Ceramah Master Cheng Yen: Bervegetaris dan Berdoa demi Meredam Bencana
Dalam menghadapi wabah dan bencana kali ini, kita semua harus bersungguh hati. Satu-satunya cara bagi kita ialah membangkitkan ketulusan. Untuk meredam bencana, kita harus tulus berdoa. Semua orang hendaknya membangkitkan ketulusan. Ketulusan yang diperlukan adalah ketulusan orang banyak.
Seluruh umat manusia harus sadar dan mengingatkan diri sendiri. Semua orang harus membangkitkan hati yang tulus. Ketulusan ini tidak membedakan agama. Terlebih lagi, sebagai umat Buddha, kita harus lebih bersungguh hati. Kekuatan tekad banyak orang bagaikan benteng. Semua orang bersatu hati dengan tekad yang sama untuk berdoa dengan tulus semoga bencana lenyap adanya.
Sesungguhnya, dalam masa pandemi kali ini, banyak negara menerapkan penutupan wilayah. Begitu penutupan wilayah diberlakukan, aktivitas ekonomi, industri, dan perdagangan terhenti. Orang yang hidup menderita pun semakin banyak. Saat ini jumlah orang yang kelaparan di dunia mencapai lebih dari 800 juta jiwa. Ini sungguh menakutkan. Ini berarti di antara 9 orang, ada satu orang yang terancam kelaparan.
Tidak memiliki makanan sungguh menderita. Angka ini sungguh tinggi. Di antara seluruh populasi manusia di dunia, banyak orang yang menghadapi berbagai penderitaan. Angka kemiskinan juga meningkat. Perubahan iklim saat ini menyebabkan terjadinya banyak bencana di dunia. Ini juga sangat mengkhawatirkan dan menakutkan.
Saya berharap kita semua yang hidup dalam kondisi aman dan selamat sungguh-sungguh membangkitkan ketulusan. Jadi, cara untuk meredam bencana ialah dengan ketulusan. Kita harus tulus berdoa. Setiap orang harus berdoa dengan satu hati. Wujud dari doa ini ialah bertekad untuk mengubah tabiat buruk masa lalu. Kita tengah menghadapi karma kolektif. Setiap orang hendaknya mengingatkan diri sendiri untuk mengubah tabiat ataupun karma buruk.
Demi ketenteraman dunia, semua orang harus memiliki kesadaran. Jadi, untuk meredam dan melenyapkan bencana, kita perlu menanam berkah. Untuk menanam berkah, kita harus berbuat baik. Setiap orang harus menyelaraskan pikiran. Terhadap kehidupan, kita harus memiliki rasa hormat. Kita harus menghormati kehidupan dan menaklukkan nafsu makan.
Dalam masa pandemi kali ini, saat semua orang mengurangi aktivitas, udara menjadi lebih bersih. Awan asap menghilang dan langit biru pun terlihat. Kita dapat melihat pegunungan yang hijau. Dari sini, kita bisa melihat bahwa manusialah yang menciptakan pencemaran. Lebih jauh lagi, penutupan wilayah akibat pandemic membuat kasus tertabraknya hewan di jalan juga berkurang. Hewan yang mati atau terluka di jalan juga berkurang banyak.
Dari sini, kita juga melihat bahwa manusia telah banyak menciptakan karma buruk secara sengaja ataupun tidak. Jika manusia dapat berintrospeksi dan mengubah pola hidup sedikit saja, tentu akan sangat membantu bagi dunia ini. Jika manusia bersedia untuk sedikit mengendalikan nafsu makan dan lebih banyak mengonsumsi makanan nabati, ini akan menjadi cara untuk melenyapkan bencana. Ini termasuk wujud dari ketulusan. Ini juga termasuk doa yang penuh kesungguhan hati.
Asalkan manusia dapat bervegetaris, batinnya akan lebih jernih. Kejernihan batin ini akan membuat kekuatan ketulusan semakin besar. Ini akan membawa manfaat dan kebaikan serta melenyapkan bencana dan menanam berkah. Hanya dengan mengendalikan nafsu makan saja, kita dapat mendatangkan manfaat besar.
Jadi, untuk meredam bencana, kita harus berdoa dengan tulus. Doa yang tulus ini diwujudkan dengan menaklukkan nafsu makan. Dengan menaklukkan nafsu makan, kita dapat meningkatkan manfaat, meredam bencana, dan menanam berkah. Ini sangatlah penting.
Kita harus menghormati ajaran Buddha. Kita semua hendaknya meningkatkan keyakinan terhadap ajaran Buddha. Bukan hanya meyakininya, kita juga harus menghormatinya. Kita harus menghormati ajaran Buddha dan saling bersyukur. Kita harus sangat bersyukur dengan menghormati kehidupan dan mengasihi semua makhluk.
“Tadi saya melihat babi-babi ini. Begitu Anda memanggil, mereka langsung keluar. Apakah dahulu juga begini?”
“Dahulu tidak begini. Dahulu mereka sangat membenci manusia karena manusia berniat memakan dan membunuh mereka. Manusia menganggap mereka sebagai makanan. Namun, kini mereka melihat Luo Hong-xian berbeda. "Mengapa orang ini tidak mengusik saya?" "Mengapa orang ini malah terus memberi saya makan?" "Dia juga memberi saya tempat berteduh yang terus diperbaiki." Jadi, mereka telah memercayai saya,” jawab Luo Hong-xian, Pemilik Tempat Perlindungan Satwa Lautan Kasih.
“Saya berbicara kepada mereka, "Dalam kehidupan kali ini kita harus giat berlatih, mendengarkan Sutra Buddha, bervegetaris, dan tidak bertengkar." "Saat pengunjung datang di hari Sabtu, kalian harus menggunakan daya hidup kalian untuk memberi tahu mereka bahwa hewan adalah teman, bukan makanan." "Dengan begitu, kalian menyelesaikan pelatihan diri kalian di kehidupan ini." Jadi, saya minta mereka mendengarkan Sutra Buddha,” tambahnya.
Orang seperti ini patut kita hormati dan kasihi karena dia menghormati kehidupan. Jadi, untuk meredam wabah penyakit, bervegetaris itu harus. Inilah yang ingin saya sampaikan kepada semua orang. Ini sangatlah penting. Harap semua orang bersungguh hati.Ajaran Buddha berharap agar kita semua membangkitkan cinta kasih di dunia. Bukan hanya terjun ke tengah masyarakat untuk menolong orang yang menderita, kita juga harus melindungi dan membebaskan semua makhluk hidup.
Melindungi satwa lebih penting daripada melepas satwa. Melindungi satwa berarti tidak membiarkan orang melukainya. Dengan demikian, secara alami kita pun telah melepaskan atau membebaskan satwa. Dalam masa pandemi kali ini, tidak ada obat mujarab selain menyerukan agar semua orang menampakkan Buddha yang ada di dalam hati agar kegelapan digantikan dengan kecemerlangan.
Jadi, satu-satunya cara ialah membangkitkan ketulusan untuk membangunkan hakikat kebuddhan kita. Dengan sifat Buddha di dalam hati ini, kita dapat memandang setiap orang sebagai Buddha. Jadi, kita harus menghormati dan menghargai mereka. Inilah kebenaran. Inilah pelajaran besar dari pandemi kali ini.
Bersatu hati untuk berdoa dengan tulus
Bervegetaris demi meredam bencana
Menghormati kehidupan dan saling
bersyukur
Membangkitkan hakikat kebuddhaan dan
menampakkan kecemerlangan
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 13 Juli 2020