Ceramah Master Cheng Yen: Bersumbangsih Tanpa Pamrih dengan Pedoman Hidup yang Jelas


“Rumah saya juga dilanda banjir. Saya pulang untuk membersihkan rumah saya, tetapi banjir di rumah saya belum surut sehingga saya datang ke Yong Peng untuk bersumbangsih terlebih dahulu,”
kata Lin Xue-qun relawan Tzu Chi.

“Saya adalah orang tua tunggal. Ibu saya telah berusia 70 tahun. Tanpa bantuan orang lain, kami sulit membersihkan rumah. Semua tangan dan kaki saya sudah bengkak dan sakit. Melihat banyaknya orang yang datang membantu hari ini, saya merasa sangat lega. Saya sangat gembira ada yang datang membantu kami,” kata salah seorang korban banjir.

“Sulit bagi kami berdua untuk membersihkan rumah sebesar ini,” kata Ye Shu-wei korban banjir.

“Kami sungguh bersyukur pada mereka,” kata Zhang Xue-qiang korban banjir.

“Mereka sepenuh hati bersumbangsih bagi kami tanpa mengharapkan imbalan apa pun,” pungkas Ye Shu-wei korban banjir.

“Saya sangat kagum pada Tzu Chi. Ada yang melakukan pembersihan, ada yang melakukan perencanaan, ada juga yang menyiapkan makanan. Jadi, saya bersyukur kepada semua relawan di sini,” kata Tan Poh Chin Anggota Dewan Rakyat Yong Peng.

Insan Tzu Chi bertekad dan berikrar untuk bersumbangsih tanpa pamrih. Sejak momen membangkitkan tekad untuk menjalankan Tzu Chi, para relawan kita terus bersumbangsih secara nyata dan maju selangkah demi selangkah dengan mantap dan cepat. Karena itulah, saya sering mengingatkan para relawan kita untuk menginventarisasi nilai kehidupan masing-masing.


Tzu Chi bisa seperti sekarang berkat para relawan yang mendedikasikan kehidupan mereka. Setiap detik, pikiran kita selalu sangat jernih. Kita telah tersadarkan dan tahu apa yang harus kita lakukan. Kita semua memiliki arah tujuan yang jelas. Jadi, asalkan sesuatu itu benar, maka lakukan saja.

Di kehidupan ini, sudah berapa lama kita bersumbangsih dan berapa banyak hal benar yang telah kita lakukan? Dahulu, saya selalu berkata, "Lakukan saja hal yang benar. Jangan bersikap perhitungan." Bersumbangsihlah tanpa pamrih." Kalian sering mendengar saya berkata demikian.

Dengan bersumbangsih tanpa pamrih, kita akan terbebas dari kemelekatan dan dapat maju selangkah demi selangkah dengan mantap. Namun, saat ini, saya ingin memberi tahu kalian bahwa kita harus mengingat segala perbuatan kita. Kita harus menginventarisasi kehidupan sendiri. Berapa banyak kesalahan yang telah kita lakukan? Pernahkah kita melakukan kesalahan? Jika pernah, kita harus segera bertobat.

Jika kita pernah berselisih dengan seseorang dan belum terlambat, kita harus segera menyelesaikan perselisihan tersebut agar benih dan jalinan jodoh buruk tidak terbawa ke kehidupan berikutnya. Di kehidupan sekarang, kita harus memperbaiki kesalahan kita dan berkata kepada orang yang pernah kita singgung, "Saya salah. Saya minta maaf atas segala kesalahan saya dahulu." Kita harus meminta maaf dan bertobat. Namun, jika ada orang yang bersalah pada kita, janganlah kita berpikir untuk membalas mereka. Tidak boleh. Kita hendaknya melupakannya karena kita telah tersadarkan dan bertobat.


Lupakanlah kejahatan orang pada kita dan bersyukurlah dari kehidupan ke kehidupan kepada orang yang telah berbuat baik pada kita. Dengan demikian, kita dapat menghapus semua noda dan kegelapan batin. Kelak, kita hendaknya membalas kebaikan, bukan membalas dendam. Jika ada yang bersalah pada kita dan kita menyimpan dendam terhadap mereka, benih kebencian akan tertanam dalam kesadaran kita dan mencemarinya. Kalian yang kini menapaki Jalan Bodhisatwa hendaknya memahami hal ini dengan jelas. Setelah mendengar ajaran saya, kalian harus mempraktikkannya.

Saat menginventarisasi kehidupan sendiri, jika ada yang bersalah pada kita, lupakanlah. Jika ada kesempatan, kita bahkan harus menjalin jodoh baik dengan mereka. Inilah pelatihan diri. Dengan melatih diri, kita mengembangkan kebijaksanaan. Kita harus memanfaatkan kehidupan ini untuk menumbuhkan jiwa kebijaksanaan kita.

Kita hendaknya bersyukur atas tubuh yang diberikan oleh orang tua kita. Kita harus bersyukur kepada orang tua. Kita terlahir sebagai manusia dan memiliki banyak jalinan jodoh baik sehingga dapat meyakini ajaran Buddha dan memiliki pedoman hidup yang jelas. Dengarkanlah baik-baik apa yang saya katakan. Kita yang memiliki jalinan jodoh untuk mempraktikkan Dharma dan memiliki pedoman hidup yang jelas hendaknya melangkah maju dengan tekun dan bersemangat. Ini membutuhkan waktu dan ketekunan.


Asalkan memiliki waktu, kita harus maju selangkah demi selangkah. Kita harus menuju arah yang benar, jangan menyimpang. Jalan yang kita tapaki mungkin tidak mulus. Mengapa demikian? Karena karma masa lalu, kita mungkin akan menghadapi rintangan. Karena itulah, kita harus meningkatkan kewaspadaan dan menjaga perilaku kita.

Kita harus memperhatikan setiap langkah kita. Janganlah kita membangkitkan kebencian ataupun kemalasan. Jika kita dapat senantiasa melangkah ke arah yang benar dan bekerja sama dengan harmonis, kehidupan kita akan sangat indah. Di dunia ini bukan hanya ada satu orang, melainkan ada banyak orang yang berinteraksi satu sama lain. Kita semua memiliki jalinan jodoh. Berkat adanya jalinan jodoh baik, kita bisa berhimpun untuk berbuat baik bersama.

Lihatlah banyaknya insan Tzu Chi di berbagai wilayah yang menolong begitu banyak orang yang membutuhkan. Dengan melihat sekilas saja, kita bisa mengetahui kisah di balik sebuah foto atau video. Inilah pengetahuan yang terakumulasi. Berhubung pernah bersumbangsih, kita merasa familier. Pemandangan seperti itu hanya bisa terlihat jika kita bersumbangsih tanpa pamrih. Jadi, asalkan sesuatu itu baik dan benar, maka lakukan saja. 

Menjalankan praktik nyata dengan tekad pelatihan yang teguh
Tekun melatih diri dan menjalin jodoh baik
Menumbuhkan jiwa kebijaksanaan dan menyucikan pikiran
Bersumbangsih tanpa pamrih dengan pedoman hidup yang jelas

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 17 Maret 2023
Sumber: Lentera Kehidupan - Daai Tv Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Heryanto
Ditayangkan Tanggal 19 Maret 2023
Beriman hendaknya disertai kebijaksanaan, jangan hanya mengikuti apa yang dilakukan orang lain hingga membutakan mata hati.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -