Ceramah Master Cheng Yen: Bervegetaris, Hidup Hemat, dan Menciptakan Berkah

Setiap hari, saya menyalahkan manusia atas kondisi iklim yang tidak bersahabat. Sesungguhnya, ini adil atau tidak? Saya merasa bahwa ini sangat adil.

Demi mengejar kenikmatan hidup, manusia menciptakan banyak karma buruk. Agar manusia dapat mengejar kenikmatan hidup, industri harus terus berkembang. Manusia mengeksploitasi dan merusak bumi serta mendirikan banyak fasilitas demi memudahkan orang-orang menikmati hidup. Karena itulah, seluruh ekosistem mengalami kerusakan. Ini merupakan hukum alam.

Kini, alam mulai melakukan perlawanan sehingga empat unsur alam menjadi tidak selaras. Karma buruk ini diciptakan oleh semua orang. Karena itulah, kita menyebutnya karma buruk kolektif semua makhluk. Melihat kondisi iklim yang begitu tidak bersahabat, kita hendaknya menjalani hidup dengan tulus dan berintrospeksi diri. Jika setiap orang bisa hidup hemat, maka udara akan lebih bersih dan sumber daya alam tidak akan terkuras.

Karena itulah, kita terus mengimbau orang-orang untuk bervegetaris. Para ilmuwan juga mengemukakan bahwa untuk menurunkan temperatur bumi, cara yang paling efektif adalah semua orang bervegetaris. Jika setiap orang bisa mengonsumsi sayuran, buah-buahan, dan biji-bijian saja, maka temperatur bumi akan menurun.

Saya terus berharap setiap orang dapat mengendalikan nafsu makan. Bisa mengendalikan nafsu makan atau tidak hanya bergantung pada sebersit niat. Makanan hanya dinikmati beberapa detik di dalam mulut, lalu ditelan. Saat dikeluarkan, aromanya sungguh tidak sedap. Jadi, mengapa harus mengonsumsi daging? Singkat kata, kita harus sungguh-sungguh mengendalikan nafsu makan terhadap daging.

Topan Nepartak yang menerjang Taiwan telah berlalu sebulan lebih. Belakangan ini, kita bisa melihat insan Tzu Chi Taitung masih terus mengunjungi dan mencurahkan perhatian kepada warga yang terkena dampak topan. Melihat kondisi iklim yang tidak bersahabat, saya sungguh sangat khawatir.

Sesungguhnya, manusia bisa mengantisipasi bencana alam. Bencana alam bukan tidak bisa diantisipasi. Asalkan semua orang mawas diri, berhati tulus, dan disiplin dalam kehidupan sehari-hari, maka bencana alam bisa diantisipasi. Jika tidak, akan timbul semakin banyak bencana dan penderitaan di dunia ini.

Kita terlahir dengan membawa karma. Akibat karma buruk kolektif kita, kita terlahir di dunia yang penuh bencana. Ada pula yang terlahir dengan penyakit bawaan karena buah karma langsung. Kita bisa melihat A-chun yang terlahir dengan keterbelakangan mental, tetapi sangat polos dan penurut. Dia bisa memahami kesulitan ibunya. Ayahnya telah meninggal dunia karena kanker. Ibunya berasal dari Vietnam. Dia dapat memahami kondisi ibunya. Meski tidak bisa berkomunikasi dengan kata-kata seperti anak-anak pada umumnya, tetapi dia sangat berbakti pada ibunya dan berusaha meringankan beban ibunya. “Saya tidak menyuruhnya. Dia sendiri yang ingin membantu. Dia melihat apa yang saya lakukan dan ikut melakukannya,” kata Ibu Feng, ibu dari A-chun.

Dia sangat penurut. Insan Tzu Chi juga sangat mengasihinya dan terus membimbingnya. Suatu kali, anak ini jatuh sakit dan relawan kita memeriksakannya ke dokter. Setelah tahu bahwa dia terkena demam berdarah, dia pun segera diobati. Kemudian, relawan kita perlahan-lahan mendapati bahwa anak ini terlihat tidak sehat. Sesungguhnya, apa penyakit yang dideritanya? Dia tidak bisa mengungkapkannya. Ibunya yang berasal dari Vietnam juga sulit berkomunikasi dengan dokter karena kendala bahasa. Karena itu, insan Tzu Chi mendampinginya untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara menyeluruh. Ternyata, anak ini terkena kanker nasofaring dan sudah stadium keempat. Meski tubuhnya sakit, dia terus menahannya. Kemampuannya untuk menahan rasa sakit sungguh tinggi. Meski salah satu tangannya sudah kesakitan hingga tak bisa bergerak, dia tetap menggunakan tangan yang lain untuk membantu pekerjaan ibunya.

Anak ini sungguh polos dan baik hati. Melihatnya menahan rasa sakit, sungguh membuat orang merasa tidak tega. Guru-guru di sekolahnya sangat mengasihinya karena dia sangat penurut dan suka menolong orang lain.

Setelah jatuh sakit, dia tidak pergi ke sekolah lagi. Setelah jatuh sakit, dia tidak pergi ke sekolah lagi. Namun, dia masih sangat ingin mengenakan seragam sekolahnya dan pergi ke sekolah. Untuk mewujudkan harapannya, relawan kita membawanya ke sekolah dengan membawa obat penghilang rasa sakit. Para guru dan teman sekolahnya sangat gembira melihatnya. Setelah tiba di sekolah, dia bahkan melayani anak lain yang mengalami keterbatasan gerak anak lain yang mengalami keterbatasan gerak dengan mendorong kursi rodanya. Dia sungguh anak yang baik.

“Dia tidak bisa berkomunikasi dengan kata-kata. Dia selalu menggunakan tindakan untuk mengungkapkan cinta kasihnya terhadap teman-temannya. Di kelas kami, dia merupakan asisten cilik. Selama dia tidak masuk sekolah, anak yang selalu dibantu olehnya sangat merindukannya. anak yang selalu dibantu olehnya sangat merindukannya. Ini terlihat jelas dari emosi anak-anak,” cerita Ye Qing-quan, Wali kelas A-chun.

Dia disukai banyak orang, tetapi kehidupannya sangat singkat. Dia baru berusia 17 tahun saat meninggal dunia. Setiap orang merasa kehilangan, terlebih ibunya. Para relawan kita begitu mengasihinya.

Saat dia sakit parah, relawan kita bahkan mengantarkan ranjang pasien ke rumahnya agar dia merasa lebih nyaman. Kita juga mengantarkan kursi roda ke rumahnya. Namun, kehidupannya sangat singkat. Kita sungguh merasa kehilangan.

Tidak ada satu orang pun yang bisa menentukan berapa lama kehidupan mereka. Namun, kita bisa memperluas dan memperdalam nilai hidup kita. Jadi, janganlah kita menyia-nyiakan hak guna kehidupan kita di dunia ini. A-chun sangat menggemaskan, tetapi kehidupannya tidak panjang. Dia begitu menggemaskan. Singkat kata, kehidupannya yang sangat singkat ini juga sangat bernilai. Dia dipuji dan dikasihi oleh banyak orang. Jadi, kita harus menggenggam waktu yang sangat berharga.

Bencana alam semakin kerap terjadi

Bervegetaris dan hidup hemat demi melindungi Bumi

Memberi bantuan kepada keluarga kurang mampu

Menghargai kehidupan dan menciptakan berkah

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 11 Agustus 2016

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 13 Agustus 2016

Mendedikasikan jiwa, waktu, tenaga, dan kebijaksanaan semuanya disebut berdana.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -