Ceramah Master Cheng Yen: Bodhisatwa Menerangi Sudut-sudut Gelap

“Pengalaman yang saya peroleh di sini, saya berharap bisa menyebarkannya ke segala penjuru di Afrika Selatan karena semua orang terus menua dari waktu ke waktu. Kita tidak punya waktu untuk disia-siakan. Master selalu mengingatkan kita untuk senantiasa bersungguh hati dan menggenggam setiap detik untuk mengemban misi Tzu Chi. Tahun lalu, saya mengetahui bahwa Master selalu sangat mengkhawatirkan bencana dan penderitaan di seluruh dunia. Jadi, saya memutuskan menulis sebuah puisi untuk Master agar Master tidak khawatir,” kata Asive, relawan Tzu Chi Afrika Selatan.

“Sebagai relawan Tzu Chi, kami akan menjadi mata, tangan, dan kaki Master untuk mengasihi dan merangkul semua orang di dunia ini. Saudara sekalian, saya ingat ikrar yang saya bangkitkan sebelum kembali ke sini. Para relawan dari Taiwan pergi ke Afrika dan menanam benih cinta kasih di sana. Mereka mungkin akan kembali ke Taiwan, tetapi kami akan melanjutkan misi dan memastikan cinta kasih tersebar luas di Afrika,” tambah Asive.


“Master Cheng Yen mengajari kami untuk menjadi tuan dalam kehidupan diri sendiri dan menunaikan kewajiban. Saya berikrar di hadapan Master. Saya akan memanfaatkan sisa hidup saya untuk menginspirasi lebih banyak orang,” tutur Evelyn, relawan Tzu Chi Zimbabwe.

“Master bukan hanya memberi bantuan materi, tetapi juga Dharma. Kelak, kehidupan kami akan berubah. Master seakan-akan memahami masalah dan tabiat buruk kami. Terima kasih atas ajaran dan bimbingan Master. Kami juga mempelajari apa yang Master ajarkan untuk tidak mencuri, tidak merampok, dan tidak berbohong. Master mengajarkan semangat celengan bambu. Kami berharap dapat berbagi semangat ini dengan lebih banyak orang yang membutuhkan bantuan. Master, tolong terus bimbing kami menuju jalan yang benar,” ujar Sheila, relawan Tzu Chi Mozambik.


Secara geologis, Afrika sangat jauh dari kita. Namun, kini kita bisa melihat hati para relawan dari Afrika terhubung dengan hati saya. Saya memahami mereka dan mengimbau mereka menggenggam jalinan jodoh. Saya sangat bersyukur atas jalinan jodoh yang mengagumkan ini. Benih Tzu Chi dari Afrika Selatan tersebar hingga ke Zimbabwedan Mozambik. Demikianlah Tzu Chi berkembang di Afrika.

Mendengar kisah-kisah yang dibagikan relawan kita beberapa hari ini, saya sangat tersentuh. Orang berada menolong orang kurang mampu tidaklah sulit, itu sangat mudah. Asalkan memiliki tekad, orang yang kaya materi bisa dengan mudah menolong orang yang kekurangan. Namun, itu juga tidak mudah karena banyak orang yang menutup diri. Sangat sulit bagi mereka untuk mencurahkan cinta kasih.


Kita melihat di Zimbabwe dan Mozambik, juga ada relawan keturunan Tionghoa seperti Tino Chu dan Denise Tsai. Mereka mengemban tanggung jawab di negara yang berbeda. Para relawan di Mozambik bersinar cemerlang bagai mutiara. Mereka sangat tekun dan bersemangat mendalami Dharma. Mereka bisa berbagi Dharma dengan benar, mempraktikkan Dharma, dan berbuat kebaikan. Inilah yang dilakukan relawan di Mozambik.

Kita juga melihat Relawan Tino Chu di Zimbabwe. Dia memulai misinya dari pendidikan anak-anak. Dia melihat anak-anak berteduh dari sinar matahari. Ke mana bayangan bergerak, ke sanalah anak-anak pindah untuk berteduh dari sinar matahari. Dia tidak tega melihatnya. Papan tulis hitam yang digunakan menjadi berwarna putih karena bekas kapur tulis. Setiap hari, anak-anak harus memanjat tinggi untuk menggantung papan tulis. Kita tidak tega melihatnya. Karena itu, Tzu Chi membantu mereka mendirikan ruang kelas sementara.


Ada banyak kisah yang menyentuh. Kita berharap anak-anak tidak kelaparan dan dapat terus bersekolah. Karena itu, kita yang berada di Taiwan mengimbau orang-orang menyumbangkan alat tulis. Selama beberapa waktu, kita mengadakan kegiatan besar dan mengajak anak-anak menolong sesama. Ini dilakukan di sekolah kita. Dalam interaksi antarmanusia, kita mencari kesempatan untuk berbagi prinsip kebenaran dengan anak-anak.

Di negara yang makmur, anak-anak mungkin tidak mengetahui kondisi anak-anak yang kekurangan. Jadi, kita membimbing mereka lewat kesempatan yang ada. Kita menunjukkan penderitaan untuk membimbing anak-anak di negara yang makmur agar mereka dapat menciptakan lebih banyak berkah bagi dunia. Inilah yang kita lakukan di negara yang makmur. Kita bertekad untuk menginspirasi orang berada menolong orang kurang mampu.


Dengan menyumbangkan sedikit miliknya, orang berada mampu menolong banyak orang. Namun, adakalanya, sulit bagi mereka untuk menyumbang. Butuh upaya untuk menginspirasi cinta kasih mereka. Saya sangat berharap orang berada dapat bersumbangsih dengan cinta kasih.

Melihat insan Tzu Chi Eropa, saya juga sangat tersentuh. Meski hidup mereka sangat makmur dan damai, mereka bisa membangkitkan cinta kasih. Saya sangat tersentuh. Mereka telah melihat penderitaan di dunia. Mereka sering mengunjungi negara lain untuk menolong orang yang menderita. Mereka secara bergilir mencurahkan perhatian kepada para pengungsi di Serbia.


Contohnya Portugal yang dilanda kebakaran. Insan Tzu Chi dari Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa menyalurkan bantuan ke Portugal. Saya berharap setelah memberi perhatian dan penghiburan kepada korban kebakaran, relawan kita bisa menabur benih kebajikan di sana dan menginspirasi relawan lokal. Insan Tzu Chi sudah tiga kali menjangkau Portugal.

Selain itu, juga ada Italia yang diguncang gempa bumi. Relawan kita telah beberapa kali menyalurkan bantuan ke Italia. Mereka juga menggenggam kesempatan untuk naik ke atas panggung di tepi jalan guna menjelaskan dari mana Tzu Chi berasal, apa tujuan mereka pergi ke Italia, dan memperkenalkan Tzu Chi. Mereka menggenggam kesempatan untuk berbagi tentang Tzu Chi. 

Di tepi jalan, mereka mempersembahkan isyarat tangan, menunjukkan nilai budaya humanis, berbagi tentang Tzu Chi, dan menjelaskan tujuan mereka pergi ke Italia. Semangat mereka dalam mendengar, mewariskan, membabarkan, dan mempraktikkan Dharma sungguh mengagumkan, benar tidak? Jadi, saya bersyukur kepada kalian semua. Di negara mana pun, asalkan bisa dijangkau, kita bisa menciptakan berkah di sana. Demikianlah Bodhisatwa menyucikan dunia. Untuk mewujudkan masyarakat yang harmonis di setiap negara, inilah yang harus kita lakukan.

Menjalankan misi amal di Afrika

Menggarap kebun cinta kasih dan membantu pendidikan anak-anak

Bodhisatwa menerangi sudut-sudut gelap

Menginspirasi orang berada untuk menolong orang kurang mampu

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 30 Juni 2018

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Li Lie

Ditayangkan tanggal 2 Juli 2018
Ada tiga "tiada" di dunia ini, tiada orang yang tidak saya cintai, tiada orang yang tidak saya percayai, tiada orang yang tidak saya maafkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -