Ceramah Master Cheng Yen: Bodhisatwa Menjangkau Orang-orang yang Menderita
“Alasan mengapa para warga kadang menjadi marah atau tegang saat ada pihak yang datang memberi bantuan adalah karena mereka tidak tahu siapa yang benar-benar ingin membantu atau memiliki tujuan lain. Ini menyebabkan banyak rasa frustrasi. Kondisi di sini sangat kacau. Suami saya pergi ke perbatasan Dominika untuk mencari makanan, tetapi dihalangi oleh tentara. Kondisi desa kami sangat menyedihkan. Jika turun hujan, maka rumah akan bocor; jika cuaca terik, maka akan terasa terlalu panas. Di sini juga banyak nyamuk. Anak-anak pun menderita penyakit.”
Sesungguhnya, Haiti juga memiliki sejarah yang kaya. Negara itu pernah melewati masa-masa kejayaan. Namun, akibat ketidakselarasan hati manusia, kondisi di sana berubah. Perlahan-lahan, negara itu menjadi negara miskin. Kondisi kemiskinan di sana sungguh membuat kita tidak sampai hati. Pascagempa di Haiti tahun 2010, relawan Tzu Chi mulai menapakkan kaki di sana. Relawan Tzu Chi telah melihat kemiskinan di sana. Bodhisatwa hadir karena ada penderitaan. Melihat kemiskinan di sana, bagaimana bisa kita meninggalkan mereka? Sejak saat itu, setiap kali relawan Tzu Chi akan terjun ke sana, pasti harus mendapat pengamanan dari Pasukan Perdamaian PBB. Lambat laun, setelah insan Tzu Chi beberapa kali pergi ke sana, warga setempat mulai merasa bahwa Tzu Chi dapat dijadikan sandaran bagi mereka. Karena itu, setiap kali relawan Tzu Chi datang, para warga selalu bersikap ramah dan tertib. Mereka bisa tetap tenang saat menunggu giliran untuk mengambil barang bantuan.
Kita tentu juga memiliki benih relawan setempat. Ini terwujud berkat relawan dari Amerika Serikat yang terus melakukan pendekatan dan memberi bantuan sehingga menumbuhkan rasa haru dalam hati para warga. Mereka juga bersedia untuk bersumbangsih. Master berkata bahwa para warga bagaikan ladang, dan kita harus menaburkan benih di ladang itu serta memeliharanya agar tumbuh dengan baik.
Relawan bernama Richard ini juga termasuk tokoh berpengaruh bagi masyarakat setempat. Dia adalah orang yang lurus dan keras. Dia bersedia berbuat kebajikan, tetapi temperamennya sedikit keras. Insan Tzu Chi membimbingnya hingga menjadi lebih lembut. Dia akhirnya juga menjadi murid saya dan mengikuti pelatihan. Dia juga bisa memengaruhi orang lain. Dia bisa mengajak sekelompok relawan untuk pergi ke rumah sakit guna menyediakan makanan bergizi bagi pasien. Jadi, dia juga membimbing sekelompok relawan. Para relawan ini mengikuti pelatihan secara berkala.
Kita melihat mereka berbagi tentang masa lalu mereka dan perubahan hidup mereka. Relawan kita, James Chen, juga memperlihatkan tayangan tentang bagaimana insan Tzu Chi di Taiwan bersumbangsih memberi pertolongan saat bencana banjir melanda Taiwan sehingga para warga di Haiti dapat merasakan kekuatan cinta kasih. Ini sungguh mengagumkan. Sumbangsih penuh cinta kasih dan balas budi penuh rasa syukur merupakan Dharma yang nyata di dunia ini. Benar, Dharma ini harus selalu diingat dan terus dijalankan tanpa henti. Berlandaskan ajaran dari Sutra Buddha, kita menjadi Bodhisatwa dunia yang membuka jalan bagi pelatihan diri di dunia. Kemudian, orang-orang bisa turut membentangkan jalan tersebut. Jadi, di tengah berbagai hal yang terjadi di dunia, kita menampilkan kebenaran praktik Bodhisatwa. Jadi, kebenaran ditunjukkan lewat hal yang terjadi. Hal yang terjadi di sini adalah bencana alam. Kebenaran di sini adalah membangkitkan hati Bodhisatwa dan mempraktikkan Jalan Bodhisatwa dengan terjun ke daerah tersebut. Tentu, kita juga berterima kasih kepada OECC yang terus-menerus membantu kita sejak kita mengenal mereka di Haiti. Para relawan kita yang datang ke Haiti juga menginap di tempat mereka. Mereka sangat membantu kita.
Direktur Zhang juga sangat mendukung. Beliau juga terjun bersama-sama relawan Tzu Chi. Kali ini, saat ada pengusaha Taiwan di Dominika yang menyumbangkan sepuluh ribu pasang sepatu, beliau membantu menyelesaikan urusan bea cukai.
“Kini kami
sedang menuju perbatasan. Prosedur pembebasan pajak telah diurus semuanya, tetapi kita perlu
menyerahkan dokumen ini agar barangnya bisa melewati perbatasan. Prosedur bea cukai di
perbatasan sangat rumit karena kabarnya di sini banyak penyelundupan. Beruntung, hari ini kita
mendapat doa dari Master sehingga semuanya berjalan lancar, lebih lancar dari yang
kita bayangkan,” ucap Zhang Yong-zhong,
Direktur OECC.
Dalam waktu lima jam, peti kemas yang dikirim dari Dominika diizinkan masuk tanpa melewati pemeriksaan. Menurut beliau, ini menunjukkan bahwa kekuatan cinta kasih Tzu Chi di Haiti sungguh membawa pengaruh. Banyak pula kisah yang mengharukan. Semua ini adalah Dharma. Dharma ini harus dipupuk dalam waktu lama agar dapat memperlihatkan hasil.
Bodhisatwa sekalian, kehidupan manusia bagaikan mimpi. Pada bagian akhir bab Praktik Damai dan Sukacita dari Sutra Bunga Teratai, Buddha membabarkan tentang mimpi. Kita harus melatih pikiran kita. Pikiran harus terfokus dan tidak lengah sedikit pun. Kita harus mengembangkan empat praktik dan empat prinsip, yaitu menjaga tubuh, ucapan, dan pikiran serta membangkitkan Empat Ikrar Agung. Tubuh kita, ucapan kita, dan pikiran kita harus senantiasa dijaga. Dharma harus dimasukkan ke dalam hati. Saat terjaga, kita harus mempraktikkan Dharma untuk membawa manfaat di dalam kehidupan. Dengan begitu, kita akan berbahagia. Bahkan, di dalam mimpi kita juga mempraktikkan Jalan Bodhisatwa.
Di dalam mimpi pun kita melihat Buddha membabarkan Dharma. Kita juga
berikrar untuk menjadi Buddha di masa mendatang. Kita berharap Buddha
memberi prediksi bahwa kelak kita akan menjadi Buddha dan membabarkan Dharma. Berbagai mimpi ini
mengingatkan kita bahwa kehidupan begitu singkat bagai mimpi. Kita harus
sungguh-sungguh memanfaatkan waktu yang ada. Selama pikiran kita selalu berada di dalam
kebajikan, maka suatu hari nanti, pasti ada saatnya kita bangun dari mimpi, benar-benar
sadar, dan tercerahkan. Kondisi yang indah ini bagaikan mimpi. Mimpi kita adalah menjadi
Buddha. Jadi, saya berharap setiap orang memiliki kondisi batin yang indah ini serta dapat
menyelaraskan segala hal dengan prinsip kebenaran. Batin kita hendaknya memahami kebenaran ini untuk
membentangkan jalan di dunia. Inilah kebenaran yang abadi.
Terjun menjangkau orang-orang yang
membutuhkan
Membimbing ke arah kelembutan dan
kebajikan
Senantiasa melatih diri untuk
mewujudkan mimpi menjadi Buddha
Menyelaraskan segala hal dengan
kebenaran di Jalan Bodhisatwa
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 17 Juni 2017
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 19 Juni 2017