Ceramah Master Cheng Yen: Bodhisatwa Tersebar di Seluruh Dunia


Dalam pelatihan beberapa hari lalu, insan Tzu Chi di Zimbabwe, Afrika juga sangat tekun dan bersemangat. Mereka pergi ke Kantor Tzu Chi pada malam hari, tidur beberapa jam di sana, lalu bangun untuk mengikuti pelatihan. Mereka juga sangat tekun dan bersemangat melatih diri. Mereka mengikuti ceramah saya meski tidak bisa langsung memahaminya. Untuk memahami ceramah saya, mereka membutuhkan penerjemahan. Jadi, asalkan ada tekad, mereka bisa mengatasi semua kesulitan.

Tekad mereka untuk mendengar Dharma sangatlah teguh. Kesulitan sebanyak apa pun akan mereka atasi. Meski tengah malam dan harus berjalan kaki, mereka tetap hadir untuk mengikuti pelatihan. Kali ini, saat saya memberikan ceramah, kata-kata saya diterjemahkan ke dalam 10 bahasa secara bersamaan. Mengingat hal ini, saya merasa sangat bersyukur dan berpuas diri. Para relawan kita mengaturnya sendiri.

Di berbagai negara, relawan kita memanfaatkan jaringan internet untuk menerjemahkan ceramah saya secara lisan. Sungguh, banyak hal yang menyentuh. Dengan kesatuan hati, semua orang mendalami Dharma dengan mengikuti pelatihan yang sama demi menjalankan praktik Bodhisatwa di negara masing-masing. Mereka semua merupakan Bodhisatwa. Bodhisatwa  tersebar di seluruh dunia.

Selama beberapa waktu ini, wabah COVID-19 membuat orang-orang di seluruh dunia khawatir dan takut. Relawan kita juga memanfaatkan jaringan internet untuk menenangkan pikiran banyak orang. Kita harus mengubah rasa takut menjadi rasa syukur karena pandemi ini membawa pelajaran besar.

 

Berhubung banyak negara yang memberlakukan penutupan wilayah, orang-orang tidak bisa bepergian dan harus berdiam di rumah. Jadi, kegiatan pun berkurang dan orang-orang berhenti bekerja. Dengan demikian, relawan kita memiliki waktu luang untuk mendengar Dharma di rumah dengan hati yang tenang.

Kita semua bisa terhubung dalam jaringan dan mendengar insan Tzu Chi di berbagai negara memberikan laporan. Jadi, saya selalu sangat bersyukur. Berkat kecanggihan teknologi, kita bisa bertemu lewat jaringan internet dan mendalami Dharma bersama. Dengan mengubah pola pikir, setiap orang bisa menenangkan pikiran.

Mereka mendengar saya berkata, “Kita harus berintrospeksi diri. Mendongak, kita bertobat kepada langit. Menunduk, kita bersyukur kepada bumi.” Setelah mendengar penjelasan saya, mereka semua memahaminya. Selain bertobat dan bersyukur, kita juga harus memperbaiki diri. Siapa yang tidak pernah berbuat salah? Setiap orang pasti pernah berbuat salah.

Saat pikitan kita bergejolak, kita mungkin akan berbuat salah. Berhubung kini kita punya lebih banyak waktu, mari kita menenangkan pikiran dan merenungkan apakah kita pernah berbuat salah. Jika pernah, segera bertobat. Pernahkah kita melewatkan sesuatu yang harus kita pelajari? Jika pernah, segera dipelajari.

 

Perlukah kita memperbaiki diri? Jika perlu, segera dimulai. Bukankah semua ini merupakan pelajaran? Kita harus merenung secara mendalam dan bersungguh-sungguh. Jika pernah berbuat salah, kita harus memperbaikinya dan bertobat. Jika ada sesuatu yang belum dilakukan, segera dilakukan.

Kini, kita semakin perlu untuk menyatukan hati dan tekad karena ada banyak orang yang menderita. Berhubung orang-orang tidak bisa keluar rumah, relawan kita meminta izin mobilitas selama beberapa jam atau beberapa hari untuk memberikan bantuan. Saat meminta izin, relawan kita memberi penjelasan secara mendetail. Semua yang dilakukan oleh relawan kita ialah hal yang bermanfaat bagi semua orang.

Mereka memberikan bantuan kepada banyak keluarga yang membutuhkan dan menenangkan pikiran banyak orang. Jika orang-orang tidak memiliki makanan, masyarakat tentu tidak akan tenteram. Karena itu, insan Tzu Chi terlebih dahulu menolong warga kurang mampu. Banyak orang yang berhenti bekerja dan entah akan berhenti berapa lama. Saat banyak orang kelaparan, pergolakan akan terjadi. Karena itu, insan Tzu Chi mengesampingkan pekerjaan mereka untuk berbuat baik dan menenangkan pikiran sesama.

Pemerintah sangat bersyukur pada relawan kita. Di Malaysia, baik sektor publik maupun sektor privat, saat kekurangan alat pelindung diri, mereka akan meminta bantuan pada Tzu Chi. Insan Tzu Chi sungguh luar biasa. Pengusaha setempat sangat berdedikasi. Ada banyak pengusaha besar di Malaysia yang terus mendukung pelaksanaan misi Tzu Chi dengan membantu penyediaan barang bantuan. Asalkan Tzu Chi membutuhkan, mereka akan terus menyediakannya.

 

Relawan kita juga mencurahkan perhatian kepada para pengungsi. Saya sungguh bersyukur kepada insan Tzu Chi. Kita juga menggalakkan vegetarisme. Pandemi kali ini membawa pelajaran besar. Semakin banyak orang yang tulus bervegetaris, semakin sedikit hewan yang dijagal. Saya mendengar seorang ahli gizi berkata, “Untuk menyiapkan 500 kotak makanan nonvegetaris, manusia harus menjagal 38 ekor ayam dan seekor babi.” Ini sungguh menakutkan.

Populasi dunia melebihi 7 miliar orang. Setiap detik, manusia menelan nyawa lebih dari 2.400 ekor hewan. Artinya, lebih dari 210 juta ekor hewan per hari dan lebih dari 77 miliar ekor hewan per tahun yang masuk ke dalam mulut manusia. Berhubung karma buruk membunuh telah tercipta, kita hendaknya segera memperbaikinya dengan bertobat dan bervegetaris. Semakin sedikit daging yang kita konsumsi, hewan yang diternak dan dijagal akan berkurang. Ini bergantung pada pola hidup manusia.

Bodhisatwa  sekalian, inilah cara untuk meredam segala bencana. Kita tetap harus bersumbangsih dengan cinta kasih untuk melenyapkan penderitaan di dunia. Saya bersyukur atas kekuatan cinta kasih Bodhisatwa sekalian dalam menanggapi pandemi ini. Saya juga berharap sumbangsih setiap orang yang penuh ketulusan dan cinta kasih dapat meredam pandemi kali ini.

Di seluruh dunia, insan Tzu Chi menjalankan praktik Bodhisatwa. Saya sangat bersyukur atas kesungguhan hati dan cinta kasih kalian. Saya berharap kalian dapat terus membentangkan jalan dan menenangkan pikiran warga kurang mampu. Semoga cinta kasih dan ketulusan kita dapat menjangkau para Buddha dan Bodhisatwa. Dengan berbuat baik dan menciptakan berkah, barulah kita bisa meredam pandemi kali ini.

Tekun mendengar Dharma dengan tekad pelatihan yang teguh
Bodhisatwa  tersebar di seluruh dunia
Menghormati langit, mengasihi bumi, dan bertobat dengan tulus

Menenangkan pikiran warga kurang mampu dan menggalakkan vegetarisme

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 17 April 2020 
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia

Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Stella

Ditayangkan tanggal 19 April 2020

Cemberut dan tersenyum, keduanya adalah ekspresi. Mengapa tidak memilih tersenyum saja?
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -