Ceramah Master Cheng Yen: Bodhisatwa Membawa manfaat Bagi Semua Makhluk

“Saya harap mata saya bisa sembuh,” kata seorang pasien.

“Orang-orang membutuhkan kita. Kita bisa memilih bagaimana merayakan ultah. Saya merasa bahwa menolong sesama lebih baik daripada mengadakan acara ultah. Kita semua suka merayakan ulang tahun bersama anggota keluarga. Tzu Chi juga merupakan keluarga besar saya,” tutur Carlo Nasol, Dokter TIMA Filipina.

“Sebelum datang ke Klinik Mata Tzu Chi, kami sudah tidak mengharapkan apa pun. Namun, dokter terus menyemangati kami dan mengobatinya sehingga kami kembali memiliki harapan untuk masa depan,” ujar Kienzel Tan, keluarga pasien.

“Luar biasa sekali. Sekarang saya bisa melihat dengan jelas. Sebelum operasi, penglihatan saya masih kabur. Terima kasih,” tutur Florna Nabing, pasien katarak.

“Dapat menyelamatkan orang dengan keahlian, rasanya sungguh menyenangkan. Talenta ini merupakan berkat dari Tuhan. Lewat menolong sesama, saya bersyukur atas berkat Tuhan,” ungkap John Arnel Solamo, Dokter TIMA Filipina.

“Sesungguhnya, yang dibutuhkan kaum lansia bukan hanya kesehatan. Kami bukan hanya datang mengobati mereka, tetapi juga mencurahkan perhatian pada mereka. Dalam berinteraksi dengan mereka, kami membuat mereka merasa bahwa mereka masih dihargai dan masih ada orang yang memperhatikan dan mengasihi mereka,” ujar Guo Shu-yi, Perawat TIMA wilayah utara.

“Saya berterima kasih pada dokter dan yang lainnya yang datang ke sini. Kalian baik sekali. Saya sangat bersyukur,” tutur Lai Lin Mei-yun.

Hidup sebagai manusia, untuk membalas budi orang tua yang telah memberikan tubuh ini pada kita, kita hendaklah melakukan hal yang bermanfaat bagi orang-orang. Demikianlah hendaknya kita mengembangkan nilai dari tubuh yang diberikan orang tua ini. Selain menjaga kesehatan tubuh, kita juga harus menumbuhkan jiwa kebijaksanaan.

 

Kehidupan kita di dunia ini terbatas. Setelah terlahir di dunia ini, berkah atau karma burukkah yang kita ciptakan? Kita menciptakan karma buruk atau berkah? Jika kita bersumbangsih bagi semua makhluk, berarti kita menciptakan berkah. Jika tidak bertemu dengan Dharma, kita mungkin hanya mementingkan keuntungan dan menghalalkan segala cara demi uang.

Contohnya saya. Mengapa saya mendirikan rumah sakit? Saat itu, saya sepenuh hati menjalankan misi amal. Saya hanya berpikir suatu hari nanti, setelah rumah sakit berdiri, orang-orang kurang mampu yang jatuh sakit dapat menerima perawatan yang baik. Jadi, kita menjalankan misi kesehatan demi menyelamatkan nyawa pasien. Inilah misi para dokter.

Dahulu, kalian mungkin tidak paham. Kini, setelah mendengar Dharma, kalian tahu untuk membalas budi luhur Buddha karena jiwa kebijaksanaan kalian telah bertumbuh. Dahulu, kalian mungkin hanya berpikir untuk menghasilkan uang dan menghidupi keluarga. Inilah tujuan kalian menjadi dokter dahulu.

Kini kalian mementingkan baksos kesehatan. Kalian rela menutup klinik kalian demi menjangkau pegunungan atau pedesaan. Kalian bersumbangsih tanpa pamrih demi membawa manfaat bagi semua makhluk. Meski sama-sama sebagai dokter, tetapi kini tujuan kalian berbeda.

Kalian dapat membawa manfaat bagi semua makhluk karena cinta kasih kalian telah terbangkitkan setelah memahami kebenaran. Karena itulah, kalian dapat bersumbangsih dengan penuh sukacita. Dengan menjadi relawan medis, saat berbagi pengalaman, ada banyak kisah yang bisa kalian bagikan.

Jika kalian hanya bekerja untuk menghasilkan uang, saat diminta untuk berbagi pengalaman, tidak ada yang bisa kalian bagikan. Apakah kalian akan memberi tahu orang lain berapa penghasilan kalian per hari atau berapa gigi yang telah kalian cabut? Saya rasa tidak ada orang yang ingin mendengar hal seperti ini.

Jika kalian berbagi tentang penderitaan yang kalian lihat serta bagaimana kalian bersumbangsih dan menggulung lengan baju untuk membantu membersihkan rumah mereka, orang-orang akan berkata, "Tidak disangka, dokter juga bisa membantu membersihkan rumah orang lain." Orang-orang akan kagum atas apa yang kalian lakukan.


Jadi, inilah topik yang dibutuhkan masyarakat sekarang. Kalian bisa berbagi kisah yang bernilai dan merupakan pengalaman pribadi kalian. Kita membagikan kisah nyata dari perjalanan kita. Lebih dari 2.500 tahun yang lalu, Buddha mengajari orang-orang untuk menapaki Jalan Bodhisatwa. Inilah yang kita lakukan sekarang.

Pada masa pandemi COVID-19 ini, Tzu Chi telah menyalurkan bantuan di 80-an negara dan wilayah. Kita telah membentangkan Jalan Bodhisatwa. Selama lebih dari 50 tahun berdirinya Tzu Chi, kita telah menginspirasi banyak orang. Setelah mendengar dan melihat tentang Tzu Chi, banyak orang yang bertekad untuk menjalankan Tzu Chi. Kini kita telah memiliki relawan di berbagai negara.

Pada masa pandemi seperti ini, jika tidak memiliki relawan di berbagai negara, meski ingin memberikan bantuan, kita juga tidak bisa berbuat apa-apa karena akses transportasi terbatas. Kita hanya bisa mengimbau para relawan untuk memanfaatkan sumber daya setempat dan menghimpun tetes demi tetes donasi.

“Menyisihkan 50 sen setiap hari tidak akan memengaruhi kehidupan kita. Setiap orang dapat melakukannya,” kata Lai Lin Mei-yun, seorang warga.

“Setelah berbelanja di pasar pada pagi hari, saya akan menyisihkan uang logam yang ada. Saat ada kegiatan amal, saya akan mendonasikannya,” kata Feng Gui-xiang, seorang warga.

Semangat mengakumulasi tetes-tetes cinta kasih, yakni semangat celengan bambu, telah disebarluaskan di seluruh dunia sehingga setiap orang dapat melihat kekuatan 50 sen. Kini, semangat celengan bambu diterapkan di berbagai negara untuk menolong warga kurang mampu dan orang-orang yang sulit bertahan hidup. Jadi, jangan meremehkan sebersit niat kita.


Saya ingin memberi tahu kalian bahwa Tzu Chi juga berasal dari sebersit niat saya dahulu. Setiap orang harus menjaga kemurnian hati. Jika kalian bertanya bagaimana saya membuat semua orang menuruti kata-kata saya, saya akan berkata bahwa itu karena saya memiliki hati yang murni tanpa noda, tidak memiliki pamrih, dan penuh cinta kasih. Saya yakin bahwa saya tidak memiliki pamrih dan setiap orang memiliki cinta kasih.

Hati saya murni dan bebas dari ketamakan. Karena itulah, saya mengimbau orang-orang untuk bersumbangsih dengan cinta kasih. Inilah yang mendukung perkembangan Tzu Chi. Jadi, saya berharap setiap orang yang ada di sini dan mendengarkan ceramah saya dapat mempraktikkan hal ini.

Kehidupan ini hanya puluhan tahun. Kehidupan manusia tidaklah kekal. Jangan menunda dan jangan ragu. Kalian harus percaya pada ucapan saya. Jangan ragu dan jangan menunda karena kehidupan tidaklah kekal. Kita harus memupuk karma baik, jangan sekadar mengikis karma buruk. Kita sudah tidak punya cukup waktu.

Saat hidup tenteram, kita harus memupuk karma baik. Kita harus menciptakan karma baik dan menghimpun jalinan jodoh baik. Di kehidupan sekarang, kita harus menghimpun jalinan jodoh baik dan memupuk berkah bagi kehidupan mendatang. Saya bersyukur pada kalian yang telah mendampingi dalam perjalanan saya.

Setiap hari, saya bersyukur kepada insan Tzu Chi yang mendampingi saya. Tanpa pendampingan para Bodhisatwa ini, sulit bagi saya untuk melanjutkan perjalanan. Karena itulah, saya bersyukur kepada para insan Tzu Chi yang mendampingi saya. Mari kita membangun tekad dan ikrar agung.

Jiwa kebijaksanaan bertumbuh setelah mendengar Dharma
Yakin bahwa setiap orang memiliki cinta kasih dan diri sendiri tidak memiliki pamrih
Guru dan murid saling mendampingi untuk membentangkan jalan yang lapang
Membawa manfaat bagi semua makhluk dan membalas budi luhur Buddha

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 04 November 2020 
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 06 November 2020
Orang bijak dapat menempatkan dirinya sesuai dengan kondisi yang diperlukan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -