Ceramah Master Cheng Yen: Bodhisatwa Dunia Mempelajari dan Memahami Dharma


Saya tetap merasa sangat khawatir karena tidak tahu kapan pandemi Covid-19 akan berakhir. Saya tetap merasa cemas. Manusia adalah makhluk yang memiliki perasaan. Untuk bersumbangsih sebagai Bodhisatwa dunia, kita harus memiliki perasaan. Dengan adanya perasaan, barulah kita bisa peduli terhadap hal-hal yang terjadi di seluruh dunia.

Kita juga harus tersadarkan. Namun, agar bisa tersadarkan, kita tidak bisa melepas segalanya. Melepas segalanya berarti tidak memiliki perasaan. Karena memiliki perasaan, kita pasti pernah merasa khawatir. Jadi, kita bisa merasa khawatir dan cemas.

Kita bisa melihat di Florida, Amerika Serikat, kecelakaan dan bencana alam mendatangkan krisis bagi umat manusia. Kita juga melihat tanah longsor di Jepang. Menghadapi terjangan arus banjir, rumah-rumah yang kukuh itu bagaikan tahu yang rapuh. Rumah-rumah itu merupakan tempat bagi banyak orang untuk bernaung dari angin dan hujan selama puluhan tahun. Akan tetapi, kekuatan besar dari angin dan air menghancurkannya dalam sekejap.


Bencana alam yang terjadi akibat ketidakselarasan empat unsur alam bisa menghancurkan bangunan dalam sekejap. Untuk melakukan pembangunan kembali, orang-orang harus kembali membuat perencanaan. Di dunia ini, terdapat banyak hal rumit yang harus kita lihat dan pelajari sehingga batin kita bergejolak, bagai ombak yang bergulung-gulung.

Apa ajaran Buddha yang dapat menenteramkan hati kita? Kita harus melampaui keduniawian. Ini tidaklah mudah. Jadi, melatih diri tidaklah mudah. Dalam melatih diri, kita harus membaca Sutra, memahaminya, dan mempraktikkannya. Jadi, saat mempelajari prinsip kebenaran yang sebelumnya tidak kita pahami, kita meyakininya dan berikrar untuk menyelami kebenaran tersebut dan mempraktikkannya tanpa keraguan. Bukankah ini yang dilakukan oleh relawan kita?

Banyak relawan kita yang sudah lansia dan dapat hidup nyaman. Namun, lihatlah banyaknya sampah yang diciptakan oleh masyarakat sekarang. Tanpa para Bodhisatwa daur ulang yang melakukan pemilahan, di mana sampah-sampah ini akan ditimbun? Sekelompok Bodhisatwa ini bersumbangsih dengan kesungguhan hati dan cinta kasih. Dengan bersumbangsih, mereka merasa bahwa mereka masih berguna dan memperoleh sukacita darinya.


Meski sudah lansia, mereka sangat berguna dan bertanggung jawab. Dengan berani, mereka menggenggam kehidupan mereka untuk bersumbangsih bagi dunia. Mereka telah mengembangkan nilai terbesar dari kehidupan mereka. Setelah terlahir di dunia ini, kita dibesarkan dan belajar banyak hal. Saat berusia muda hingga paruh baya, kita berusaha untuk bersumbangsih bagi orang-orang. Kita diajari untuk bersumbangsih bagi dunia sehingga tidak memiliki penyesalan di kehidupan ini.

“Saat Master menyerukan pelestarian lingkungan, saya langsung mulai melakukannya. Hingga kini, saya masih melakukannya. Saya sangat berpuas diri karena memiliki tubuh yang sehat dan dapat menjalankan Tzu Chi. Setiap hari, saya bersyukur dan menjalankan Tzu Chi dengan penuh sukacita,” tutur Cai Kuan, relawan Tzu Chi.

Kita bisa melihat Cai Kuan. Setiap hari, saya teringat akan dirinya. Lihatlah, beliau yang sudah berusia 100 tahun lebih tetap tersenyum dan gembira setiap hari. Beliau terus membaca Sutra dan mendengar ceramah saya dengan tekun. Jadi, beliau terus belajar, menyerap Dharma ke dalam hati, dan bersumbangsih. Kehidupannya sungguh sangat bernilai. Setiap kali saya merasa lelah, bayangannya selalu muncul dalam benak saya.

Saat muda, Cai Kuan adalah seorang bidan. Beliau telah membantu persalinan banyak orang. Kini beliau masih bisa mencurahkan perhatian kepada orang yang lebih muda darinya dan memberi penghiburan dengan merangkul mereka. Inilah kehidupan yang bermakna. Beliau sungguh merupakan Bodhisatwa dunia yang memiliki cinta kasih berkesadaran. Beliau bisa menjadi teladan bagi orang lain dalam segala hal.


Berhubung telah berusia lebih dari 100 tahun, beliau telah melihat banyak hal di dunia ini. Beliau telah hidup lebih dari satu abad. Satu abad adalah seratus tahun. Kita harus meneladan beliau yang memiliki kehidupan yang bernilai. Berhubung dia selalu berpikiran benar dan menuju arah yang benar, pada usianya sekarang, pikirannya masih sangat jernih.

Saat seseorang menunjukkan arah yang benar, kita hendaklah meneladannya. Beliau sangat bersungguh hati mendengar Dharma. Setelah mendengar Dharma, beliau pun mempraktikkannya. Demikianlah beliau menapaki Jalan Bodhisatwa.

Bodhisatwa sekalian, saya selalu menyebut kalian sebagai Bodhisatwa. Apa pun yang orang-orang lakukan, Bodhisatwa Sadaparibhuta tidak pernah meremehkan mereka karena kelak mereka juga akan mencapai kebuddhaan. Kata "Sadaparibhuta" berarti tidak pernah meremehkan. Semangat inilah yang harus kita pelajari.

Janganlah kita meremehkan orang lain. Kita harus menghormati semua orang dan makhluk serta senantiasa mengucap syukur. Selain bersyukur dan menghormati, kita juga harus mengasihi. Jadi, kita harus membangkitkan rasa syukur, rasa hormat, dan cinta kasih.

Sulit untuk menghentikan bencana yang menimbulkan kerusakan dan kehancuran
Peduli pada seluruh dunia dengan cinta kasih berkesadaran
Pikiran dan perbuatan benar membebaskan diri dari penyesalan
Menjadikan Bodhisatwa Sadaparibhuta sebagai teladan

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 6 Juli 2021
Sumber: Lentera Kehidupan- DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlena
Ditayangkan tanggal 8 Juli 2021
Kebahagiaan berasal dari kegembiraan yang dirasakan oleh hati, bukan dari kenikmatan yang dirasakan oleh jasmani.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -