Ceramah Master Cheng Yen: Bodhisatwa Dunia yang Menciptakan Tanah Suci

Pada tanggal 10 Maret, insan Tzu Chi dari 11 negara berkumpul bersama di Serbia. Kemudian, bergabung pula seorang relawan dari Slovakia sehingga total menjadi 12 negara. Mulanya, kita mengajukan izin 10 hari untuk mengadakan pembagian bantuan sebanyak 10.000 set pakaian musim dingin. Namun, tak disangka, di hari pertama kita memulai pembagian bantuan, tepatnya pada tanggal 1 Maret 2016, Serbia mengumumkan bahwa pemerintahnya akan membatasi jumlah pengungsi yang masuk. Akibatnya, para pengungsi tidak bisa masuk. Jadi, para relawan Tzu Chi setiap hari membagi diri ke dalam dua kelompok. Satu kelompok pergi ke perhentian sementara untuk menunggu sejumlah kecil pengungsi yang diizinkan masuk. Kadang yang datang hanya lima sampai enam bus dengan total penumpang berjumlah dua sampai tiga ratus orang.

Insan Tzu Chi kemudian membagikan pakaian musim dingin kepada mereka. Kepada setiap orang, relawan memberikan cinta kasih yang tulus. Saat membagikan pakaian musim dingin, para relawan memastikan setiap orang mendapatkan ukuran yang pas. Mereka mengasihi para pengungsi bagaikan keluarga sendiri. Sekelompok relawan lainnya pergi ke stasiun kereta di Sid karena di sana banyak pengungsi yang tertahan.

Para relawan berinteraksi dengan pengungsi di sana, mendampingi mereka, menghibur mereka, dan lainnya. Melihat semua yang dilakukan insan Tzu Chi, seorang wartawan dari Hungaria merasa tersentuh dan akhirnya bergabung. Pemerintah setempat juga melihat sumbangsih kita. Pemerintah setempat mengeluarkan izin bagi insan Tzu Chi di Eropa untuk beraktivitas di sana sebagai organisasi non pemerintah. Dengan demikian, Tzu Chi dapat langsung berinteraksi dengan para pengungsi.

Pada tanggal 10 Maret, surat kabar setempat memberitakan tentang Tzu Chi. Di dalam berita itu juga dilaporkan bahwa Tzu Chi telah berdiri selama 50 tahun. Selama 50 tahun ini, di mana pun bencana terjadi, jejak kemanusiaan insan Tzu Chi dapat terlihat. Di saat yang sama, di Turki, Yordania, dan Jerman, jejak sumbangsih insan Tzu Chi juga dapat dilihat. Sumbangsih mereka di Serbia juga mendapat pujian dari berbagai pihak. Karena itu, pemerintah setempat berkeinginan untuk bertemu dengan insan Tzu Chi guna memahami lebih lanjut cara kerja Tzu Chi.

Sejak tanggal 10 Maret, insan Tzu Chi telah berada di Serbia selama lebih dari 10 hari. Untuk sementara, 16 relawan masih tinggal di sana, sedangkan yang lainnya pulang. Sebelum pulang, mereka menggelar rapat. Berhubung Sebia diguyur hujan lebat dan terjadi banjir di beberapa wilayah, pemerintah setempat berharap insan Tzu Chi dapat memberi bantuan lebih lanjut. Jadi, 16 relawan Tzu Chi tetap tinggal di sana untuk melanjutkan pembagian bantuan bagi pengungsi yang berdatangan. Mereka membeli barang bantuan di daerah setempat dan bersiap untuk membantu korban banjir di wilayah selatan Serbia. Para relawan juga mendapati bahwa para pengungsi hanya memilki makanan kering selama perjalanan. Setiap hari mereka makan makanan kering dan dingin yang sama sehingga sulit bagi mereka untuk menelannya.

Komisi Penanganan Pengungsi juga mengajukan agar Tzu Chi menyediakan makanan. Mulanya, saat berbicara dengan mereka lewat konferensi video, saya juga sempat mengungkit tentang makanan. Namun, kita tidak bisa menyediakan makanan tanpa izin otoritas setempat. Kebetulan, komisi penanganan pengungsi setempat mengajukan hal ini. Bukan hanya berencana menyediakan makanan yang bervariasi, insan Tzu Chi juga segera mencari bahan makanan yang sesuai dan menunjukkannya kepada komisi penanganan pengungsi setempat untuk memastikan bahwa itu memenuhi syarat. Di negara lain, kita harus menyesuaikan diri dengan norma setempat dan tidak melanggar aturan. Akhirnya, kita memperoleh izin resmi. Inilah kebijaksanaan insan Tzu Chi. Orang-orang yang menderita di sana telah memberi kita ladang pelatihan Bodhisatwa.

Para Bodhisatwa Tzu Chi ini menganggap misi bantuan ini sebagai ladang pelatihan diri yang harus dijalani meski tidak mudah. Semua ini membuat kita terharu. Semua jejak bersejarah ini direkam oleh para relawan budaya humanis demi menulis sejarah bagi dunia ini dan menjadi saksi bagi zaman ini. Semua rekaman ini adalah saksi bagi zaman ini dan merupakan catatan sejarah bagi dunia yang kita wariskan di masa depan.

Melindungi Bumi

Kita juga melihat dalam sejarah Tzu Chi hari ini, tepatnya pada tahun 1992, kita mengadakan rangkaian kegiatan kedua dalam tajuk "Menciptakan Tanah Suci di Dunia" untuk mempromosikan pelestarian lingkungan. 

Para relawan daur ulang adalah Bodhisatwa dunia yang melindungi bumi. Tanpa bumi yang sehat, bagaimana mungkin umat manusia dapat hidup dengan aman dan tenteram? Berkat keteladanan para relawan daur ulang yang melindungi bumi, barulah kita bisa menyerukan pelestarian lingkungan, bukan hanya di Taiwan, melainkan juga di seluruh dunia karena masalah lingkungan merupakan isu global.

Ketidakselarasan empat unsur alam saat ini disebabkan oleh ulah manusia. Kita harus berusaha menghargai sumber daya alam lewat kegiatan daur ulang. Lihatlah para relawan kita. Mereka tidak takut bau dan kotor. Mereka bahkan tidak gentar terhadap badai ataupun hujan. Mereka tetap melakukan daur ulang dalam kondisi cuaca apa pun di tempat yang sangat sederhana demi melindungi bumi ini.

Mereka semua membuat saya sangat mengasihi mereka dan merasa bersyukur. Saat berada di tengah tumpukan barang daur ulang, aroma yang ada sungguh tidak sedap. Tumpukan itu juga sangat kotor. Karena itu, para relawan budaya humanis hendaknya lebih banyak menulis tentang hal ini untuk mengajak orang-orang menerapkan konsep menjaga kebersihan mulai dari sumbernya.

Saya berharap setiap keluarga dapat terlebih dahulu membersihkan sampah botol atau kaleng mereka sebelum dibawa ke posko daur ulang agar para Bodhisatwa lanjut usia yang telah bertekad untuk bersumbangsih tanpa pamrih ini tidak perlu lagi berkutat  dengan kotoran dan bau tidak sedap. Mereka sungguh tengah melatih diri. Namun, alangkah baiknya jika kita juga turut melakukan bagian kita di rumah. Harap kita semua menjaga kebersihan mulai dari sumbernya.

Memberi perhatian bagi pengungsi bagai keluarga sendiri

Menyebarkan kisah jejak cinta kasih Tzu Chi

Menyaksikan cinta kasih dalam ladang pelatihan di dunia

Melindungi bumi dengan menjaga kebersihan mulai dari sumbernya 

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 12 Maret 2016

Sumber: Lentera Kehidupan  - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 14 Maret 2016

Kendala dalam mengatasi suatu permasalahan biasanya terletak pada "manusianya", bukan pada "masalahnya".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -