Ceramah Master Cheng Yen: Bervegetaris, Menjaga Sila, dan Mempraktikkan Kebajikan Bersama
Buddha selalu mengingatkan kita bahwa semua makhluk di dunia ini memiliki karma kolektif. Karena itu, hendaklah kita menciptakan berkah bersama. Saya terus berkata bahwa sulit untuk menggambarkan pandemi Covid-19 ini dengan kata-kata dan sulit untuk menganalisisnya juga. Namun, kita harus terus mengimbau semua orang untuk memetik pelajaran dari pandemi ini.
Kita sering kali mendengar tentang ketidakkekalan dan penderitaan dalam ajaran Buddha. Apa yang dimaksud dengan ketidakkekalan dan penderitaan itu? Kita tidak akan memahaminya jika kita tidak mengalaminya. Saat ini, pandemi Covid-19 telah memberi pelajaran kepada seluruh umat manusia di dunia. Inilah pelajaran besar bagi kita semua. Akankah semua orang sadar? Itu sungguh sangat sulit.
Ada begitu banyak hal yang mengkhawatirkan. Namun, saya ingin mengingatkan kalian semua untuk tidak cemas. Kita harus menenangkan pikiran kita dan meningkatkan kewaspadaan dalam segala aktivitas kita. Inilah yang terus saya sampaikan selama ini. Yang terpenting buat kita ialah menerapkan pola makan vegetaris.
Dengan bervegetaris, berarti kita menjaga pola makan dan tidak melakukan pembunuhan terhadap hewan. Demikianlah yang dimaksud dengan bervegetaris. Jadi, pola makan vegetarislah yang terbaik. Saya berharap semua orang dapat berusaha untuk bervegetaris. Namun, sangatlah sulit bagi semua orang untuk melakukannya.
Insan Tzu Chi yang sering mendengar ceramah saya, tentu dalam hati telah bersiap-siap untuk mengatakan bahwa bervegetaris tidaklah sulit. Kita hanya tinggal berhenti mengonsumsi makanan yang berasal dari makhluk bernyawa. Jadi, ini tidaklah sulit.
Mari kita menggenggam kesempatan ini untuk berbagi tentang vegetarisme kepada keluarga kita dan berusaha agar mereka menyambutnya dengan sukacita. Jangan bersikeras atau memaksa mereka untuk melakukannya. Namun, kini adalah suatu keharusan bagi kita semua untuk bervegetaris sebagai wujud kesadaran kita akan pelajaran besar dari pandemi Covid-19 ini.
Berbagai perkara di dunia membuat saya khawatir. Ada begitu banyak hal yang terjadi di dunia ini yang tak terlepas dari kondisi alam. Jadi, langit, bumi, dan manusia berkaitan erat dengan waktu, ruang, dan hubungan antarmanusia. Membahas tentang waktu, saya teringat bahwa kita telah menjalankan Tzu Chi selama lebih dari 50 tahun.
Kita mendengar banyak relawan senior di Changhua, bahkan sebagian relawan telah menjalankan Tzu Chi selama lebih dari 40 tahun, sedangkan Cai Kuan beserta sebagian relawan lainnya telah menjalankan Tzu Chi selama lebih dari 30 tahun. Para relawan senior mendampingi saya mulai dari menjalankan misi amal, misi kesehatan, hingga misi pendidikan. Baik misi amal, misi kesehatan, maupun misi pendidikan, tidak boleh kurang satu pun.
Misi amal kita bertujuan untuk menjangkau semua orang yang membutuhkan di seluruh dunia. Ketika melihat peta dunia, saya merasa bahwa tempat-tempat yang pernah dijangkau oleh relawan kita menjadi bersinar karena relawan kita selalu hadir di mana pun bencana terjadi. Itulah yang membuat saya sangat tenang.
Saya pun akan bertanya apakah relawan kita aman di lokasi bencana. Berkat sarana komunikasi yang memudahkan, kita bisa segera mendapat kabar tentang relawan kita. Setelah mengetahui bahwa relawan kita baik-baik saja, saya bertanya tentang kondisi bencana di sana. Mereka segera mengabarkan bahwa mereka jauh dari lokasi bencana.
Kemudian, saya akan memberi tahu mereka untuk memperhitungkan jumlah relawan dan sumber daya yang ada setelah meninjau lokasi bencana agar dapat mengetahui seberapa jauh kita bisa menjangkau para korban dan seberapa banyak yang bisa kita lakukan. Inilah bagaimana saya memberikan saran lewat sebuah peta yang saya lihat.
Sesungguhnya, relawan sendirilah yang menjalankan misi bantuan. Mereka mengumpulkan sumber daya setempat, memberikan bantuan, dan mencurahkan perhatian kepada para korban tepat pada waktunya. Inilah Tzu Chi. Keluarga besar Tzu Chi telah menyelimuti seluruh dunia ini dan mengembangkan potensi kebaikan mereka secara meluas.
Jadi, saya berharap kalian tidak meremehkan kekuatan sendiri. Sekalipun kekuatan kita bagaikan semut kecil, kita tidak boleh meremehkan kekuatan sendiri. Semut kecil bahkan bisa mencapai puncak Gunung Sumeru dan kawanan kunang-kunang yang berkumpul pun bisa menerangi kegelapan. Untuk melakukannya, hanya butuh sebersit niat saja.
Kita tidak dapat melihat hati ataupun memahami pikiran satu sama lain. Namun, jika kita mengutarakan isi hati masing-masing, kita pun bisa mengetahui isi hati dan memahami pikiran satu sama lain. Jadi, sangatlah penting bagi kita untuk saling memahami.
Kita harus selalu ingat dalam hati bahwa kita merupakan insan Tzu Chi. Misi Tzu Chi ialah membimbing semua makhluk menuju pantai kebahagiaan. Dimulai dari diri sendiri, semua orang dapat menyebarkan Dharma. Kita memiliki hati yang sama, yakni hati Buddha. Dengan hati Buddha, kita semua bisa mencapai pencerahan.
Kita datang ke dunia ini dengan tujuan yang sama seperti Buddha. Meskipun lebih dari 2.000 tahun telah berlalu, tetapi dengan adanya jalinan jodoh, kita tetap bisa meneruskan semangat Buddha yang bermula pada lebih dari 2.500 tahun yang lalu. Meskipun zaman telah berubah, tetapi di setiap zaman, ada orang-orang yang terus bertekad dan berikrar untuk mewariskan ajaran Buddha.
Saya sungguh berharap kalian dapat membangun tekad dan ikrar yang sama untuk mendorong semua orang berbuat baik dan bervegetaris bersama. Makin banyak yang berbuat demikian, makin banyak pula orang yang turut bertekad dan berikrar untuk melakukannya. Ketika niat tulus dari banyak orang terhimpun, kita dapat dengan cepat mengajak semua orang untuk berbuat baik dan bervegetaris.
Saya sering berkata bahwa pelajaran besar dari pandemi Covid-19 ini sulit untuk digambarkan dengan kata-kata. Satu-satunya obat mujarab untuk pandemi ini ialah bervegetaris dan menjaga sila. Menjaga sila berarti tidak melanggar sila. Jika tempat kita bisa dipenuhi orang baik yang berbuat baik dan tidak melanggar sila, tempat ini akan menjadi tanah suci.
Membimbing semua makhluk dengan saling memahami isi hati dan pikiran
Mengembangkan potensi kebaikan untuk mencurahkan perhatian bagi yang membutuhkan
Bervegetaris, menjaga sila, dan menmahami penderitaan
Memancarkan cahaya seperti kunang-kunang dan mempraktikkan kebajikan bersama
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 02 April 2022
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Devi
Ditayangkan tanggal 04 April 2022