Ceramah Master Cheng Yen: Bervegetaris demi Menciptakan berkah dan Menjernihkan Batin

“Kondisi wabah di Eropa mulai stabil, tetapi kondisi di seluruh dunia tengah memburuk. Dalam bulan pertama merebaknya wabah, jumlah kasus positif yang dilaporkan berada di bawah angka 10 ribu. Namun, bulan lalu, dalam satu bulan saja, jumlah laporan kasus mendekati angka 4 juta,” kata Tedros Adhanom Direktur Jenderal WHO.

Setiap hari kita berdoa dengan tulus dengan harapan wabah penyakit dapat segera berlalu. Namun, entah sampai kapan kita harus menunggu. Hingga kini, pandemi belum dapat dikendalikan.

Wabah penyakit kali ini menjangkiti hampir semua negara di dunia. Banyak negara menerapkan penutupan wilayah. Perindustrian dan perdagangan terimbas amat besar. Ini tentu berdampak langsung pada perekonomian. Dengan dampak pada perekonomian ini, dapat kita bayangkan kondisi warga kurang mampu. Mereka tentu sangat menderita.

“Wabah COVID-19 membuat berbagai negara menerapkan pembatasan dan penutupan demi menyelamatkan nyawa, tetapi berdampak pada kemunduran ekonomi yang terparah sejak krisis Malaise. Tidak ada negara yang terhindar darinya, entah itu negara berkembang atau negara maju. Semuanya mengalami dampak dari krisis kali ini,” kata Gita Gopinath Kepala ekonom IMF.

 

“Ada sekitar 4–5 orang yang terdampar di Manila akibat pembatasan transportasi dan penutupan MRT. Mulanya mereka ingin pulang dengan berjalan kaki, tetapi akibat penutupan wilayah, mereka terpaksa tinggal di sini. Di sini mereka tidak punya tempat tinggal atau sanak saudara sehingga kami menemukan mereka tidur di kolong jembatan,” kata Joseph Cananea anggota komite komunitas.

“Saya sangat berterima kasih kepada Tzu Chi. Terima kasih atas beras dan bantuannya. Kami akhirnya memiliki makanan,” kata Rayan Palima penerima bantuan.

Wabah COVID-19 terus merebak di seluruh dunia. Kelihatannya belum ada tanda-tanda penurunan jumlah kasus positif. Jumlah kasus positif masih terus bertambah. Sampai kapan kita harus menunggu agar wabah ini bisa benar-benar berlalu?

Belakangan ini saya mendengar insan Tzu Chi AS amat berusaha dalam menyosialisasikan vegetarisme. Dengan bervegetaris, secara alami kita tidak perlu membunuh hewan. Dengan mengurangi konsumsi daging, kita mengurangi pembunuhan hewan. Jika semua orang memupuk kebiasaan bervegetaris, lambat laun tidak akan ada lagi pembunuhan hewan. Tidak diperlukan lagi peternakan. Semua ini tidak akan ada. Nutrisi bagi kesehatan tubuh kita bukan didapat dari makan daging. Penyakit masuk melalui mulut.

Berbicara tentang daging dan ikan, kita lihat kini lautan juga sudah tercemar. Daging ikan juga belum tentu menyehatkan. Kita juga melihat siaran berita yang melaporkan tentang ikan paus yang terdampar di tepi laut. Banyak ikan paus yang mati. Saat dibedah, tubuh mereka juga tidak sehat dan mengandung penyakit.

 

Bayangkan, kita memakan daging ikan ini. Ini justru tidak sehat bagi tubuh kita. Jika kita membahas tentang gizi, ikan dan daging justru tidaklah menyehatkan. Daging hewan bisa menjadi media bagi penyebaran virus penyakit. Daging dan ikan bisa menjadi media penyebaran virus. Karena itu, orang zaman dahulu berkata bahwa penyakit masuk melalui mulut; bencana keluar juga melalui mulut. Jadi, kita harus memperhatikan hal ini.

Belakangan ini saya sering memperlihatkan data bahwa dalam satu detik, manusia memakan 2.443 ekor hewan. Dalam sehari 7,7 miliar manusia di Bumi memakan lebih dari 210 juta ekor hewan. Jadi, di Bumi ini, setiap hari nyawa hewan harus dikorbankan bagi manusia. Untuk itu, hewan harus dikembangbiakkan. Hewan-hewan itu harus dipelihara sejak kecil. Permintaan pun bertambah setiap hari. Setiap hari, lebih dari 200 juta ekor hewan disembelih. Tentu, hewan juga dipaksa untuk berkembang biak setiap hari dengan jumlah yang sama. Dengan begitu, angka ini terus bertambah. Kita harus berpikir jernih.

Dari angka ini, kita bisa menjelaskan kondisi manusia. Kita harus sungguh-sungguh merenungkan hal ini. Hanya demi makan, manusia membunuh begitu banyak nyawa. Setiap hari, lebih dari 200 juta nyawa dibunuh. Ini mengakumulasi energi dendam dan kebencian. Bayangkan, akankah mereka menyerang balik? Dengan membunuh lebih dari 200 juta nyawa setiap hari, manusia terus memupuk kekuatan karma buruk. Ini disebut karma kolektif.

Jika tidak segera menghentikan hal ini, energi keburukan dan kebencian ini akan terpupuk semakin cepat dan bencana pun akan semakin kerap terjadi. Jadi, kini kita harus berpikir jernih dengan hati dan otak kita. Kita harus menyampaikan angka-angka ini kepada orang banyak dengan berbagai cara.

 

Membunuh hewan adalah tindakan yang tidak benar. Ini dilakukan semata-mata demi nafsu makan. Apakah ini berguna bagi tubuh kita? Tidak. Sebaliknya, ini malah mendatangkan penyakit.

Alam telah menyediakan makanan berupa berbagai tanaman pangan bagi manusia. Agar segala sesuatu di alam bisa hidup damai, manusia hendaknya bervegetaris.

Saya berharap semua orang memikirkannya dengan saksama. Kita harus mengamati kondisi dunia saat ini.

Intinya, kita tidak boleh bergerak lambat. Kita harus segera berbagi dengan semua orang tentang hal ini. Sekaranglah saatnya bagi pelajaran besar. Kita harus menyosialisasikan vegetarisme. Kita harus memaparkan data untuk menunjukkan bahwa pembunuhan hewan  berkaitan erat dengan pola hidup manusia.

Kita harus sangat bersungguh hati untuk mengerahkan kebijaksanaan kita demi menciptakan berkah di dunia. Meski melalui mulut ini penyakit bisa masuk dan bencana bisa keluar, tetapi dengan pola makan vegetaris, kita bisa menyehatkan tubuh kita.

Bersaksilah tentang manfaat bervegetaris. Gunakanlah mulut kita untuk membabarkan Dharma atau kebenaran kepada banyak orang. Inilah cara untuk membimbing orang-orang ke arah yang benar.

Dampak wabah penyakit menambah penderitaan
Berdoa dan bervegetaris demi ketenteraman dunia
Pola makan vegetaris adalah yang paling menyehatkan
Menciptakan berkah dengan welas asih dan batin yang jernih

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 26 Juni 2020     
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 28 Juni 2020
Bila sewaktu menyumbangkan tenaga kita memperoleh kegembiraan, inilah yang disebut "rela memberi dengan sukacita".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -