam, Kakak Mei-zhen berkata pada putranya, ‘Lekas bawa ayahmu kembali ke lobi.’ Namun, putranya berkata bahwa dia seharusnya membantu menyelesaikan masalah di kamar kecil. Kakak Mei-zhen berkata, ‘Tidak apa-apa, semua orang akan menua dan mungkin akan mengalami hal seperti ini. Lebih baik Anda membawa ayahmu kembali ke lobi dan menjaganya dengan baik," pungkasnya.

Meski ini terdengar seperti sebuah kisah kecil, tetapi ini membuat saya sangat tergugah. Jadi, saya hendak bersyukur kepada kalian atas tindakan dan sumbangsih kalian yang tulus. Sungguh, rasa syukur saya tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.


Insan Tzu Chi selalu bersumbangsih tanpa pamrih. Setiap hari, kalian menjaga keluarga besar Tzu Chi, ladang pelatihan kita, mengasihi dan menghargai sumber daya alam, mengasihi sesama manusia, dan memberi penghiburan. Kalian menganggap generasi yang lebih tua sebagai orang tua sendiri, orang-orang yang seumur sebagai saudara sendiri, dan generasi yang lebih muda sebagai anak sendiri. Dengan hati Bodhisatwa, kalian bersumbangsih di ladang pelatihan yang lapang ini.

Saat bersumbangsih, kalian tidak merasa bahwa diri sendiri sangat istimewa. Kita mengecilkan ego agar orang-orang senang dan terharu melihat kita. Saat melihat kita, orang-orang pun tersentuh. Kita tidak pernah meminta orang-orang untuk mengatakan kepada kita bahwa mereka terharu. Kita tidak pernah berbuat demikian. Namun, orang-orang di sekitar kita sering memberikan komentar positif. Bagi insan Tzu Chi, ini adalah sesuatu yang biasa.

Taiwan pernah dilanda banyak bencana. Taichung juga pernah diguncang Gempa 921. Saat itu, Bodhisatwa bermunculan untuk bersumbangsih tanpa takut bekerja keras dan menghadapi kesulitan. Meski semua ini telah berlalu, tetapi saya selamanya tidak akan melupakannya karena saya hanya mengeluarkan seruan, kalianlah yang menjalankannya.


Jadi, saya hanya bisa mengeluarkan seruan, sedangkan kalian bertindak secara nyata dan melangkah dengan mantap. Terlebih, kalian melakukannya dengan gembira dan tulus. Kalian sungguh merupakan Bodhisatwa dunia. Sebagai insan Tzu Chi, bersumbangsih adalah kewajiban kita. Saat ada makhluk yang menderita, kita harus berinisiatif untuk bersumbangsih. Demikianlah kekuatan cinta kasih insan Tzu Chi.

Setiap ekor kunang-kunang akan memancarkan cahaya saat terbang. Jika hanya seekor atau dua ekor, orang-orang mungkin tidak menyadarinya. Namun, saat ada sekawanan kunang-kunang yang terbang di tengah kegelapan malam, kecemerlangan cahaya mereka akan sangat menarik perhatian. Ini membutuhkan banyak kunang-kunang.

Di Taichung, kita melihat kekuatan dari banyak orang. Tiga aksara "orang" akan membentuk aksara "zhong" yang berarti kelompok atau kumpulan. Di Tzu Chi, kita memiliki relawan yang berkali-kali lipat dari tiga. Kita merupakan sekelompok orang yang bersumbangsih bersama. Untuk itu, saya bersyukur pada kalian semua. Insan Tzu Chi memiliki kesatuan tekad yang sangat teguh.

Mengenang jejak kebajikan sepanjang perjalanan
Bersumbangsih tanpa pamrih dengan hati tertulus
Semoga semua makhluk hidup aman dan tenteram
Menghimpun kekuatan dan membina kesatuan tekad             
                                                    
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 08 April 2022
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Devi
Ditayangkan tanggal 10 April 2022
Cemberut dan tersenyum, keduanya adalah ekspresi. Mengapa tidak memilih tersenyum saja?
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -