Ceramah Master Cheng Yen: Bersyukur Atas Sumbangsih Pahlawan Tanpa Nama

Terpaan angin dan hujan kemarin sungguh sangat kuat. Sepanjang hari, saya mengkhawatirkan wilayah selatan Taiwan. Saya juga terus menanyakan apakah wilayah Taitung selamat. Kita juga melihat tiga personel polisi yang ingin menyelamatkan warga malah terbawa angin dan terjatuh dari tempat yang tinggi. Ketiganya terluka dan dilarikan ke RS. Saya sungguh tidak sampai hati melihatnya.

Saat bencana terjadi, orang-orang bisa berlindung di rumah atau segera mengungsi. Akan tetapi, para petugas harus berdiri di garis terdepan untuk menyelamatkan orang-orang. Saat aliran listrik dan air terputus, para petugas juga harus menerjang bahaya di tengah terpaan angin dan hujan untuk memulihkan aliran listrik agar lampu di setiap rumah dapat menyala. Saat badai menerjang dan aliran listrik belum juga dipulihkan, banyak orang yang berkeluh kesah. Apakah mereka tahu bahwa mereka dapat menggunakan listrik berkat para petugas yang bekerja keras dengan menerjang bahaya demi kenyamanan setiap orang? Berapa banyak orang yang bisa memahaminya?

Sungguh, setiap orang hendaknya bersungguh-sungguh membina hati penuh rasa syukur. Kita hendaknya bersyukur dalam kehidupan sehari-hari, kita bisa pergi ke mana-mana dan melakukan berbagai hal dengan mudah. Memiliki sumber daya yang melimpah, hidup nyaman, bisa pergi ke mana-mana dengan mudah, dan hidup di tengah masyarakat yang penuh berkah, bisakah kita tidak bersyukur setiap waktu? Kita juga melihat banyak tenaga medis yang sangat bekerja keras untuk melindungi kesehatan pasien.

Ceramah Master Cheng Yen: Bersyukur Atas Sumbangsih Pahlawan Tanpa Nama

Kita bisa melihat sebuah RS Kristen di Hengchun yang juga mengalami kerusakan parah. Beruntung, semua pasien selamat. Saat itu, selain melindungi peralatan medis, para staf medis juga harus menjaga keselamatan para pasien. Bisakah kita bayangkan betapa tegangnya mereka saat berusaha untuk melindungi pasien? Mereka mengesampingkan keluarga sendiri dan keselamatan diri sendiri demi menjaga keselamatan masyarakat dan pasien. Pikirkanlah, bukankah kita seharusnya memuji para petugas yang melayani masyarakat? Kita hendaknya bersyukur. Jika ingin hidup aman dan tenteram, semua orang harus tahu bersyukur dan saling mengasihi. Kekuatan cinta kasihlah yang bisa menjaga keselarasan dunia ini. Ketenteraman dunia ini bergantung pada pikiran manusia.

Berhubung Topan Meranti belum mendarat sebelumnya, maka kekuatannya masih sangat tinggi saat mendarat di Kinmen. Saya berkata kepada staf kita untuk terlebih dahulu menanyakan keselamatan setiap orang, baru menanyakan kondisi rumah mereka. Keselamatan manusialah yang terpenting. Para staf kita melaporkan kepada saya bahwa saat ini, semua orang selamat. Baik di Hengchun, Pingtung maupun di Penghu dan Kinmen, semua orang selamat. Saat staf kita menelepon relawan di Pingtung, mereka telah membagi diri ke dalam tiga rute. Mereka pergi ke tempat yang terkena dampak topan yang lebih parah. Saya sungguh sangat bersyukur mendengar relawan kita begitu penuh rasa empati.

Mereka sudah berangkat sekitar pukul 5 subuh. Mereka bagaikan Bodhisatwa yang menjangkau semua makhluk yang menderita. Pada pukul dua dini hari, Kinmen diterjang topan berskala 17. Pagi-pagi sekali, mereka melaporkan bahwa langit masih gelap gulita sehingga mereka belum bisa melihat kondisi di sekeliling mereka. Namun, setidaknya kita tahu bahwa insan Tzu Chi yang menghubungi kita selamat. Mereka berkata bahwa mereka selamat. Hanya saja, langit masih gelap gulita sehingga mereka tidak bisa keluar. Namun, kini Kinmen telah terlepas dari topan ini.

Sekarang, yang perlu dikhawatirkan adalah Provinsi Fujian. Sebelumnya, terjangan Topan Nepartak telah mendatangkan bencana besar di sana. Kita tidak tahu bagaimana dampak bencana yang akan didatangkan oleh topan kali ini. Ketidakselarasan empat unsur alam sungguh membuat orang merasa khawatir dan tidak tenang. Untuk mengurangi bencana, setiap orang harus membangkitkan ketulusan. Kita juga melihat bagaimana tenaga medis kita bersumbangsih bagi warga Taiwan.

Bersyukur Atas Sumbangsih Pahlawan Tanpa Nama

Lihatlah pasien yang berat badannya melebihi 160 kilogram ini. Dibutuhkan banyak orang untuk mengangkatnya keluar. Setelah dirawat di rumah sakit kita sekitar setengah tahun, dia pun sembuh. Berbagai departemen bekerja sama untuk mengobatinya dan membantunya mengurangi berat badan sehingga dia bisa kembali berdiri dan berjalan. Lihatlah, dia telah sembuh. Semoga dia bisa mengasihi diri sendiri dengan menjaga pola makan, lebih banyak berolahraga, dan menerapkan pola hidup yang sehat. Kita juga melihat Kepala RS Poon di RS Tzu Chi Guanshan turut membuat kue bulan.

“Kue-kue bulan ini untuk dibagikan kepada para penerima bantuan kita. Berhubung di Guanshan ada banyak lansia yang hidup sebatang kara, maka para relawan Tzu Chi dan staf RS Tzu Chi Guanshan akan mengunjungi mereka satu per satu,” ungkap dr. Poon Wing-him, Kepala RS Tzu Chi Guanshan.

Mereka menganggap warga bagai keluarga sendiri. Berhubung banyak lansia di sana, maka mereka juga membuat kue bulan untuk dibagikan kepada para lansia. Dengan cinta kasih penuh kehangatan, mereka melindungi kesehatan warga. Ini sungguh membuat orang tersentuh.

Para pahlawan tanpa nama menjalankan tugas untuk melindungi masyarakat

Membina hati penuh rasa syukur demi ketenteraman dunia

Segera menyurvei lokasi bencana dan berdoa dengan tulus

Menjalankan misi kesehatan Tzu Chi dengan penuh cinta kasih

Ceramah Master Cheng Yen tanggal  15 September 2016

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 17 September 2016

Jangan takut terlambat, yang seharusnya ditakuti adalah hanya diam di tempat.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -