Ceramah Master Cheng Yen: Bodhisatwa Membentuk Hutan dan Melindunginya
Hari ini, saya akan kembali memulai perjalanan. Waktu berlalu begitu cepat dalam hitungan detik, menit, hari, dan bulan. Oleh karena itu, kita harus berpacu dengan waktu. Ini disebut dengan tekun dan bersemangat. Hendaknya kita sungguh-sungguh menghargai dan menggenggam kehidupan ini. Ajaran Buddha sering berkata tentang ketidakkekalan.
Saya ingat tahun ini, sebelum memulai perjalanan pertama, saya berkata kepada semuanya bahwa lingkungan sekitar harus dijaga, pintu dan jendela harus diamankan, dan pohon-pohon harus ditopang dengan bambu. Tidak disangka, beberapa hari setelah saya pergi, topan benar-benar melanda. Terlebih lagi, area Griya Jing Si ini berubah drastis. Topan menghancurkan pohon-pohon yang telah tumbuh selama puluhan tahun.
Sejak datang ke Hualien dan menetap di Griya Jing Si, kita merawat pohon-pohon itu dari kecil. Pohon-pohon itu telah tumbuh membentuk hutan. Setiap hari, saya bisa melihatnya dari koridor ruang tamu. Saya berdiri di sana memandangi hijaunya pohon-pohon yang telah membentuk hutan. Saya juga melihat jalan setapak di luar pagar tembok yang menuju ke jalan utama. Pagar tembok itu mengingatkan saya pada masa lalu.
Saat itu, saya dan para bhiksuni Griya Jing Si pada masa-masa awal menyusun semen dan batu satu per satu menggunakan tangan. Semua itu adalah kenangan masa lalu. Tentu saja, ada juga para pekerja dan sekelompok anggota Tzu Cheng yang membantu. Pada masa awal Tzu Chi, ada relawan Tzu Chi Hualien, Lin Ying-ju. Setiap hari, saya membabarkan Dharma dengan tenang di dalam ruangan. Di luar, beliau juga memangkas ranting pohon dengan tenang. Semua ini adalah pemandangan yang tidak terhapuskan di dalam ingatan.
Selama puluhan tahun ini, lingkungan Griya Jing Si selalu dirapikan oleh para anggota Tzu Cheng dan komite yang terus kembali ke sini. Seperti baru-baru ini, Relawan A-yong bersama beberapa relawan lainnya kembali ke sini. Hari ini, saya akan kembali memulai perjalanan. Mereka akan terus merapikan lingkungan sekitar dan menanam pohon. Kebajikan mereka menciptakan hutan pahala. Ini adalah ladang pelatihan yang sangat indah.
Banyak praktisi yang akan keluar untuk mencabut rumput begitu memiliki waktu luang. Pohon-pohon berharga ini memberikan keteduhan dan angin sejuk terus berembus. Tanah yang tadinya dipenuhi rumput liar telah dibersihkan dengan baik oleh para praktisi. Tumbuhan hijau yang indah menyelimuti seluruh tanah hingga membentuk hamparan hijau. Ladang pelatihan kita sangat agung dan indah.
Saya sangat berterima kasih kepada para bhiksuni Griya Jing Si yang telah menjaga dan merawat ladang pelatihan ini dengan sungguh-sungguh selama bertahun-tahun. Saya terlebih berterima kasih kepada para relawan kita karena kekuatan bhiksuni Griya Jing Si terbatas. Relawan pria di sini memiliki pengalaman dan wawasan yang luas. Mereka mengetahui jenis pohon apa yang besar dan mampu memberikan keteduhan serta memahami ekosistem berbagai jenis pohon.
Ada pohon yang berusia panjang dan ada pula yang berusia pendek. Mereka mengetahui mana yang sesuai dengan iklim dan kondisi tanah di tempat tertentu. Mereka penuh dengan pengetahuan dan kebijaksanaan. Dengan tekad, mereka mampu memilih bibit pohon sesuai kondisi tanah dan udara agar bertumbuh menjadi pohon yang kokoh, indah, dan senantiasa hijau sepanjang tahun.
Pohon-pohon besar ini diangkut dengan truk besar melewati jalan pegunungan yang berkelok-kelok untuk dibawa ke Griya Jing Si. Kabarnya, hari ini akan ada lagi pohon yang tiba di sini untuk dirapikan dan ditanam. Saya merasa sangat bersyukur. Saya yakin bahwa ketika saya kembali dari perjalanan yang hampir 1 bulan ini, lingkungan di Griya Jing Si pasti berubah.
Memikirkan hal ini, saya merasa dipenuhi berkah. Semuanya sangat perhatian pada saya. Mereka berkata, "Saat Master tidak berada di sini, kami harus segera merapikan semuanya agar Master tidak terganggu." Jika mereka merapikan semuanya selama saya pergi, ketika kembali, saya akan melihat lingkungan yang tertata rapi. Segala sesuatu mereka lakukan demi saya.
Beberapa hari ini, ada Bodhisatwa yang kembali dari tanah kelahiran Buddha. Mereka adalah relawan dari Malaysia dan Singapura. Saya memiliki satu harapan, yaitu memiliki jalinan jodoh untuk pergi ke tanah kalahiran Buddha dan membalas budi Buddha.
Selama 2 hingga 3 tahun terakhir, segelombang demi segelombang relawan kita pergi ke Nepal dan India secara estafet. Saya selalu berpikir bahwa saya harus menunjukkan arah yang benar agar sekelompok Bodhisatwa yang memiliki jalinan jodoh istimewa dapat berhimpun untuk menciptakan berkah bagi tanah kelahiran Buddha dan menciptakan harapan pendidikan di sana.
Relawan kita menjangkau tanah kelahiran Buddha dan memberikan kontribusi di sana. Ini mirip dengan kondisi Griya Jing Si puluhan tahun lalu. Setiap pagi, saat saya membabarkan Dharma, akan ada orang di luar yang mengangkat batu, membangun pagar tembok, mengisi tanah, dan menanam pohon. Bukankah pagar tembok Griya Jing Si dibangun dengan cara seperti itu?
Pohon-pohon yang membentuk hamparan hijau di luar, bukankah itu hasil dari kerja keras relawan kita yang selama puluhan tahun terus kembali untuk menanam pohon dan membentuk lanskap? Para Bodhisatwa dunia bertekad untuk membentuk hutan dan lanskap. Saya sangat bersyukur.
Menghimpun jalinan jodoh istimewa di ladang pelatihan yang agung
Bodhisatwa membentuk hutan dan melindunginya
Menciptakan Tanah Suci dan membalas budi Buddha
Memperluas ladang berkah dan membina tunas baru
Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 09 Desember 2024
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Graciela
Ditayangkan Tanggal 11 Desember 2024