Ceramah Master Cheng Yen: Bodhisatwa Berkumpul untuk Membalas Budi Luhur Buddha


Setiap tahun, pada Hari Waisak, semua orang akan berkumpul dan memperingatinya. Melihat jumlah peserta yang sangat banyak kemarin, saya sungguh bersyukur dan tersentuh. Tahun ini, hampir 400 guru Dharma menghadiri upacara pemandian rupang Buddha. Mereka sungguh agung. Hal yang paling membuat orang lain kagum ialah ketulusan hati umat Buddha. Sangha yang diwakili oleh bhiksu dan bhiksuni yang menunjukkan keagungan. Barisan mereka sungguh rapi. Saya sungguh tersentuh dan berterima kasih.

Sebelum upacara pemandian rupang Buddha dimulai, relawan telah menempelkan poster demi poster di Balai Peringatan Chiang Kai-shek. Saya sungguh berterima kasih kepada semuanya. Para guru Dharma berdiri di depan poster dan menjelaskannya satu per satu kepada masyarakat yang datang untuk mengikuti pemandian rupang Buddha.

Sejak kapan adanya budi luhur Buddha? Sejak lebih dari 2.500 tahun yang lalu. Saya sungguh bersyukur kita memiliki ladang pelatihan yang begitu agung di Taiwan. Berkat sesepuh Buddhis dan tekad semua orang, saya sungguh merasakan keagungan dari upacara ini. Saya sungguh tersentuh.


Para Sangha dan sesepuh Buddhis dengan tulus hati mengajak banyak orang untuk menghadiri upacara. Mereka semua berkumpul di balai peringatan. Saat langit masih terang, hampir 400 guru Dharma memasuki lokasi upacara dengan membentuk barisan yang rapi. Mereka memasuki lokasi upacara dengan agung. Sungguh menggugah hati.

Para pejabat pemerintah kita pun turut hadir. Dengan hati yang tulus, semuanya mengikuti pemandian rupang Buddha dan menerima harumnya Dharma. Semua orang menunjukkan ketulusan dalam upacara ini. Kita harus tahu bahwa untuk menyelenggarakan upacara pemandian rupang Buddha yang begitu agung di Balai Peringatan Chiang Kai-shek, Taipei, insan Tzu Chi telah sibuk selama berhari-hari.

Para anggota Tzu Cheng sungguh dipenuhi berkah. Di balai peringatan yang luas dan di bawah cuaca yang terik, anggota Tzu Cheng berjongkok untuk menempelkan tanda bagi setiap peserta. Tanda-tanda itu ditempelkan di setiap arah untuk memastikan kerapian barisan dan formasi. Untuk jalur pergerakan dan titik berdiri setiap peserta, para relawan terlebih dahulu menempelkan tanda di tanah dengan posisi tubuh membungkuk dekat dengan tanah. Melihat teriknya sinar matahari, saya sungguh tidak sampai hati.


Kita dapat melihat bagaimana Bodhisatwa dari berbagai kalangan turut berkontribusi. Mereka sungguh memiliki cinta kasih berkesadaran. Mereka semua dapat disebut Bodhisatwa yang memiliki cinta kasih berkesadaran. Demi dunia, masyarakat, membalas budi Buddha, dan menampilkan pemandangan yang rapi dan bersih, mereka bersedia merendahkan hati. Bagaimana bisa saya tidak tersentuh dan bersyukur? Bagaimana saya mengungkapkan keharuan dan rasa syukur saya? Sungguh sulit untuk mengungkapkankan.

Namun, semuanya bisa merasakannya melalui tayangan ini. Semuanya juga telah melihat tayangan ini. Saya yakin tidak hanya saya yang merasa tersentuh. Saya percaya bahwa semua umat Buddha, bahkan semua orang di seluruh dunia yang melihatnya, pasti akan merasa tersentuh.

Kita semua tahu bahwa ini semua demi membalas budi luhur Buddha. Meski ada yang tidak hadir secara langsung, rasa syukur akan muncul dalam hati mereka. Kita bersyukur Buddha mencapai pencerahan dan ajaran Buddha dapat diwariskan di dunia ini. Kita juga bersyukur saat ini, ada begitu banyak umat Buddha di dunia dan para insan Tzu Chi yang selalu menginspirasi orang-orang dan bersumbangsih bagi orang yang menderita.


Di Hari Waisak ini, semua relawan bergerak untuk menampilkan pemandangan yang indah. Semua ini bisa terwujud karena mereka menapaki Jalan Bodhisatwa di dunia dengan hati yang tulus dalam keseharian. Inilah waktunya bagi kita untuk bersyukur kepada Buddha dan Bodhisatwa. Kita juga melihat awan kebahagiaan di langit. Awan berbentuk bunga teratai terlihat pas di atas Balai Peringatan Chiang Kai-shek. Ini merupakan pertanda baik. Melihat hal itu, saya sungguh bersyukur.

Makhluk Pelindung Dharma dan Bodhisatwa dari segala penjuru menghadiri upacara tersebut. Ini bagaikan persamuhan di Puncak Burung Nasar. Bukankah dalam Sutra Teratai dikatakan bahwa para Buddha dari segala penjuru berhimpun untuk menghadiri persamuhan? Bukankah ini bagaikan lirik Gatha Pendupaan yang kita lantunkan, yakni para Buddha menampakkan diri-Nya? Lihatlah, bagaimana bisa saya tidak tersentuh dan bersyukur? Ini sungguh tak terbayangkan dan sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata.

Sungguh banyak hal yang patut disyukuri. Saya sungguh berharap rasa syukur di hati dan keharmonisan seperti ini dapat terus ada di dunia. Dengan beranjali, saya mendoakan hal ini dengan tulus. Saya berharap semua orang dapat bersyukur setiap hari. Saya juga berharap para guru Dharma dapat terus membabarkan Dharma di dunia agar ajaran Buddha dapat selamanya ada dan kita dapat senantiasa merasakan kebahagiaan dan keharmonisan di dunia. 

Bodhisatwa berhimpun dalam persamuhan di Puncak Burung Nasar
Para guru Dharma memimpin masyarakat untuk membalas budi luhur Buddha
Peringatan Hari Waisak yang agung dan istimewa diikuti oleh banyak orang
Gema doa yang tulus dapat menjangkau para makhluk langit      

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 15 Mei 2023
Sumber: Lentera Kehidupan - Daai Tv Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Felicia
Ditayangkan Tanggal 17 Mei 2023
Bila kita selalu berbaik hati, maka setiap hari adalah hari yang baik.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -