Ceramah Master Cheng Yen: Bersyukur, Menghormati, dan Mengasihi Kehidupan


“Relawan lain mengajari saya untuk menyebut langkah-langkah yang saya lakukan dengan lantang agar saya dapat mengingatnya. Saya berlatih siang dan malam, bahkan pada waktu makan. Saya terus berlatih hingga saya tertidur. Sekitar sebulan kemudian saya pun bisa,” kata Du Jin-di relawan Tzu Chi.

“Saya mengenal kakak Jin-di pada tahun 2015. Saat itu saya mengajaknya ke posko daur ulang untuk menjadi relawan daur ulang,” kata Fu Hui-fang relawan Tzu Chi.

“Temperamen dan kehidupan saya banyak berubah. Dahulu masalah uang dan anak-anak selalu membuat saya khawatir. Kini saya bisa melepas semua kekhawatiran itu,” kata Du Jin-di relawan Tzu Chi.

Bodhisatwa sekalian, kita harus menggenggam kehidupan kita tanpa menyia-nyiakan sedetik pun. Sungguh kita harus mengenggam kesempatan untuk mempelajari Dharma. Kita harus mendengar dan menyerap Dharma ke dalam hati. Meski Dharma tidak bisa dilihat dan diraba, tetapi setelah kita menyerap Dharma ke dalam hati, hati kita menjadi sejuk, damai, dan tenang.


Dunia ini bagaikan sedang terbakar. Bukankah cuaca beberapa hari ini sangat panas? Saya pernah menggunakan perumpamaan pasir yang sedang di gongseng dan matahari yang sedang digoreng untuk menggambarkan kondisi ini. Dari perumpamaan ini bisa diketahui banyak kesengsaraan di dunia ini. Jadi dunia ini penuh dengan kesengsaraan, kerisauan, dan penderitaan.

Kebahagiaan tidak bertahan selamanya. Kebahagiaan berlalu dengan cepat, sedangkan kekhawatiran dan penderitaan bertahan sangat lama. Orang-orang mengejar harta kekayaan, kenikmatan hidup, dan materi yang berlimpah. Berapa banyak baru terasa cukup? Selamanya tidak akan cukup.

Orang yang keinginannya tidak terpenuhi juga mengalami penderitaan. Saat seseorang berhenti menginginkan sesuatu, dia mungkin sudah tiba di akhir hayatnya. Jika tidak, dia pasti masih memiliki keinginan. Saya sendiri juga memiliki keinginan. Saya menginginkan dunia yang harmonis dan masyarakat yang sehat.


Berharap masyarakat sehat dan semua orang tentram, apakah ini termasuk keinginan? Ya ini termasuk keinginan. Dengan kondisi pandemi saat ini, apakah orang-orang menderita? Ya, melihat penderitaaan orang-orang saya juga berharap pandemi ini segera berlalu serta semua orang aman dan selamat. Namun, pandemi masih berlangsung dan belum berakhir. Karena itu saya tetap merasa tidak tenang.

Di dunia ini terdapat kekhawatiran seperti ini, karena itulah Buddha mengatakan bahwa dunia ini penuh penderitaan. Kita yang terlahir sebagai manusia hendaklah membangun ikrar agung untuk terjun ke masyarakat.

Dengan ikrar agung ini kita akan melakukan segalanya dengan sukarela dan menerima segalanya dengan suka cita. Terimalah segala kondisi dengan tenang. Intinya, menghadapi pandemi ini kita hendaklah damai dan tenang. Jika tidak batin kita akan ikut begejolak sehingga kita terasa khawatir dan mengalami depresi. 

Bagaimana kita menjalani kehidupan seperti ini? Sangat sulit. Kehidupan yang sulit dijalani akan membuat kita menderita. Kehidupan yang sulit dijalani membawa penderitaan.

Bodhisatwa sekalian, saya selalu menyebut kalian Boddhisatwa. Sebagai Bodhisatwa dunia, kita harus ingat bahwa kita memiliki cinta kasih yang berkesadaran. Kita harus menyadari bahwa kita datang dengan membawa ikrar, bukan terkondisi oleh kekuatan karma.


Kita datang ke dunia ini dengan semangat misi. Jika kita semua memiliki pola pikir seperti ini, kita akan merasa kehidupan kita sangat bernilai. Dengan mengetahui misi dan nilai kehidupan kita, kita akan mengahargai diri sendiri dan menghormati orang lain.

Kita harus menghargai kehidupan kita karena kehidupan kita bermanfaat bagi dunia ini. Jadi kita harus menghargai kehidupan diri sendiri. Kita juga harus menghormati setiap orang karena kita mereka juga Boddhisattva yang baru bertekad. Kita semua hidup di ruang yang sama. Jika ruang ini sehat, semua orang akan sehat. Saat udara di ruang ini sejuk, semua orang bisa merasakannya.

Saat pikiran, tubuh, dan lingkungan kita harmonis dan selaras, kita bisa menjalani hidup tanpa kekhawatiran. namun sulit untuk memperoleh, kita hendaknya tidak menginginkannya. Meski demikian, kita harus bersungguh-sungguh menjaga kesehatan dan martabat setiap orang.

Ini disebut bersyukur, menghormati, dan mengasihi kehidupan. Selama bertahun-tahun, ajaran saya selalu bekaitan dengan kata-kata ini. Dari setiap penggal Sutra yang saya babarkan, kebenarannya selalu sama.


Sesungguhnya Dharma yang dibabarkan oleh Buddha juga merupakan kebenaran yang sama. Prinsip kebenaran sangatlah sederhana, tetapi disampaikan secara berbeda sesuai kemampuan setiap orang.

Jadi, Buddha membabarkan Dharma dengan berbagai metode sesuai kondisi dan kemampuan setiap orang. Ini disebut membimbing orang-orang sesuai kemampuan mereka. Kita juga harus mengenggam kesempatan dan jalinan jodoh. 

Belakangan ini saya setiap hari berulang kali berkata “Genggamlah jalinan jodoh”. Menggenggam jalinan jodoh apa? Saat ini kita harus mengenggam jalinan jodoh untuk berbagai tentang pelajaran besar yang di datangkan oleh pandemi.

Keinginan yang tidak terpenuhi mendatangkan penderitaan dan kesengsaraan
Membangun ikrar agung untuk menjadi makhluk berkesadaran
Bersyukur, menghormati, dan mengasihi kehidupan
Membabarkan Dharma sesuai kemampuan setiap orang

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 16 Juli 2021
Sumber: Lentera Kehidupan- DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 18 Juli 2021
Jika menjalani kehidupan dengan penuh welas asih, maka hasil pelatihan diri akan segera berbuah dengan sendirinya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -