Ceramah Master Cheng Yen: Bersyukur kepada Alam dan Menyelamatkan Dunia

Kita bisa melihat lautan api di AS yang menghanguskan hamparan hutan yang luas yang tidak mudah terbentuk. Kita juga melihat siaran berita tentang seorang ibu yang pindah ke Jepang bersama keluarganya. Suatu hari, mereka melihat siaran berita tentang terjangan badai pasir di wilayah utara Tiongkok. Lalu, putranya meminta dia dan suaminya mengubah gurun pasir itu menjadi oasis. Akan tetapi, dua minggu kemudian, putranya tewas dalam kecelakaan lalu lintas.

Pasangan suami istri ini terus mengingat perkataan putra mereka. Karena itu, mereka pergi ke gurun pasir di Mongolia Dalam untuk menanam pohon. Mereka telah menanam 1,1 juta batang pohon dalam waktu sepuluh tahun. Inilah cinta kasih mereka terhadap bumi dan masyarakat.

Dengan adanya cinta kasih, tidak ada ikrar yang tidak bisa dijalankan. Jadi, asalkan kita membangun ikrar dan bersedia bertindak, maka tidak ada yang tidak bisa dicapai. Saya sungguh tersentuh melihatnya.

Dia menaruh semua harapan pada putranya serta membina dan mendidiknya dengan sepenuh hati. Namun, tidak disangka, perkataan putranya itu malah menjadi suatu pelajaran baginya. Pasangan suami istri ini dapat menerima kata-kata putra mereka dan mempraktikkannya secara nyata. Putranyalah yang telah membimbingnya. Berhubung ingin mewujudkan harapan putranya, dia bisa memperoleh pencapaian seperti ini.

Orang-orang menjulukinya “Ibu Bumi” karena telah menanam pohon-pohon demi melindungi bumi ini. Apakah pendidikan hanya bisa diberikan oleh guru? Apakah hanya orang tua yang bisa mendidik anak? Belum tentu. Selama perkataan itu benar, maka kita harus meyakini, menerima, dan mempraktikkannya meski perkataan itu berasal dari anak-anak. Kita harus melakukan praktik nyata.

Bumi ini merupakan tempat tinggal manusia. Manusia membutuhkan gunung, sungai, dan tanah agar bisa bertahan hidup. Karena itu, kita harus bersyukur kepada gunung, sungai, dan tanah serta mengasihi bumi ini. Kita harus bersumbangsih bagi bumi ini. Selain itu, kita juga harus mengembangkan kebajikan dan cinta kasih hakiki kita.

Kita bisa melihat seorang lansia di Guangdong yang kondisi tempat tinggalnya sangat kotor dan berantakan. Dengan penuh cinta kasih, insan Tzu Chi membantu membersihkan tempat tinggalnya dan memandikannya. Inilah hati Bodhisatwa. Mereka mengasihi lansia dan bersumbangsih dengan penuh cinta kasih, seperti para relawan Tzu Chi di Taiwan.

Di Taiwan, kita bisa melihat sebuah keluarga suku asli yang menjalani hidup dengan sulit di Taichung sehingga memutuskan untuk pulang ke Pingtung. Namun, rumah mereka sudah tua dan perlu diperbaiki. Setelah menerima kabar tentang hal ini, insan Tzu Chi Pingtung segera memperbaiki rumah mereka sehingga mereka dapat tinggal di rumah itu dengan tenang.

Relawan kita memperhatikan mereka dari Taichung hingga ke Pingtung. Kekuatan cinta kasih Tzu Chi terus bertumbuh dan meluas. Meski berbeda agama dan ras, antarmanusia hendaknya saling mengasihi.

Kita juga bisa melihat ketidakkekalan. Ada seorang laki-laki yang mengalami kecelakaan lalu lintas belasan tahun yang lalu. Dia sering berpikir untuk mengakhiri hidupnya. Selama belasan tahun ini, insan Tzu Chi terus membimbingnya dan mengajarinya desain grafis. Jadi, setiap orang yang terlahir di dunia ini memiliki kegunaannya masing-masing. Dengan penuh cinta kasih, relawan kita menyemangatinya untuk bertahan hidup.

Kehidupannya penuh dengan penderitaan. Penderitaan keluarga ini bukan karena kondisi ekonomi, melainkan karena ketidakkekalan. Keluarga seperti ini juga membutuhkan cinta kasih masyarakat. Sungguh, banyak kisah penuh cinta kasih yang tidak bisa saya ulas satu persatu.

Kita bisa melihat staf dan relawan kita di Hualien membimbing warga suku asli berhenti mengonsumsi minuman keras. Kita terus mengimbau mereka mengurangi atau menggantikannya dengan teh. Kita juga mengimbau mereka menggunakan tangan yang tadinya memegang gelas arak untuk memegang cangkul guna bercocok tanam. Insan Tzu Chi juga mengajak para lansia suku asli untuk makan bersama dan mengimbau mereka bervegetaris.

Awalnya, para lansia ini tidak terbiasa dengan makanan vegetaris. Namun, lama-kelamaan, mereka merasa bahwa bervegetaris baik untuk kesehatan karena hipertensi mereka mulai terkendali. “Hari ini akan menyiapkan berapa jenis sayur?” tanya Liu Bi-ying, seorang relawan pendamping. “Empat sayur dan satu sup. Adakalanya, saya tidak bisa tidur karena memikirkan sayur apa yang harus dimasak,” jawab mereka.

Liu Bi-ying mengatakan bahwa mereka agak sulit mengimbau para lansia suku asli bervegetaris karena mereka bekerja sebagai buruh karena pekerjaan mereka cukup berat dan tidak terbiasa bervegetaris. “Awalnya, saya berpikir mungkin masakan saya tidak lezat sehingga orang yang datang semakin sedikit. Saya merasa sangat takut dan malu. Lalu, saya berpikir bahwa saya bisa membimbing mereka secara perlahan. Ada yang memberi tahu saya bahwa setelah makan makanan vegetaris, kadar gula darah dan tekanan darahnya tetap normal meski terkadang dia lupa minum obat. Saya menjadi lebih sehat setelah bervegetaris. Saya sudah berusia 80 tahun lebih sekarang. Darah saya lebih bersih dari darah anak muda. Saya sangat bersyukur kepada mereka yang telah menyiapkan makanan dengan sepenuh hati. Empat sayur dan satu sup, semuanya disiapkan dengan sepenuh hati. Ini sungguh sangat menyentuh,” ucapnya.

Untuk mencegah penyakit pada usia lanjut, kita harus memulainya dari orang-orang yang masih muda atau berusia paruh baya agar kehidupan mereka dapat menuju arah yang benar. Untuk itu, kita harus memberi pendampingan dengan sepenuh hati.

Kita bisa melihat relawan kita berusaha menyatukan orang-orang yang berbeda agama. Betapa bijaksananya mereka. Jika orang-orang tak membeda-bedakan agama, maka akan tercipta keharmonisan. Inilah kehidupan yang kita butuhkan. Intinya, kita harus bersungguh hati menyucikan hati manusia. Ini pasti bisa kita capai.

Bersyukur kepada langit dan bumi serta melindungi gunung dan sungai

Menggantikan sang putra menanam pohon hingga membentuk oasis

Mengasihi dan membantu membersihkan rumah para lansia dan orang yang membutuhkan

Kesehatan para lansia membaik setelah bervegetaris

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 7 April 2016

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 9 April 2016

Hanya orang yang menghargai dirinya sendiri, yang mempunyai keberanian untuk bersikap rendah hati.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -