Ceramah Master Cheng Yen: Bertobat, Mawas Diri, dan Menjaga Perbuatan

Belakangan ini, hati saya penuh kekhawatiran. Saya mendengar banyak hal yang terjadi di dunia. Bencana kerap terjadi akibat ketidakselarasan empat unsur alam. Setiap hari saya merasa sangat khawatir dan sedih, terlebih karena kebakaran di Australia yang masih terus berlangsung hingga kini.

Kebakaran yang awalnya ada di tengah hutan telah merambat mendekati daerah permukiman. Kebakaran berlangsung lama. Api masih terus berkobar hingga kini. Setiap hari saya selalu bertanya, "Apa orang-orang di sana baik-baik saja?" Saya selalu bertanya, "Bagaimana keadaan saat ini?" Laporan yang saya dapatkan setiap hari ialah cuaca di sana sangat panas, suhu udara sangat tinggi, dan api masih belum padam.

Kepada insan Tzu Chi Australia, saya selalu berkata, "Kalian harus mawas diri dan tulus." Selain mawas diri, mereka perlu mencurahkan perhatian dan membantu para korban bencana. Apa yang dapat kita lakukan untuk membantu? Walau kobaran api sangat besar dan masih terus meluas, saya masih berkata, "Kalian harus mawas diri dan tulus."

Walaupun mereka kekurangan orang dan sumber daya, tetapi yang terpenting ialah setiap orang dapat bervegetaris dan berdoa dengan tulus. Ini merupakan satu-satunya cara. Tiada cara lain. Kita harus senantiasa tulus.

 

Sejak tahun lalu, saya juga mendengar tentang wabah koronavirus. Wabah koronavirus baru mulai pelan-pelan terdeteksi menjelang Tahun Baru Imlek dan jumlah penderitanya terus meningkat. Saya terus mengikuti berita dan merasa khawatir setiap harinya karena jumlah kasus yang terus meningkat. Kita harus menenangkan diri dan berpikir tentang wabah koronavirus ini.

Novel koronavirus ini berasal dari Wuhan dan telah merebak ke puluhan negara lainnya. Akibat kemudahan transportasi, kita mudah untuk bepergian dan melakukan hubungan internasional. Kini semua orang berusaha melindungi diri dan merasa khawatir.

Walau berada di tengah kemajuan teknologi medis dan ilmu sains, tetapi dalam menghadapi  wabah virus seperti ini, kita sebaiknya tetap mawas diri. Jika kita tidak mawas diri, pintu karma akan mudah terbuka. Saat pintu karma terbuka, wabah akan menyebar seperti saat ini. Dari mana datangnya virus ini? Virus ada di mana-mana dan tak kasatmata. Hewan dan manusia sama-sama merupakan makhluk hidup.


Mengapa manusia harus memakan hewan? Jika kita tidak memakan  dan membunuh hewan, segala sesuatu akan hidup mengikuti hukum alam secara alami. Kita harus menghormati hak hidup setiap makhluk hidup. Jadi, kita harus bersyukur, menghormati, dan mengembangkan cinta kasih. Bersyukur, menghormati, dan mengasihi kehidupan; harmonis tanpa pertikaian, menciptakan berkah bersama. Bukankah begitu?

Kita juga harus saling mengucap syukur. Dengan saling mengucap syukur dan menghormati, semuanya akan damai dan tenteram. Namun, manusia mudah terpengaruh oleh ketamakan, kebencian, dan kebodohan. Manusia hanya tahu memenuhi nafsu keinginan dan mengejar kenikmatan lahir dan batin, termasuk nafsu makan. Untuk itu, manusia membunuh. Manusia yang lebih kuat membunuh hewan-hewan yang lebih lemah serta memakan hewan-hewan itu. Jadi, hewan-hewan itu sering menderita akibat perbuatan manusia.

Kita harus berinstropeksi diri. Kini kita harus meningkatkan kewaspadaan, banyak berinstropeksi, dan bertobat. Semua orang perlu menenangkan tubuh dan pikiran sejenak. Segala sesuatu yang terjadi kali ini, apa pun bentuknya, merupakan balasan dari perbuatan buruk yang pernah manusia lakukan. Ini merupakan karma kolektif semua makhluk.


Setelah menciptakan karma buruk, manusia akan mendapatkan peringatan agar manusia tahu bahwa apa yang telah dilakukan itu salah. Manusia dan hewan memiliki hakikat yang serupa. Buddha berkata bahwa hati manusia dan hewan serupa karena hati, Buddha, dan semua makhluk pada hakikatnya tiada perbedaan dan semuanya serupa.

Hati Buddha, hati semua makhluk, dan hati manusia pada hakikatnya sama dan sangat mirip. Melalui pelatihan diri, kita tahu bahwa  semua makhluk harus hidup berdampingan. Dengan demikian, kita bisa saling menghormati dan mengasihi sehingga semuanya harmonis  dan bebas dari pertiakian. Dengan begitu, barulah kita dapat menciptakan perdamaian dan berkah bersama. Ini semua harus senantiasa kita renungkan baik-baik.

Ketamakan terhadap nafsu mendatangkan bencana
Bertobat, mawas diri, dan menjaga pintu karma
Merenung secara menyeluruh untuk menghentikan pertikaian
Semua makhluk saling mengasihi dan hidup berdampingan

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 5 Februari 2020          
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Stella
Ditayangkan tanggal 7 Februari 2020

Setiap manusia pada dasarnya berhati Bodhisatwa, juga memiliki semangat dan kekuatan yang sama dengan Bodhisatwa.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -