Ceramah Master Cheng Yen: Bodhisatwa Berbuat Baik Bersama dan Memupuk Berkah


Kondisi di seluruh dunia sungguh membuat orang merasa tidak tenang. Akibat perubahan iklim, kondisi alam menjadi tidak bersahabat. Selain itu, pada era sekarang, banyak orang yang mengumbar nafsu keinginan sehingga melakukan hal-hal yang merugikan masyarakat. Bencana kerap terjadi di Bumi. Di dunia ini, terdapat ketidakselarasan empat unsur alam. Selain itu, pikiran manusia juga beragam dan sangat rumit. Karena pikiran yang rumit ini, terciptalah karma buruk kolektif.

Di dunia yang penuh dengan penderitaan ini, kekuatan baik dan buruk terus tarik-menarik. Saat kekuatan baik lebih besar dan menang dalam tarik-menarik ini, barulah semua orang bisa hidup tenteram dan sehat. Jika kekuatan buruk lebih besar, kekuatan baik pun akan kalah dalam tarik-menarik ini. Singkat kata, mengenai prinsip yang sederhana ini, kita harus merenungkannya secara mendalam. Ini disebut merenung dengan tenang.

Kita harus menenangkan pikiran dan merenungkan bagaimana kita menciptakan keselarasan bagi kehidupan manusia dan alam. Daripada berusaha menjatuhkan satu sama lain, kita hendaknya saling mengasihi dan saling mengalah. Dengan tindakan sekecil apa pun, jika bisa saling menghormati dan saling mengalah, kita dapat menunjukkan ketulusan dan keindahan. Buddha juga mengajari kita bahwa dunia ini adalah rumah bersama kita. Jika setiap orang menciptakan karma buruk, rumah bersama kita ini akan bagaikan terbakar.


Belakangan ini, temperatur Bumi terus meningkat. Saya masih ingat sejak belasan tahun lalu, saya terus berkata bahwa kelak temperatur Bumi akan meningkat karena populasi manusia yang makin tinggi akan memperparah kerusakan Bumi. Seiring bertambahnya populasi manusia, makin banyak pula hewan yang diternakkan demi memenuhi nafsu makan manusia. Demi menernakkan hewan, orang-orang terus menebang pohon karena membutuhkan lahan peternakan. Selain itu, populasi manusia yang meningkat juga membutuhkan makin banyak permukiman.

Saya sering menjadikan tempat kita berada sebagai contoh. Di mana pun kita ingin membangun ruang yang luas, dibutuhkan semen yang diperoleh dari menggali gunung dan menimbulkan banyak kerusakan. Saudara sekalian, renungkanlah dengan tenang. Setiap orang yang datang ke dunia ini turut berkontribusi merusak Bumi, termasuk kita. Baik kursi yang kalian duduki dengan nyaman, rumah yang kalian tinggali, maupun yang lainnya, semua materi yang terlihat merupakan produk yang dihasilkan oleh manusia dengan menguras sumber daya alam. Semua materi itu diperoleh dengan merusak Bumi.

Saat menikmati sumber daya alam yang berlimpah, janganlah kita lupa bahwa kita harus melindungi Bumi dan segala isinya. Untuk melindungi Bumi, kita tidak boleh mengejar kenikmatan hidup. Kita hendaknya mengurangi konsumsi dan menjalani kehidupan yang lebih sederhana. Selain hidup sederhana, kita juga harus menyosialisasikan vegetarisme. Menyosialisasikan vegetarisme sangatlah penting.

Demi memenuhi nafsu makan manusia, banyak hewan yang disembelih setiap detiknya. Ada banyak hewan yang mengandung kuman atau bakteri dalam tubuh mereka. Orang yang mengonsumsi daging yang mengandung kuman atau bakteri berpotensi terinfeksi, bahkan menularkannya ke sesama manusia. Intinya, jika kita dapat bervegetaris dan menjalani kehidupan dengan sederhana, ini akan menjadi kekuatan besar untuk melindungi Bumi. Selain itu, sumber air juga tidak akan terus mengering.


Saya sangat mengkhawatirkan kondisi dunia masa depan. Adakalanya, saya berpikir apa yang akan terjadi jika sekarang kita tidak menghemat sumber daya dan menciptakan berkah bagi anak cucu serta mendidik mereka untuk melindungi Bumi. Kita hendaknya membimbing generasi muda agar mereka tahu pentingnya melindungi Bumi.

Saya juga berharap kita dapat bersungguh hati memanfaatkan kemajuan teknologi sekarang. Sesungguhnya, siapakah yang harus menanggung akibat dari karma buruk membunuh hewan? Bukan hanya orang yang menyembelih hewan, tetapi juga orang yang mengonsumsi daging. Orang yang menyembelih hewan mungkin berkata, "Jika kalian tidak mengonsumsi daging, saya tidak akan menyembelih hewan." Jadi, mereka melakukannya karena ada orang yang mengonsumsi daging.

Saudara sekalian, kita harus menerapkan pola makan murni untuk menciptakan tanah suci di dunia. Saat tak ada lagi karma buruk membunuh, dunia ini akan menjadi tanah suci. Untuk itu, setiap orang harus menyosialisasikan vegetarisme. Kalian yang begitu mengasihi saya hendaknya membantu saya menyebarkan hal ini. Untuk itu, kalian harus memberikan teladan nyata. Kalian menyucikan dunia dengan bersumbangsih sebagai Bodhisatwa dunia.


Kita harus belajar untuk berbuat baik bersama. Untuk itu, kita harus menjalani kehidupan yang lebih sederhana. Dengan mengembangkan cinta kasih dan kebijaksanaan, berarti kita tengah belajar untuk tersadarkan. Di Jalan Bodhisatwa, kita mempraktikkan kebajikan. Setelah memahaminya, kita hendaknya berbuat baik. Dengan tidak merusak Bumi ataupun merugikan umat manusia, berarti kita memiliki kehidupan yang bajik.

Kita hendaknya melangkah lebih jauh lagi untuk bersumbangsih bagi dunia. Inilah yang disebut menapaki Jalan Bodhisatwa. Kita hendaknya saling berbagi pengalaman dan menginspirasi orang-orang untuk bersyukur kepada Bodhisatwa setiap hari.

Saya sering mengulas tentang Bodhisatwa, tetapi kalian mungkin berpikir bahwa Bodhisatwa tidak terlihat. Sesungguhnya, kita semua adalah Bodhisatwa. Berhubung bergabung dengan Tzu Chi, kalian selalu melihat dan berhimpun bersama Bodhisatwa. Kini, kita semua berhimpun di sini. Jadi, kita semua adalah Bodhisatwa.

Mengumbar nafsu keinginan sehingga mengakumulasi karma buruk kolektif
Merenung dengan tenang tentang kekuatan baik dan buruk yang tarik-menarik
Memperindah dunia dengan saling menghormati, mengalah, dan mengasihi
Bervegetaris dan hidup sederhana untuk memupuk berkah

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 27 Juli 2024
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Graciela
Ditayangkan Tanggal 29 Juli 2024
Kita harus bisa bersikap rendah hati, namun jangan sampai meremehkan diri sendiri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -