Ceramah Master Cheng Yen: Bodhisatwa Berkelana di Dunia untuk Membimbing Semua Makhluk
Bodhisatwa sekalian, kalian masih sangat muda jika dibandingkan dengan saya. Saat seusia kalian, saya masih muda dan merasa masih banyak hal yang harus saya lakukan dan saya pelajari. Namun, saat ini, terkadang saya berkata pada diri sendiri bahwa usia saya telah lanjut. Waktu tidak menunggu siapa pun. Setiap kali pikiran itu muncul, saya akan mengingatkan diri sendiri bahwa masih banyak hal yang dapat saya lakukan. Seiring berjalannya waktu, penampilan fisik pasti akan berubah menjadi tua, tetapi saya harus tetap menggenggam waktu untuk lebih tekun dari sebelumnya.
“Saya turut dalam pementasan adaptasi Sutra. Dahulu, saya mengalami kecelakaan hebat yang mematahkan tangan dan kaki saya. Adik perempuan saya takut jika saya tidak dapat menguasai pementasan ini. Saya berkata bahwa saya bersedia untuk mencoba bagian tersulit. Saat pergi ke Shuanghe, kaki saya mengalami kram karena berlutut. Setiap kali terpikir untuk menyerah, saya melihat kembali bahwa relawan-relawan lansia berusia 70 hingga 80 tahun tidak mengeluh sedikit pun sehingga saya mengurungkan niat saya. Saya juga melihat bahwa selama 58 tahun ini, di bawah bimbingan Master, Tzu Chi telah menyebarkan banyak cinta kasih. Jadi, saya berikrar untuk melakukan apa pun yang Master katakan,” kata Zhan Ya-jun relawan
Saya telah mendengar bagaimana setiap relawan tetap tekun dan bersemangat meski mengalami sakit fisik. Ya, sakit pada tubuh tidak dapat kita hindari. Namun, kita dapat memperhatikan diri kita sendiri. Sakit adalah hukum alam. Hati kita harus dipenuhi dengan ketenangan sehingga kita dapat memahami hukum alam. Hendaknya kita bersyukur dan merawat tubuh kita dengan baik. Beginilah cara kita membalas budi orang tua. Orang tua telah memberikan tubuh ini kepada kita sehingga kita harus menghargainya.
Menghargai tubuh berarti mempraktikkan Dharma yang benar. Hanya ketika kita mengambil langkah yang benar, barulah kita dapat membimbing orang di belakang kita untuk berjalan di jalan yang benar. Ini juga merupakan cara untuk membalas budi orang tua. Orang tua telah memberikan tubuh ini kepada kita sehingga kita harus membalas budi mereka dengan cara berkontribusi bagi dunia. Begitu pula dengan Bodhisatwa Ksitigarbha yang datang ke dunia membimbing semua makhluk demi membalas budi orang tua.
Setelah melihat begitu banyak makhluk yang melakukan perbuatan buruk, Dia berikrar untuk berjaga di depan pintu neraka dan berharap makhluk hidup tidak mendekati neraka. Untuk menjauhkan makhluk hidup dari neraka, Dia mengajar dan membimbing semua makhluk. Selama tidak melanggar Dharma, mereka tidak akan masuk ke dalam neraka. Sama halnya, jika seseorang berperilaku baik, dia tidak akan masuk ke dalam penjara. Ketika kita melatih diri, lakukanlah perbuatan baik dan jangan berbuat jahat. Jika kita dapat menjauhi perbuatan jahat dan mempraktikkan kebajikan, berarti kita telah menjauhi neraka.
Bodhisatwa Ksitigarbha datang ke dunia ini untuk membimbing kita ke jalan yang benar. Bodhisatwa Avalokitesvara telah mencapai kebuddhaan. Namun, karena tidak sampai hati melihat semua makhluk menderita, Beliau datang kembali ke dunia. Oleh karena itu, Bodhisatwa Avalokitesvara dihormati oleh banyak keluarga. Bodhisatwa Avalokitesvara sangat dekat dengan semua orang di dunia. Bagaimana dengan Bodhisatwa Ksitigarbha? Dia sangat melindungi semua orang agar tidak berbuat salah. Bodhisatwa Avalokitesvara mengajari kita untuk mempraktikkan kebajikan serta membedakan baik dan buruk dengan jelas.
