Ceramah Master Cheng Yen: Bodhisatwa Muncul di Tengah Makhluk yang Menderita


“Saya telah menjalankan misi di daerah bencana Yuli selama lima hari. Saya ingin memberikan laporan kepada Master. Pertama-tama, saya berterima kasih kepada Kakak Hong Wu-zheng yang telah memimpin tim rekonstruksi dari Taiwan Tengah dan mengurus perencanaan administrasi dengan sangat baik sehingga pembangunan kami dapat selesai sesuai harapan. Selanjutnya, saya berterima kasih kepada tim rekonstruksi dari wilayah Taiwan Tengah. Tim kami bekerja sama dalam kesatuan dan keharmonisan sehingga semuanya dapat terselesaikan dan Bapak Wei dapat memiliki rumah yang indah,”
kata Gan Qing-wen relawan Tzu Chi.

“Master sering berkata bahwa dalam mempelajari Dharma, kita harus menjalankannya. Genggamlah saat ini dan pertahankan tekad yang muncul. Ketika menerima informasi untuk melakukan perbaikan, tanpa ragu-ragu, saya segera menelepon semua relawan untuk berkontribusi. Dalam mazhab Tzu Chi, banyak ladang berkah yang meliputi Empat Misi dan Delapan Jejak Dharma. Ini semua sering dikatakan berulang oleh Master. Saya sendiri telah merasakannya,” lanjut Gan Qing-wen.

“Setiap kali Master ingin melakukan sesuatu, saya akan memotivasi diri saya sendiri, lalu menginspirasi orang lain. Inilah yang menjadi kebanggaan saya terhadap Master. Intinya, hendaklah kita menggenggam waktu saat ini, bersumbangsih, dan menjalin jodoh secara luas. Tidak ada konsep ‘yang terbaik’. Hanya ada ‘lebih baik’. Hendaklah kita berjalan maju dengan berani. Tidak ada individu, hanya ada kelompok. Kesatuan dan keharmonisan mewujudkan Jalan Bodhi kita,” pungkas Gan Qing-wen.

Semuanya membicarakannya dengan sangat tenang, tetapi saya merasakan tekanan yang berat dan juga merasa terharu. Memang, kita tidak perlu bersaing dengan siapa pun. Seumur hidup, saya tidak pernah berselisih dengan orang, berseteru dengan dunia, atau bertikai atas suatu hal. Karena tidak ada konflik dengan dunia dan orang lain, saya juga tidak memiliki persaingan atas suatu hal. Kita hanya perlu memiliki ketulusan. Saya benar-benar sangat bersyukur.


Akibat gempa Hualien kali ini, saya sungguh khawatir. Saya berterima kasih kepada CEO Yayasan Tzu Chi yang telah memimpin para staf untuk mengumpulkan data dan memahami kondisi korban bencana. Intinya, kita dapat melihat bahwa divisi pembangunan kita bekerja dengan menyeluruh. Untuk gempa kali ini, awalnya saya merasa sangat khawatir tentang apa yang terjadi karena tahu bahwa bencana itu tidak ringan. Namun, berkat adanya orang-orang yang menjalankan misi, saya menjadi merasa tenang.

Dalam hal administrasi, CEO, wakil CEO dan para staf bergerak bersama-sama. Divisi pembangunan kita juga terjun langsung ke daerah bencana. Di Taitung dan Yuli, insan Tzu Chi tidaklah banyak. Terlebih lagi, insan Tzu Chi di Taitung sebagian besar adalah lansia. Insan Tzu Chi di Guangfu dan Yuli sungguh tidak banyak. Untungnya, insan Tzu Chi dari Taiwan Utara, Tengah, dan Selatan turut mendedikasikan diri. Kita telah berusaha untuk gempa Hualien kali ini.

“Tepat setelah gempa, kami menggerakkan tim rekonstruksi dari seluruh Taiwan karena membutuhkan banyak orang. Terlebih lagi, kami tahu bahwa para korban berharap agar perbaikan dapat dilakukan dengan cepat. Berhubung gempa susulan terjadi lebih dari 100 kali, jika ingin memberikan ketenangan pada mereka, kita harus segera menyelesaikan pembangunan, bahkan sebagian rumah harus dibangun ulang,” kata Yan Bo-wen CEO badan misi amal Yayasan Tzu Chi.

“Dalam kondisi seperti itu, saya sungguh berterima kasih kepada seluruh relawan yang datang dengan inisiatif. Pada pertemuan awal kami di Yuli, ketika melihat tim yang dipimpin oleh Kakak Hong Wu-zheng dari Taiwan Tengah, Kakak Li Feng-shi dari Taiwan Utara, dan Kakak Lin Jing-you dari Taiwan Selatan, saya sungguh terharu. Saya berterima kasih kepada tim dari wilayah tengah karena jarak mereka paling jauh,” pungkas Yan Bo-wen CEO.


Saya berterima kasih kepada insan Tzu Chi dari Taiwan Tengah, Utara, dan Selatan yang telah mendedikasikan diri, khususnya relawan dari Taiwan Tengah karena mereka melayani secara menyeluruh, tinggal paling lama di sana, dan sangat penuh perhatian.

Saya juga berterima kasih kepada para relawan perempuan yang telah menjadi pendukung dan pelindung Dharma. Mereka membuat hidangan hangat dan makanan ringan untuk tim. Begitulah seharusnya. Dengan hati seorang ibu, mereka pergi mengerahkan kekuatan cinta kasih. Sungguh banyak hal yang patut disyukuri.

“Saat datang ke rumah ini, kami memiliki cara untuk menyelesaikan perbaikan dalam waktu satu setengah hari. Ini adalah rumah seorang nenek. Kami memiliki 5 tim yang bekerja dalam satu waktu, termasuk pekerjaan semen, pembongkaran dinding, pengelasan, pengecatan, dan pertukangan. Kelima tim ini mampu bekerja sama dengan baik karena kami telah terbiasa saling berkomunikasi sehingga dapat bekerja dengan kesatuan dan keharmonisan,” kata Zhuang Yao-shun relawan Tzu Chi.

“Dalam proses pengerjaan, beberapa relawan perempuan bertanya bagaimana cara mengecat. Saya berkata kepada mereka, ‘Bukankah kalian senang merias wajah? Semuanya dapat merias wajah hingga cantik. Mengecat sama seperti menggunakan alas bedak. Kalian dapat melakukannya dengan sepenuh hati.’ Lalu, mereka mengambil kuas cat masing-masing dan mengecat dinding hingga terlihat sangat indah. Ketika melihat itu, kami semua merasa tenang. Ketika telah melakukan banyak proses, kami tidak tahu apakah sesuai dengan harapan nenek itu. Jadi, di setiap pertengahan proses, kami akan meminta Nenek datang untuk melihatnya agar dia merasa tenang,” lanjut Zhuang Yao-shun.

“Ketika dia memeriksanya, setiap bagian harus dapat memuaskan harapannya. Inilah yang Master ajarkan kepada kami. Master selalu berkata bahwa kita harus menenangkan hati orang yang membutuhkan. Inilah pikiran kita bersama. Saya sungguh bersyukur karena setiap kali relawan datang ke tempat ini, semuanya memiliki pikiran bahwa ketika kita keluar, kita harus menjaga nama Tzu Chi. Harapan kedua kami ialah memberikan energi baik kepada Master. Dengan semangat ini, barulah setiap relawan Tzu Chi dapat menjalankan Tzu Chi dengan penuh kebahagiaan,” pungkas Zhuang Yao-shun.


Kita telah mendengar kisah nenek tersebut. Ketika berbicara tentang daerah bencana itu, telah ada insan Tzu Chi yang terjun ke sana untuk memperhatikan, menenangkan, dan menghibur para korban bencana. Lihatlah, nenek itu yang paling banyak diceritakan. Saya yakin bahwa nenek itu merasa sangat diperhatikan dan bersyukur.

Meski dia memiliki putra dan cucu, mereka tidak tinggal bersamanya. Ada yang tinggal di Hualien dan di luar kota. Namun, seorang lansia selalu bersikeras untuk menetap di daerah tempat dia tinggal. Saat pergi ke Yuli, saya mendengar bahwa anak-anaknya ingin membawa nenek ini tinggal bersama. Namun, dia bersikeras untuk tetap tinggal di sana.

Saya merasa bahwa kita harus memberi tahu mereka jika anak-anak mereka tinggal di perkotaan dan ingin mereka tinggal bersama, lebih baik mereka ikut agar tidak membuat anak-anak mereka khawatir. Jika terjadi sesuatu pada mereka, anak-anak mereka akan merasa bersalah. Di dunia ini, mengenai cinta kasih dalam keluarga, kita harus hidup lebih dekat dengan keluarga kita dan anak-anak kita. Saya pikir inilah hal yang paling penting. Hal yang lebih berharga ialah Tzu Chi memiliki saudara se-Dharma.

Melihat kondisi saat ini, insan Tzu Chi harus tahu bahwa saudara se-Dharma tidak kalah dekat dengan saudara sedarah. Ketika anak-anak atau sanak saudara ingin segera datang membantu saat terjadi sesuatu, belum tentu mereka akan sampai dengan cepat. Namun, kita memiliki saudara se-Dharma di sekitar kita yang akan segera memperhatikan kita. Inilah yang saya rasakan dalam perjalanan kali ini. Hendaklah kita menghargai saudara se-Dharma serta menghargai dan mementingkan kekuatan cinta kasih. Ini sangatlah penting. 

Hidup dengan tenang dan tulus tanpa adanya konflik
Menggerakkan kekuatan tim untuk pembangunan pascabencana
Bodhisatwa muncul di tengah makhluk yang menderita
Saling mengasihi dan menghargai antarsaudara se-Dharma 

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 29 Januari 2023
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Heryanto
Ditayangkan tanggal 31 Januari 2023
Benih yang kita tebar sendiri, hasilnya pasti akan kita tuai sendiri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -