Ceramah Master Cheng Yen: Bertekad untuk Bersumbangsih serta Menyucikan Tubuh dan Batin

Bodhisatwa sekalian, setiap hari saya selalu mengucap syukur. Setiap tetes pencapaian yang ada berasal dari cinta kasih kalian yang bersatu hati. Dengan cinta kasih yang dilandasi kesatuan hati ini, kalian bersumbangsih tanpa pamrih. Kita semua bersumbangsih dengan sukarela.

Saya melihat para relawan pelestarian lingkungan kita. Sesungguhnya, kalian yang duduk di sini, baik anggota Tzu Cheng, komite, maupun komisaris kehormatan, semuanya juga sangat bersatu hati. Banyak dari kalian yang terjun dalam kegiatan daur ulang dengan satu hati.

Semua orang memiliki satu hati yang sama, yaitu hati yang penuh cinta kasih tanpa ego, untuk bersumbangsih tanpa pamrih. Kekuatan yang terhimpun sungguh berharga. Para relawan daur ulang ini memiliki hati yang setara.

Di dalam masyarakat, perbedaan kondisi kehidupan setiap orang tak terhindari. Bagaimanapun kondisi kehidupannya atau tingkat pendidikannya, setiap orang tetap setara di Tzu Chi. Dalam masyarakat masa kini, pendampingan jangka panjang bagi lansia menjadi isu. Warga berusia 65 tahun ke atas dianggap sebagai lansia.

Sebelum memulai perjalanan kali ini, saya sering mengadakan rapat dengan badan misi kesehatan Tzu Chi. Para staf medis dan pekerja sosial, setiap kali mengadakan rapat dengan saya, selalu mengungkit tentang pendampingan jangka panjang. Mereka sering menyampaikan masalah lansia yang dialami warga berusia 65 tahun ke atas.


Suatu ketika, saat datang ke Taichung, saya berkata kepada insan Tzu Chi di sana bahwa saat ini terdapat isu tentang warga lansia yang membutuhkan pendampingan sehingga pemerintah menggagas program pendampingan jangka panjang.

Para anggota komite kita saat itu menjawab pernyataan saya, "Master, kami selamanya lebih memilih untuk memperhatikan dan merawat orang lain, tidak ingin menjadi orang yang harus dirawat." Saya berkata, "Benar, kita harus memiliki tekad yang kuat. Selanjut apa pun usia kita, kita masih bisa bersumbangsih. Kita berharap bisa tetap sehat dan berpikiran jernih dan dapat berbuat baik setiap hari."

Agar pikiran tetap jernih, kita tidak boleh membiarkan otak santai. Kita tetap beraktivitas untuk memilah berbagai barang daur ulang yang beraneka warna. Mata dan otak kita terlatih untuk membedakannya dengan cepat. Tangan kita pun memilahnya dengan cepat. Beginilah biasanya kita melatih otak kita.

Otak tidak boleh dibiarkan minim aktivitas. Lewat kegiatan daur ulang, kita berlatih untuk memilah dengan tepat dan cepat. Kita melihat barang-barang itu dan memilahnya. Jadi, pikiran, otak, dan tangan dilatih secara bersamaan.

Lihatlah, ada relawan yang berusia 80 atau 90 tahun lebih. Mereka tidak pernah berhenti bersumbangsih. Karena itu, mereka tidak perlu didampingi orang lain. Mereka dapat menyayangi dan melindungi Bumi.

Saya berkata kepada mereka bahwa menyayangi Bumi sama dengan mengasihi anak cucu. Semua orang paling peduli terhadap anak cucu sendiri. Agar anak cucu dapat hidup aman dan tenteram, alam ini harus dijaga. Alam harus dilindungi, udara harus kita jaga. Ini sangat berkaitan erat dengan pelestarian lingkungan. Terlebih lagi, kini tengah terjadi pandemik atau wabah penyakit menular. Dari manakah virus penyakit ini berasal? Yang paling mungkin ialah dari binatang.


Saya berharap semua orang dapat mengembangkan cinta kasih yang menyeluruh. Kita membebaskan nyawa makhluk hidup. Jika kita tidak ingin memakannya, tiada orang yang menyembelihnya. Dengan demikian, tidak perlu teknologi untuk pengembangbiakan buatan.

Dalam ajaran Buddha, kita berharap untuk terbebas dari enam alam kelahiran. Untuk itu, kita harus menyucikan batin dan tubuh. Tubuh kita tidak boleh menciptakan karma pembunuhan, pencurian, dan perbuatan asusila. Pikiran kita tidak boleh membangkitkan ketamakan, kebencian, dan kebodohan. Jika batin dipenuhi ketamakan, kebencian, dan kebodohan, tubuh kita dapat melakukan pembunuhan, pencurian, dan perbuatan asusila. Semua ini adalah karma buruk.

Menurut ajaran Buddha, ajaran pertama Buddha di dunia ialah mengenai penderitaan dan sebab penderitaan. Kita melakukan berbagai perbuatan yang tidak benar. Ini disebut karma buruk.

Berbagai karma buruk yang kita ciptakan terus terakumulasi dan membuat kita semakin tersesat dan semakin dipenuhi kejahatan. Berbagai keburukan ini terus terakumulasi hingga masa tertentu.

Masa kita hidup saat ini disebut masa kemunduran Dharma yang dipenuhi lima kekeruhan. Karma buruk kolektif terus terakumulasi lewat perbuatan membunuh, melukai, dan mencelakai makhluk hidup sehingga makhluk yang menjadi korban ini mulai menunggu kesempatan untuk menuntut balasan. Balasan ini terwujud lewat kondisi cuaca dan iklim. Ini juga berkaitan dengan pikiran manusia.

Selain bencana alam akibat perubahan iklim, ada pula bencana akibat ulah manusia seperti peperangan yang membuat berbagai karma buruk semakin terakumulasi. Semua ini menjadi tak terkendali. Intinya, kita semua harus tulus berdoa demi ketenteraman dunia dengan hati yang murni. Kita juga harus tulus menciptakan berkah.


Di sini saya ingin kembali menyerukan bahwa kita tidak boleh tidak bervegetaris. Berusahalah untuk mengurangi makan daging hewan, yang terbaik ialah tidak memakannya sama sekali. Bervegetaris menunjukkan ketulusan kita.

Sejak zaman dahulu, saat ingin berdoa memohon keselamatan, orang-orang akan berpantang.

“Dalam ritual Chien Chiao, ada satu tata cara yang sangat penting berkenaan dengan makanan. Pertama, memberi persembahan makanan vegetaris kepada para dewa dan Buddha. Kedua, diri sendiri juga berpantang makan dengan bervegetaris. Ketiga, berpantang dari segi pikiran. Selama beberapa waktu, semua rumah makan di Puli juga tidak menjual makanan hewani,” kata Pan Qi-xian Pengurus Perkumpulan Aset Budaya Nantou.

“Selama tujuh hari, kami akan bervegetaris. Sesungguhnya, ini juga merupakan sarana menyucikan diri sendiri,” kata Nona Lin warga Puli.

“Jangan karena ingin memohon keselamatan, lalu mengorbankan nyawa makhluk lain. Kita harus menyebarkan konsep ini kepada orang banyak,” kata Huang Rui-jiao relawan Tzu Chi.

Bisa kita lihat bahwa saat berdoa memohon keselamatan, orang-orang tidak memakan daging hewan termasuk ikan. Semua orang harus memiliki cinta kasih yang menyeluruh. Tanaman pangan cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi kita. Jadi, kita harus bersyukur terhadap bumi dan bertobat terhadap langit.

Di masa lalu, entah berapa banyak makhluk hidup yang kita korbankan untuk makan. Kita tidak tahu. Kesalahan yang kita perbuat juga tidak sedikit. Jadi, kita harus senantiasa bertobat dan bersyukur terhadap setiap orang setiap hari. Semua orang hendaknya berusaha melakukan ini.

Karma buruk akibat ketidaktahuan mendatangkan akibat
Bertobat terhadap langit serta menyucikan tubuh dan batin
Bertekad untuk berpantang dan melindungi semua makhluk
Bersumbangsih demi anak cucu dan tidak ingin dirawat orang lain

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 08 Desember 2020       
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 10 Desember 2020
Beriman hendaknya disertai kebijaksanaan, jangan hanya mengikuti apa yang dilakukan orang lain hingga membutakan mata hati.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -