Ceramah Master Cheng Yen: Bertobat, Tersadarkan, dan Bersumbangsih dengan Cinta Kasih
Sejak bulan Juni, Tiongkok berulang kali dilanda banjir besar. Hingga kini, bulan Agustus, banjir masih terus terjadi. Insan Tzu Chi di sana bekerja sama dengan harmonis untuk bersumbangsih bagi korban bencana dan membantu mereka pindah ke penampungan sementara.
“Ada sebuah penampungan yang sedang dipersiapkan. Berhubung pemerintah berhara kita dapat memberikan dukungan, kita segera menyiapkan barang bantuan. Begitu barang bantuan tiba di sini tadi, kita langsung mulai mengemasnya,” kata Jiang Xiaolei, relawan Tzu Chi.
“Rumah para petani yang butuh penampungan ini sudah terendam air. Berhubung arus air sangat deras, kasur, selimut, uang tunai, dan semua barang kebutuhan sehari-hari mereka terbawa arus air. Jadi, itulah yang paling mereka butuhkan,” terang Ma Jun, Camat Longmen, Lushan.
Para relawan kita menghimpun kekuatan cinta kasih. Berhubung tidak tega melihat para korban bencana menderita dan tak berdaya, relawan kita menggenggam waktu untuk menenangkan hati mereka dan bersumbangsih bagi mereka. Saya sangat memuji insan Tzu Chi Tiongkok. Mereka selalu bergerak dengan cepat.
Relawan kita dan pemerintah setempat dengan cepat bergerak untuk memberi bantuan. Ini sungguh penuh kehangatan. Namun, banjir ini membawa dampak serius bagi warga. Ada warga yang berkata, “Saya kehilangan segalanya karena banjir. Saya tidak membawa apa pun.” Ada pula warga yang rumahnya runtuh. Mereka merasa tidak berdaya.
Hidup manusia tidaklah kekal dan bumi pun rentan. Kita bisa menyaksikannya saat ini. Beruntung, ada insan penuh cinta kasih di dunia ini. Dibutuhkan banyak insan penuh cinta kasih untuk menjangkau, menghibur, menenangkan, dan mendampingi orang-orang yang membutuhkan. Insan penuh cinta kasih harus ada di dunia ini.
Melihat kondisi di sana, saya sungguh merasa tidak tega. Namun, kita juga tidak berdaya. Saat ini, saya hanya berharap semua orang dapat meningkatkan kewaspadaan, bersatu hati, dan berdoa dengan tulus semoga dampak bencana yang ditimbulkan lebih ringan dan bencana cepat berlalu agar para korban bencana dapat segera membangun kembali rumah mereka.
Sungguh, banyak orang yang menderita di dunia ini, tidak peduli kaya ataupun miskin. Bencana akibat perubahan iklim tidak memandang kaya ataupun miskin. Jadi, banyak orang yang menderita. Apa yang harus kita lakukan agar terbebas dari penderitaan dan memperoleh kebahagiaan? Hanya dengan membina ketulusan dan cinta kasih serta berintrospeksi diri.
Akibat pola hidup yang boros dan nafsu keinginan yang tinggi, manusia terus merusak bumi. Nafsu keinginan yang tinggi membuat kita menciptakan karma buruk besar sehingga bencana kerap terjadi dan semakin lama semakin serius. Setiap orang hendaklah bertobat dan tersadarkan. Kita harus terus menghimpun cinta kasih dengan menginspirasi orang-orang.
Tzu Chi bisa berkembang hingga kini juga berkat himpunan tetes-tetes cinta kasih dari waktu ke waktu. Hingga kini, kita telah memberikan bantuan ke 116 negara dan wilayah. Saya berharap semua orang tahu untuk menghimpun tetes-tetes cinta kasih. Lihatlah paket kebutuhan sehari-hari yang dipanggul oleh penerima bantuan kita. Itu cukup untuk kebutuhan mereka selama sebulan. Di setiap negara, insan Tzu Chi selalu memanfaatkan sumber daya setempat untuk segera memberikan bantuan.
Berkat kemajuan teknologi, insan Tzu Chi di seluruh dunia dapat menonton Da Ai TV. Melihat cara relawan di negara lain mengemban misi, mereka bisa saling belajar. Contohnya cara membagikan barang bantuan.
Lihatlah di Afrika, setelah melenyapkan penderitaan, relawan kita juga berbagi Dharma dengan para penerima bantuan. Relawan kita sering berbagi Dharma, seperti hukum sebab akibat, untuk membimbing mereka membina rasa syukur dan cinta kasih setiap waktu.
“Siapa yang dapat menyebarkan cinta kasih besok? Silakan angkat tangan.”
Kita sungguh harus menyayangi dan mengasihi orang-orang yang menderita. Setelah melenyapkan penderitaan mereka, kita harus berbagi Dharma dengan mereka. Setelah menyerap Dharma ke dalam hati, mereka juga menyebarkan cinta kasih. Berbagi Dharma dengan orang-orang dapat membawa harapan bagi dunia ini. Mereka sangat optimistis dan bersukacita berpegang pada prinsip kebenaran meski hidup kekurangan. Ini sungguh tidak mudah.
Kita juga melihat Kamboja. Sebelumnya, sopir tuk-tuk terlihat di mana-mana karena di Kamboja terdapat banyak objek wisata. Namun, kini sudah tidak ada wisatawan di sana.
“Kehidupan saya saat ini sungguh sangat sulit. Terkadang ada penumpang, terkadang tidak ada. Sering kali, satu dolar AS saja tidak bisa saya dapatkan. Uang saya hampir habis dan hampir tidak mampu makan,” tutur Pal Phearith Sopir tuk-tuk.
“Banyak sopir tuk-tuk yang menyewa kendaraan. Jika penghasilan mereka berkurang, mereka tidak mampu membayar sewa bulanan sebesar 150 dolar AS. Membayar sewa bulanan saja tidak mampu, bagaimana menjaga kelangsungan hidup?,” kata Hu Mei-ling, relawan Tzu Chi.
Selain barang bantuan, insan Tzu Chi juga membagikan masker agar kesehatan mereka dan kelangsungan hidup keluarga mereka terjaga. Insan Tzu Chi bersumbangsih di sana dengan tulus dan penuh cinta kasih. Mereka juga menggalang dana dengan harapan dapat membangkitkan cinta kasih orang-orang. Ini bukan demi uang, melainkan demi menginspirasi cinta kasih.
Relawan
kita mengingatkan orang-orang tentang bencana yang terjadi agar mereka dapat meningkatkan
kewaspadaan dan tersadarkan. Relawan di sana menggenggam jalinan jodoh untuk
membimbing orang-orang meningkatkan cinta kasih dan kewaspadaan. Hal yang
disyukuri sangatlah banyak. Insan Tzu Chi selalu bersumbangsih bagi dunia.
Menghadapi pandemi COVID-19, semua orang hendaklah meningkatkan kewaspadaan.
Melenyapkan penderitaan dan berbagi tentang hukum sebab akibat
Senantiasa bersyukur dan bertobat
Bersukacita berpegang pada prinsip kebenaran meski hidup kekurangan
Menghimpun cinta kasih dan bersumbangsih bersama
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 21 Agustus 2020