Ceramah Master Cheng Yen: Bertindak Sesuai Prinsip Kebenaran di Jalan Bodhisatwa

Kamp pelatihan kali ini diikuti oleh relawan dari 5 negara dan wilayah. Apakah semua orang mengikutinya dengan tekun dan bersemangat? Jika setiap orang diumpamakan sebagai sebutir benih, maka dalam kamp pelatihan kali ini, ada hampir 20.000 butir benih. Dengan menyerap Dharma ke dalam hati, setiap butir benih bisa bertumbuh menjadi tak terhingga. Seiring berlalunya waktu, usia kehidupan kita juga berkurang. Kita harus menginspirasi setiap orang untuk meningkatkan tekad pelatihan dan tekun melatih diri. Meski saya menggalakkan konsep “Bank Usia”, tetapi yang terpenting adalah ketekunan dan semangat masing-masing.

Wakil Kepala RS Tsai dari RS Tzu Chi Taichung juga mengingatkan saya, “Master, jangan lupa, Master pun telah berusia 30 tahun lebih.” Jika saya benar-benar berusia 30-an tahun, maka Badan Amal Ke Nan Tzu Chi baru berdiri dua tahun dan memasuki tahun ketiga. Perjalanan kita dimulai dari kondisi yang serba sulit. Sungguh, kita menggenggam setiap momen dan menghargai setiap sumber daya sehingga bisa berkembang seperti saat ini. Ini berkat akumulasi tetes demi tetes sumbangsih banyak orang.


Bodhisatwa sekalian, demi merekrut donatur dan mengumpulkan donasi, kalian harus naik sepeda motor atau mobil. Jika dihitung, kalian rugi karena mengeluarkan banyak biaya. Selain waktu dan sumbangsih kalian, terkadang kalian juga membawa suvenir ke rumah donatur. Saya tahu bahwa ada banyak komite yang berbuat demikian untuk menjalin lebih banyak jodoh baik dan menumbuhkan jiwa kebijaksanaan. Dalam menapaki Jalan Bodhisatwa dan menjalin jodoh baik, kalian rela mengorbankan waktu dan mengeluarkan biaya untuk bersumbangsih.

Para staf kita juga menyatukan profesi dan misi. Pascagempa 6 Februari di Hualien, para staf kita juga mengorbankan waktu dan merogoh kocek sendiri untuk berpartisipasi dalam penyaluran bantuan bencana. Bagaimana kalian bersumbangsih selama puluhan tahun ini, demikian pulalah sumbangsih para staf kita. Salah seorang staf kita, Shu-zhen, juga sangat tekun melatih diri. Sebelum berangkat kerja, dia mengikuti ceramah pagi saya.


“Master terus mengingatkan kita untuk tidak membawa manfaat bagi diri sendiri saja. Untuk membawa manfaat bagi rekan kerja, saya membuat catatan yang lebih detail. Dengan begitu, saya juga bisa mengingatkan diri sendiri untuk menyerap Dharma ke dalam hati. Selain itu, saya juga harus mencatat dengan benar agar tidak memengaruhi orang lain. Jika catatan saya salah, orang lain mungkin akan memiliki pemahaman yang salah terhadap ajaran Master. Karena itu, saya juga mempelajari apa yang dilakukan oleh Tzu Chi,” ucap Wei Shu-zhen, Staf Yayasan Tzu Chi.

Selain menyerap Dharma dan menumbuhkan jiwa kebijaksanaan diri sendiri, dia juga membuat catatan dengan rapi dan berbagi dengan orang lain sehingga orang lain dapat menyerap Dharma bagai mengikuti ceramah pagi saya secara langsung. Mendengar hal ini, saya sangat tersentuh. Dengan kesungguhan hati, dia melatih diri sekaligus mendukung pelatihan diri orang lain. Dia mendengar Dharma dengan sepenuh hati. Yang terpenting dan membuat saya tersentuh adalah dia membuat catatan yang rapi dan berbagi dengan orang lain.


Sesungguhnya, pada zaman Buddha, karena kurangnya jalinan jodoh, ajaran Buddha tidak dicatat secara langsung. Kini sudah lebih dari 2.500 tahun berlalu. Beruntung, ada para cendekiawan yang sepenuh hati menulis Sutra. Dalam ceramah saya, saya selalu berkata bahwa kita jangan hanya mendengar Dharma. Kita sudah tidak punya cukup waktu. Kini, yang kita butuhkan adalah Bodhisatwa dunia. Bodhisatwa dunia harus memahami kondisi zaman sekarang. Apa yang dibutuhkan dunia saat ini? Melenyapkan kemelekatan dan noda batin serta melapangkan hati dan memperluas wawasan.

Saya harus berbagi dengan kalian tentang apa yang terjadi di seluruh dunia sekarang. Selain itu, kita juga harus menggunakan kesadaran untuk memahami bagaimana Buddha mengajarkan praktik Bodhisatwa pada lebih dari 2.500 tahun yang lalu. Buddha datang ke dunia ini untuk mengajarkan praktik Bodhisatwa. Kapan praktik Bodhisatwa harus dijalankan? Saat dunia penuh kekeruhan. Bukankah saat ini dunia penuh kekeruhan? Saat dunia diselimuti kekeruhan yang tebal, kita harus menyatukan hati semua orang dan membimbing mereka ke arah yang benar.


Saya sungguh sangat bersyukur insan Tzu Chi sering pergi ke lembaga pemasyarakatan untuk membimbing para narapidana dengan kegiatan bedah buku. Kita bisa melihat para narapidana menerima bimbingan relawan kita dan berubah dari keras menjadi lembut. Singkat kata, inilah yang disebut menyucikan hati manusia. Jika orang yang berjalan menyimpang berkurang satu, maka masyarakat akan lebih harmonis. Untuk itu, kita membutuhkan Dharma. Terlebih di dunia yang penuh kekeruhan ini, kita semakin membutuhkan Dharma. Semoga semua orang berkesempatan mengenal Dharma.

Bodhisatwa sekalian, semoga setiap anggota keluarga besar kita dapat tekun dan bersemangat mendengar Dharma. Jika tidak bisa mengikuti ceramah pagi saya, kalian juga bisa mempelajarinya lewat tulisan atau video di internet. Tentu saja, akan lebih baik jika kalian bisa mengikuti ceramah pagi saya secara langsung. Inilah wujud ketekunan dan semangat. Setiap orang hendaknya menggenggam waktu dan memanfaatkan kehidupan untuk menumbuhkan jiwa kebijaksanaan.

Tekun mendengar Dharma untuk membimbing diri sendiri dan orang lain

Memahami kebenaran dan meneladani hati Buddha dengan kesadaran

Memandang ke seluruh dunia dan memahami penderitaan di dunia

Membimbing sesama manusia dengan ajaran bajik

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 6 April 2018

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 8 April 2018
Bila sewaktu menyumbangkan tenaga kita memperoleh kegembiraan, inilah yang disebut "rela memberi dengan sukacita".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -