Ceramah Master Cheng Yen: Bervegetaris demi Keharmonisan Dunia

Tidak peduli berada di mana pun, saat berada dalam kondisi aman dan tenteram, kita harus bersyukur. Lihatlah, ketidakselarasan iklim telah menyebabkan banyak bencana di dunia. Beberapa tahun ini, Australia terus dilanda kekeringan. Semua orang berdoa semoga turun hujan, tetapi kali ini hujan telah membawa bencana banjir. Banyak lahan terendam banjir dan 500.000 ekor sapi mati akibat terendam banjir.

Ketika iklim tidak selaras, kehidupan semua makhluk di bumi akan mengalami kesulitan. Bagi yang menjalani kehidupan dengan aman dan tenteram setiap hari, bukankah kita harus bersyukur? Kita harus bersyukur. Inilah sebabnya saya terus mengingatkan kepada insan Tzu Chi untuk bersyukur dan berpuas diri setiap saat. Kita harus mengerti untuk berpuas diri karena kehidupan kita sudah sangat nyaman. Kita juga harus penuh pengertian.

Dalam kehidupan ini, kerisauan seperti apa yang tidak bisa kita atasi? Dalam interaksi antarsesama, kita harus penuh pengertian satu sama lain. Setiap orang memiliki sudut pandang sendiri. Ketika kita bersikap penuh pengertian, bukankah kita berlapang dada dan berpikiran murni? Kerisauan apa lagi yang masih tersisa? Tidak ada. Jika terjadi masalah, kita harus saling bertoleransi. Bukankah ini berarti memperluas hati kita dan merangkul semua yang ada di alam semesta?

 

Dalam mempelajari ajaran Buddha, yang terpenting ialah kita harus belajar melapangkan hati. Kita harus mempraktikkan prinsip kebenaran di alam semesta ini. Dalam interaksi antarsesama, kita harus saling berlapang dada, bersikap penuh pengertian, dan bersyukur. Dengan demikian, iklim di dunia ini akan menjadi bersahabat dengan sendirinya. Waktunya turun hujan, akan turun hujan; waktunya cerah, akan cerah. Setiap hari cuaca akan bersahabat dan orang-orang dapat melewati hidup dengan aman dan tenteram di Bumi. Kita perlu tahu semua ini dengan jelas.

Orang-orang di dunia ini seharusnya tidak sombong. Kita sungguh harus mengecilkan ego. Kita jangan mengumbar ego dan temperamen kita. Beberapa hari lalu, saya mendapat informasi tentang bencana salju di Qinghai. Mereka berharap insan Tzu Chi dapat pergi memberi bantuan. Ini membuat saya teringat lebih dari 20 tahun yang lalu, Tzu Chi juga memberikan bantuan bencana di Qinghai.

Gunung di sana sangat tinggi dan bencana saat itu juga sangat besar.  Relawan kita biasanya hidup di dataran rendah. Saat naik mobil ke atas gunung yang tingginya lebih dari 4.000 meter, ada relawan yang tidak bisa menyesuaikan diri dan sakit. Itulah kesulitan yang dihadapi tim bantuan bencana saat itu.

 

Kali ini, kita mencari Bodhisatwa lokal untuk membantu dan saling bertukar informasi. Kini kita tahu bahwa bencana di sana sangat serius. Bencana seperti itu sangat membutuhkan bantuan. Namun, untuk pergi mengirimkan barang bantuan, tetap sangatlah sulit.

Kita bisa melihat bahwa pemerintah setempat sudah mulai mengirimkan barang bantuan. Ada 2.000 orang yang sudah mulai mendedikasikan diri dalam bantuan bencana. Kini, pemerintah setempat sudah menyediakan kebutuhan yang paling mendesak. Kita perlu mencari tahu apakah kehidupan mereka masih mengalami kesulitan. Kita sering mengatakan bahwa kita datang paling awal dan pulang paling akhir. Garis depan menyediakan kebutuhan yang paling mendesak.

Namun, untuk menenteramkan batin, raga, dan kehidupan para korban bencana, bantuan pascabencana sangatlah penting. Jadi, jika kita tidak dapat segera memberikan bantuan darurat, kita dapat memberikan bantuan pascabencana agar para korban bencana dapat melewati hari dengan baik di masa depan. Setelah bantuan darurat diberikan, kita harus pergi melihat bagaimana selanjutnya warga dapat menjalani kehidupan. Kita mungkin akan mulai memberikan bantuan jangka panjang kepada mereka. Inilah bantuan lanjutan yang harus kita berikan.


Untuk itu, saya berharap semua orang lebih bersungguh hati. Semoga iklim bisa bersahabat agar orang-orang di dunia terbebas dari bencana. Kita harus mawas diri dan tulus. Mawas diri berarti Mawas diri berarti kita harus menjaga pikiran kita dengan baik. Jangan pula ada ketamakan atau keinginan untuk makan daging demi nafsu makan sesaat. Seperti yang baru saja saya bahas, di Australia turun hujan deras yang menyebabkan banjir dan 500.000 ekor sapi mati akibat terendam banjir. Untuk memenuhi nafsu makan manusia, barulah orang-orang menernak begitu banyak sapi.

Bahan pangan di Bumi ini terbatas, terlebih lagi sumber air. Da Ai TV setiap hari mengingatkan kepada orang-orang untuk menghemat air. Jadi, kita harus lebih bersungguh hati untuk merenungkannya. Mawas diri berarti kita harus  waspada dan menjaga pikiran kita. Dengan demikian, iklim di Bumi ini barulah bisa bersahabat dari musim ke musim. Jadi, kita harus mawas diri dalam melewati hari agar bisa hidup dengan aman dan tenteram.

Kita harus memegang teguh sila. Mengonsumsi makanan nabati dapat membuat fisik dan batin kita sehat. Singkat kata, kita semua harus lebih banyak mendengar, memahami, menyepakati, dan melakukan tindakan bersama. Ini disebut memiliki kesepahaman dan kesepakatan bersama. Yang terpenting ialah kita harus melakukan tindakan bersama. Setelah menyerap apa yang telah kita dengar, kita harus menerapkannya. Saya bersyukur atas kekuatan cinta kasih yang telah dihimpun.

 

Menenteramkan raga dan batin warga korban bencana

Saling bersikap penuh pengertian dan berlapang dada

Menaati sila dan teguh bervegetaris

Iklim yang bersahabat membawa keharmonisan bagi dunia

 

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 18 Februari 2019

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina

Ditayangkan tanggal 20 Februari 2019

Menyayangi dan melindungi benda di sekitar kita, berarti menghargai berkah dan mengenal rasa puas.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -