Ceramah Master Cheng Yen: Bodhisatwa Dunia Mempraktikkan Enam Paramita

Bodhisatwa dunia, kini kita harus menulis fakta sejarah. Lebih dari 2.500 tahun lalu, Buddha datang ke dunia demi satu tujuan mulia, yakni membabarkan praktik Bodhisatwa dan membimbing kita mempraktikkan Jalan Bodhisatwa.

Saya memulai Tzu Chi pada 56 tahun yang lalu. Tahun ini Tzu Chi akan memasuki tahun ke-56. Tzu Chi bermula dari sebersit niat. Saya telah melihat berbagai penderitaan di dunia, melihat orang-orang yang kekurangan dan menderita, melihat orang-orang yang sakit dan tak bisa berobat. Semua ini adalah penderitaan.

Buddha bertekad untuk melatih diri setelah melihat penderitaan. Beliau berikrar untuk membabarkan Dharma bagi umat manusia dan membimbing orang-orang untuk mencapai kebuddhaan. Bagaimana kita semua dapat mencapai kebuddhaan?

Buddha berkata bahwa hati, Buddha, dan semua makhluk pada hakikatnya tiada perbedaan. Hanya saja, Buddha sudah tercerahkan, sedangkan kita adalah makhluk awam yang masih tersesat. Kita masih tersesat. Yang tersesat disebut makhluk awam, yang sadar disebut Buddha. Jadi, kini kita hendaknya berusaha memahami dan menyadari ajaran Buddha.

 

Jadi, bagaimana cara membawa yang tersesat menuju kesadaran atau pencerahan? Kita harus membuka dan membentangkan jalan dengan mempraktikkan Jalan Bodhisatwa. Bodhisatwa berarti makhluk dengan cinta kasih berkesadaran. Bodhisatwa adalah makhluk yang memiliki cinta kasih yang juga berjuang untuk mencapai pencerahan.

Meski kita belum tercerahkan, tetapi kita memiliki kasih sayang di dunia ini. Makhluk awam yang memiliki kasih sayang harus mempelajari ajaran Buddha. Untuk itu, kita mempraktikkan Jalan Bodhisatwa. Saya menyebut kalian sebagai Bodhisatwa, tetapi Bodhisatwa yang baru bertekad. Kalian dan saya adalah Bodhisatwa yang baru bertekad. Dengan sebutan ini, semoga kita benar-benar menjadi Bodhisatwa.

Saya sering berkata kepada kalian bahwa sebagai Bodhisatwa, kita harus mempelajari Jalan Bodhisatwa. Kita harus mempraktikkan semangat Bodhisatwa. Praktik Bodhisatwa adalah Enam Paramita. Kita harus mempelajari enam metode ini untuk membimbing diri sendiri dan orang lain. Inilah makhluk yang penuh cinta kasih berkesadaran. Bodhisatwa harus memiliki Dharma. Jadi, Dharma yang tak berwujud harus diwujudkan.

Zaman kita hidup sekarang berjarak lebih dari 2.500 tahun dari zaman Buddha. Di masa itu tidak ada rekaman. Saat itu juga tidak ada catatan langsung. Namun, ajaran diwariskan perlahan-lahan berkat Ananda yang di masa tuanya mengulang ajaran dengan ungkapan "demikianlah yang telah kudengar".

 

Beliau menuturkan bahwa suatu ketika, Buddha berdiam di suatu tempat dengan berapa banyak orang yang hadir. Jadi, Ananda mengulang kembali ajaran yang pernah dibabarkan Buddha. Inilah Dharma.

Seiring berjalannya waktu dan bergantinya zaman, Dharma ini terus diwariskan dan disampaikan kurang lebih dengan berbagai metode.

Saat ini saya berbicara. Jika tidak direkam, kalian yang mendengarnya saat ini, mungkin saat menyebarkannya nanti, akan menyampaikannya secara kurang lebih. Jika pembicaraan saya tidak direkam, orang lain hanya akan mendengarnya dari penuturan kalian.

Setiap orang dari kalian pun tidak dapat memasukkan setiap kata saya ke dalam hati secara tepat tanpa ada yang kurang atau lebih. Kalian pasti menyampaikannya sesuai dengan pemahaman dalam batin kalian. Kalian mendengar perkataan saya sebagaimana adanya, tetapi kalian menyampaikannya kembali sesuai dengan pemahaman kalian sendiri. Karena itu, ajaran ini bisa disampaikan lebih atau kurang.

Beruntung, kini ada teknologi perekaman. Suara saya kini bisa direkam. Terlebih lagi, ketika saya berbicara pada saat ini, pembicaraan ini disiarkan langsung lewat internet dan dapat diikuti oleh orang-orang di berbagai negara dan berbagai keluarga.

 

Kita bagaikan singgah di setiap keluarga. Kita juga bagaikan hadir di ladang pelatihan mereka. Jadi, Bodhisatwa dunia ada di mana-mana. Bukankah ini yang digambarkan dalam Sutra Bunga Teratai? Kita semua terhubung lewat internet bagaikan Bodhisatwa yang terbang di langit untuk hadir di tempat persamuhan Dharma. Semua ini menggambarkan kondisi batin Buddha. Berkat teknologi masa kini, kita semua bisa berkumpul lewat jaringan internet, bahkan singgah ke berbagai negara untuk bertemu para relawan setempat.

Tahun ini, saya harus menyeret tubuh tua saya ini untuk berkeliling. Lihatlah, tahun ini dan tahun lalu sungguh berbeda. Tahun lalu saya masih bisa bergerak dengan leluasa. Kini, setelah kehidupan mencapai titik puncak, ia bagaikan matahari yang terbenam di balik gunung dengan sangat cepat. Cepatnya juga bagaikan anak-anak yang bermain perosotan. Jadi, saya harus menghargai setiap menit dan detik.

Entah apakah saya masih bisa bersuara atau tidak, saya tetap akan mengerahkan sisa energi saya untuk berbicara. Saya ingin menyampaikan kepada kalian bahwa kita harus menggenggam jalinan jodoh yang ada. Waktu sungguh berlalu dengan cepat.

 

Zaman kita ini sudah berjarak lebih dari 2.500 tahun dari zaman Buddha. Di zaman kita sendiri ini, usia Tzu Chi sudah melewati setengah abad. Tahun ini kita sudah memasuki tahun ke-56. Jadi, kita harus menggenggam niat dan tekad seketika dan mengubahnya menjadi abadi. Jadi, kita harus sungguh-sungguh menggenggam waktu untuk mewariskan semangat Bodhisatwa dunia ini agar bertahan selamanya. Paham? (Paham)

Baik, kita semua mengembangkan berkah di dunia. Yang terpenting, jiwa kebijaksanaan kita harus bertumbuh. Inilah yang disebut mengembangkan kebijaksanaan. Jadi, Dharma harus didengar dan buku harus dibaca.

Jangan lupa untuk memanfaatkan waktu untuk menyelami kata demi kata dari Sutra Bunga Teratai. Gunakan cinta kasih untuk membentangkan jalan agar semua orang dapat menapakinya.

Dalam perjalanan membentangkan jalan ini, kita mencatat semua kesan dan pengalaman kita. Ini akan menjadi sejarah Tzu Chi. Kalian semua adalah tokoh dalam sejarah Tzu Chi. Harap kalian terus menyebarkan Dharma, tetapi Dharma ini haruslah benar dan terlebih dahulu meresap ke dalam hati.

Bodhisatwa dunia mempraktikkan Enam Paramita
Menampilkan kebenaran, kebajikan, dan keindahan lewat jaringan internet
Mengerahkan segenap daya untuk membabarkan Dharma bagi semua makhluk
Senantiasa melangkah menuju jalan kebuddhaan

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 06 Februari 2021         
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 08 Februari 2021
Benih yang kita tebar sendiri, hasilnya pasti akan kita tuai sendiri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -