Ceramah Master Cheng Yen: Bervegetaris dan Menanam Benih Kebajikan
“Lebih enak, lebih alami, tidak begitu berminyak seperti di luaran. Sangat alami. Sayuran dan buah-buahan membuat supnya terasa lebih alami,” kata Pelanggan di restoran milik Zhu Ling-li, relawan Tzu Chi.
“Kami berbagi kepada pelanggan bahwa dengan bervegetaris sebanyak 15 kali makan, kita telah menyelamatkan sebatang pohon. Semua orang merasa ini luar biasa. Ini belum pernah terpikirkan sebelumnya. Berkat jalinan jodoh berjualan makanan vegetaris, saya bisa berbagi dengan semua orang dan orang-orang lebih mudah menerimanya,” kata Zhu Ling-li, relawan Tzu Chi.
“Orang baik masih lebih banyak, hanya saja banyak orang tidak mengerti dan belum terinspirasi. Namun, begitu mereka memercayai saya dan mencicipi mi buatan saya, mereka merasa saya sepenuh hati membuatnya. Apa yang saya katakana mereka dapat memercayainya. Mereka pun bersedia memercayai Tzu Chi,” tambah Zhu Ling-li.
Dengan kesungguhan hati, kita dapat memahami hukum sebab akibat dalam keseharian. Benih sebab apa yang kita ciptakan agar orang-orang bersukacita di meja makan? Bayangkan, bukankah semua hasil ini bermula dari sebersit niat dan sebuah tindakan? Tindakan kecil yang sederhana di dalam keseharian dapat berpengaruh besar, terlebih sesuatu yang dijalankan dengan tekad. Segala sesuatu terjadi karena adanya sebab dan kondisi.
Sesungguhnya, buah atau akibat apa yang dihasilkan bergantung pada pikiran kita. Jadi, kita harus selalu menjaga pikiran dengan baik. Kita harus bersungguh hati dan berkeyakinan. Kita harus meningkatkan keyakinan dan pemahaman. Dengan memiliki keyakinan dan pemahaman atas makna ajaran Buddha, pikiran kita akan dipenuhi keyakinan dan pemahaman mendalam yang membuat kita dapat senantiasa membangkitkan niat baik.
Dengan senantiasa memiliki niat baik, segala tindakan yang kita lakukan akan selalu menjalin jodoh baik. Inilah yang disebut melatih diri. Contohnya seperti menyajikan mi tadi. Jika ditelusuri, semua itu berawal dari pikiran yang sederhana. Pikiran seperti ini harus kita terapkan dalam pelatihan diri kita.
Mengenai keyakinan, pemahaman, dan pelatihan diri, segala hal yang dilakukan dalam keseharian termasuk pelatihan diri dalam ajaran Buddha, hanya saja sebutannya yang berbeda. Jadi, konsep hukum sebab akibat selalu sama. Kita harus selalu bersungguh hati atas segala yang kita lakukan dalam keseharian, terlebih lagi dalam menghadapi orang dan hal. Jadi, dalam kehidupan sehari-hari kita dapat merasakan bekerjanya hukum sebab akibat.
Saat merasakan kebahagiaan, kita harus bersyukur. Saat sesuatu yang kita lakukan membuahkan kebahagiaan bagi orang lain, kita harus bersyukur. Rasa syukur yang kita rasakan berasal dari kebahagiaan yang orang lain terima. Kebahagiaan yang mereka rasakan membuahkan ketenangan batin dan rasa syukur bagi kita. Ini saling berkaitan. Semua ini tak lepas dari hukum sebab akibat. Ini karena kita telah menanam benih sebab. Orang lain pun merespons usaha kita sehingga kita tahu yang mereka rasakan.
Dari sini kita dapat melihat bahwa hukum sebab akibat selalu berkesinambungan. Hubungan antarmanusia tidak terlepas dari hukum sebab akibat. Kita harus meyakini hal ini. Dalam keseharian dan pelatihan diri kita, semua ini dapat sungguh-sungguh kita rasakan.
“Kami menggunakan permainan untuk membantu warga agar memahami konsep daur ulang dan bagaimana kita bisa membantu masyarakat lewat kegiatan daur ulang. Kami melihat bagaimana warga bereaksi dan bersedia menjalankan daur ulang untuk melestarikan lingkungan,” kata Liao Wen-qi, anggota Tzu Shao.
Jadi, rangkaian sebab akibat dalam keseharian dan perilaku dalam pelatihan diri ini, jika dapat kita pahami dengan jelas, maka kita akan dapat lebih meyakini bahwa hukum karma adalah nyata. Sebagaimana benih yang ditanam, sejalan dengan kondisi yang kita temui, demikianlah buah yang akan kita tuai. Jadi, kita harus sepenuh hati memahaminya.
Jika dapat bersikap mawas diri, maka dalam tindakan dan ucapan, kita tak akan membuat kesalahan. Ini karena kita selalu mengingatkan diri sendiri bahwa sebersit niat, sepatah ucapan, dan sebuah tindakan tak lepas dari hukum karma. Tentu, kita harus berhati-hati dalam keseharian. Ini juga disebut pelatihan diri.
Pelatihan diri sesungguhnya begitu sederhana. Dalam kehidupan sehari-hari, tidak sulit juga untuk mempelajari kebenaran. Di dalam keseharian, kita dapat memahami kebenaran lewat segala hal yang kita temui.
“Buku-buku di sini lebih baik. Kami berharap lingkungan seperti ini dapat menumbuhkan minat baca dalam diri anak-anak. Mungkin ini yang lebih sulit dicapai lewat perpustakaan biasa. Pilihan buku-buku di sini meliputi bidang kemasyarakatan, budaya humanis,spiritual, dan motivasi. Kami berharap dapat menanamkan niat baik sehingga niat atau pikiran buruk tidak mudah merasuki batin anak-anak.
Jika dapat menyelami segala yang terjadi dalam keseharian, kita akan memahami hukum sebab akibat secara sederhana. Segala yang kita hadapi dalam keseharian merupakan ladang pelatihan diri kita. Kita harus menggenggam waktu saat ini untuk memahaminya agar wawasan kita bertambah dan ajaran Buddha dapat meresap ke dalam hati sehingga kita dapat mengubah kesadaran kita menjadi kebijaksanaan dan senantiasa menanam benih baik di dalam batin.
Dengan demikian, setiap saat, dalam setiap ucapan dan tindakan, kita dapat mengingatkan diri sendiri untuk menanam benih baik. Dengan begitu, barulah kelak kita dapat bertemu jalinan jodoh baik dalam kehidupan. Senantiasalah bersungguh hati.
Hukum sebab akibat bergantung pada pikiran
Meyakini dan memahami tujuan bervegetaris
Menyosialisasikan gerakan daur ulang di masyarakat
Menanam benih baik dalam kehidupan sehari-hari
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 9 Juni 2018
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Li Lie