Bodhisatwa sekalian, ketika datang ke sini dan mendengar bahwa kalian semua ikut dalam pementasan adaptasi Sutra, saya merasa sangat senang. Pementasan adaptasi Sutra Makna Tanpa Batas sungguh membutuhkan usaha dan kesungguhan hati. Ini bukanlah hal yang mudah. Ketika pementasan selesai, kita dapat mendengar, menonton, dan membaca tentangnya. Semua bahannya sudah lengkap. Insan Tzu Chi hendaknya membaca Sutra ini. Sutra ini harus dibaca oleh orang-orang yang mendalami ajaran Buddha dan menapaki Jalan Bodhisatwa.
Saya sungguh senang melihat semangat dan ketekunan kalian semua. Saya juga merasa sangat senang melihat kalian melakukan daur ulang dengan sangat baik.
“Semua bahan bangunan ini berasal dari SD Zhongliao yang kami ambil pascabencana gempa 21 September 1999 dan kami gunakan Kembali,” kata salah seorang relawan Depo Daur Ulang Tzu Chi Zhudong, Hsinchu.
Ini dilakukan dengan sangat baik. Semuanya dipilah dengan sangat bersih. Kalian sungguh sepenuh hati memilah sumber daya alam.
“Mereka tidak perlu berjongkok di sini dan semuanya dapat dilakukan dua kali lebih cepat. Ini adalah ide dari semua relawan. Kakak Qian, Master datang untuk bertemu denganmu. Selain membantu di sini, dia juga membantu di kebun. Dia mampu melakukan banyak hal,” kata salah seorang relawan Depo Daur Ulang Tzu Chi Zhudong, Hsinchu.
Dia sangat bertekad dan menggenggam waktu.
“Betul.”
Anda sungguh bernilai. (Terima kasih.) Terima kasih.
“Sekrup ini adalah emas.”
Emas.
“Semuanya dipungut dari lantai saat saya menyapu. Ada pula yang terbuat dari tembaga, baja, aluminium, dan besi. Kami pun memilahnya. Semua ini adalah emas.”
Sangat bersih dan sangat bernilai.
“Terima kasih Master atas ladang pelatihan ini. Terima kasih.”
Ladang pelatihan saya adalah ladang pelatihan kalian juga. Terima kasih.
“Mereka adalah kekuatan muda bagi depo daur ulang kita. Kelompok relawan lanjut usia ini datang setiap hari, dan telah melakukannya selama beberapa dekade.”
Saya sangat berterima kasih kepada kalian semua. Depo ini dirapikan hingga sangat bersih. Para relawan juga tengah melatih diri sambil melakukan daur ulang. Semuanya terlihat sangat bersih. Di sana, ada kotak yang berbentuk persegi panjang dan ditanami lebih dari 20 batang tanaman. Relawan lansia berkata, "Saya yang mengurus bagian itu."
“Master, dapatkah Anda membantu kami menabur benih?”
Baik.
“Luar biasa.”
Saya telah menanam benih di sini.
“Terima kasih Master.”
Saat memanen, jangan lupakan saya.
“Tidak akan. Saat pagi, kami ada mengirim beberapa ke Aula Jing Si Hsinchu.”
Apakah untuk saya makan?
“Betul.”
Saya akan memakannya hari ini.
“Ya.”
Saya sangat bernasib baik. Terima kasih.
Sayuran-sayuran di kotak itu, jika dipanen jumlahnya sama dengan dua piring besar sayuran. Relawan lansia sangat senang merawat kebun ini. Mereka telah berusia 70, 80, dan 90 tahun. Mereka memastikan semua relawan lansia tidak berjongkok saat menanam dan dapat tetap berdiri. Semuanya sangat bersih dan menawan. Ini adalah pertama kalinya saya melihat insan Tzu Chi merawat para lansia di komunitas mereka. Mereka sangat sepenuh hati. Ini adalah pertama kali saya melihatnya dan merasa sangat senang.
Saya sudah bertahun-tahun tidak pergi ke sana. Saat pergi ke sana, saya melihat banyak pepohonan hijau. Pepohonan tumbuh hingga menghalangi sinar matahari. Namun, tempatnya sangat cerah dan rata. Jadi, para lansia sangat aman berada di sana. Mereka melakukannya dengan sangat senang. Saya sangat bersyukur. Mereka semua adalah Bodhisatwa dunia. Para relawan dapat menjaga hati masing-masing, merawat kesehatan para lansia, dan mengedukasi anak muda serta paruh baya. Inilah ladang pelatihan di dunia.
Meski usia menua seiring waktu, hati tetap tidak menua
Mempraktikkan kebajikan dengan tekun dan bersemangat
Mementaskan adaptasi Sutra dengan ketulusan
Bodhisatwa berkelana di dunia untuk membimbing semua makhluk
Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 27 Oktober 2023
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Felicia
Ditayangkan Tanggal 29 Oktober 2023