Ceramah Master Cheng Yen: Budaya Humanis dan Cinta Kasih dalam Misi Kesehatan Tzu Chi

Dokter: “Bibi, apa keluhan Anda?”

Pasien: “Pinggang saya sangat nyeri. Saya tidak sanggup berdiri atau duduk dalam waktu yang lama.”

Dokter: “Pernahkah Anda menjalani pengobatan?

Pasien: “Saya sudah menjalani banyak pengobatan. Banyak dokter yang bilang bahwa tulang ekor bagian bawah saya telah bergeser dan harus menjalani operasi. Namun, berhubung khawatir akan stamina dan usianya saya, saya memilih untuk menjalani terapi saja. Meski menjalani terapi, saya tetap tidak bisa duduk atau berdiri dalam waktu yang lama.”

Dokter: “Adakah hal yang sangat ingin Anda lakukan, tetapi tidak bisa melakukannya?”

Pasien      : “Ada. Acara reuni sekolah dasar yang ke-60 akan segera tiba. Saya sangat ingin menghadirinya.

Dokter     : “Anda bisa menghadirinya dengan menggunakan kursi roda.”

Pasien      :“Saya tidak bisa duduk lama, pergi pun percuma.”

Dokter     : “Baiklah, jika Anda hanya ingin menghadiri acara reuni SD Anda, kita bisa berusaha bersama.  (Setelah melakukan evaluasi, saya merasa penyebab nyeri pinggangnya ada pada sendi-sendi facetnya. Jadi, setelah melakukan anestesi lokal, saya mematikan saraf pada sendi-sendi facetnya. Setelah saya menggunakan sebatang jarum untuk mematikan sarafnya pada enam titik).

Pasien:  “Saya merasa lebih baik.”

Dokter: “Pulang dan cobalah di rumah. Jika kondisi Anda membaik, saya sungguh berharap Anda dapat menghadiri acara reuni itu. Dua minggu kemudian, dia kembali ke rumah sakit.

Pasien      :  “Saya sangat berterima kasih kepada dokter. Saya telah menghadiri acara reuni itu. Saya bahkan memasuki ruangan dengan berjalan. Teman-teman saya mengira saya pasti tidak bisa hadir. Saat saya masuk, teman-teman saya bertepuk tangan untuk saya.”

 “Saat itu, saya melihat seorang nenek berusia 72 tahun yang senyumannya semanis anak berusia 5 tahun. Yang dia inginkan tidaklah banyak. Dia hanya ingin menghadiri acara reuni sekolah dasarnya yang ke-60. Dengan sebuah pengobatan yang sederhana, kita membantunya mewujudkan keinginannya,” kata sang dokter dalam sharingnya.

Pelayanan yang diberikan oleh para staf medis RS Tzu Chi Taichung membuat para pasien merasa damai dan tenang. Selain itu, juga meningkatkan kualitas kehidupan para pasien. Kita bahkan bisa menggabungkan pengobatan tradisional Tiongkok dan Barat. Saya sangat bersyukur atas hal ini. Inilah arah tujuan kita. Para dokter dan relawan rumah sakit bekerja sama dengan semangat tim. Untuk mengobati penyakit dr. Liu, hampir sepuluh departemen di rumah sakit kita bekerja sama dengan harmonis untuk merawat dan menyelamatkan nyawanya. Kita bisa melihat dirinya telah pulih kembali. Ini berkat kekuatan cinta kasih setiap orang. Semua orang bekerja sama dengan harmonis dan penuh semangat kebersamaan. Saya sungguh sangat bersyukur.

Kita juga bisa melihat pusat perawatan lansia di Taichung. Sebagian besar lansia yang diantarkan ke sana tidak bisa pulang ke rumah mereka lagi. Namun, dalam kunjungan ke sini sebelumnya, saya mendengar bahwa ada sebagian lansia yang masih bisa pulang ke rumah mereka. Ini berarti mereka telah sembuh dari penyakit mereka, seperti demensia (istilah yang digunakan untuk melukiskan  gejala-gejala sekelompok penyakit yang mempengaruhi otak dan mempengaruhi cara berpikir dan bekerja)  dan dapat berinteraksi dengan baik dengan keluarga mereka. Karena itu, keluarga mereka pun datang untuk menjemput mereka pulang ke rumah. Inilah yang saya dengar saat berkunjung ke sini sebelumnya. Ini membuat saya merasa sangat tenang.

Saya juga mendengar bahwa ada seorang pasien yang sakit parah dan seharusnya dirawat di ruang perawatan intensif juga diantarkan ke pusat perawatan lansia kita. Namun, kita telah berhasil mengobatinya. Ada pula pasien yang menjalani operasi di rumah sakit lain dan kondisinya tidak begitu baik, tetapi diminta untuk meninggalkan rumah sakit. Ke mana mereka harus pergi? Lalu, mereka datang ke rumah sakit kita. Kita terus merawat mereka sehingga fisik dan batin mereka memiliki kesempatan untuk pulih kembali. Ini sungguh hal yang menggembirakan.

Di ruang perawatan paliatif, kita juga melihat seorang perawat yang sejak kecil sudah bisa menyerahkan celengannya kepada saya untuk menolong sesama. Dia terus menepati janjinya hingga kini. Kini dia telah menjadi seorang perawat. Dia bekerja di ruang perawatan paliatif untuk merawat para pasien di sana dengan penuh cinta kasih. Saya sungguh sangat gembira melihatnya. Hal yang menggembirakan sangatlah banyak. Sungguh, terutama melihat setiap staf kita begitu bersungguh hati menerapkan semangat budaya humanis Tzu Chi. Semangat budaya humanis berasal dari lubuk hati kita. Orang-orang zaman dahulu berkata, “Sifat hakiki setiap orang adalah bajik.” Pada dasarnya, setiap orang memiliki hakikat Kebuddhaan yang diulas dalam ajaran Buddha. Ketulusan membuat setiap orang menyatu dengan Dharma, baik Dharma duniawi maupun Dharma nonduniawi.

Untuk melatih diri, kita juga membutuhkan semangat budaya humanis, yakni ketulusan dari lubuk hati kita. Semangat budaya humanis ini juga berarti ketulusan dalam berinteraksi dengan sesama manusia. semua tindakan yang kita lakukan didasari oleh ketulusan dari lubuk hati kita. Tindakan kita dapat menunjukkan ketulusan kita. Saya berharap Empat Misi Tzu Chi dapat menerapkan semangat budaya humanis. Saya berharap semangat budaya humanis dalam misi kesehatan dapat terus kita wariskan. Meski kalian baru menjalani akreditasi sebelum saya datang, tetapi itu hanyalah sebuah pemanasan dan akreditasi kecil. Saya berharap setiap orang dapat sungguh-sungguh bekerja sama dengan harmonis demi masa depan Taichung. Taichung memiliki gunung, air, dan lingkungan yang indah. Saya berharap kelak rumah sakit kita dapat memberikan pelayanan medis dengan kualitas pusat medis.

Kini, selain kualitas pelayanan, kita juga harus memperkuat tim medis kita dengan memperdalam akar semangat Tzu Chi. Kita juga harus mencari lebih banyak tenaga medis. Seorang staf medis kita berkata bahwa kepala rumah sakit  sangat berlapang hati dan percaya kepada mereka. Benar, beliau bukan hanya berlapang hati, tetapi juga penuh rasa hormat dan cinta kasih. Setiap staf merasa dihormati dan dikasihi. Jika kita menghormati orang lain, maka orang lain juga akan menghormati kita. Orang yang merasa dihormati akan bersumbangsih dengan penuh cinta kasih. Saat seseorang merasakan cinta kasih, tentu dia juga akan membalasnya dengan cinta kasih. Rasa syukur, hormat, cinta kasih, lima kata ini hendaknya kita praktikkan bersama.

Tentu saja, untuk mencapai tujuan kita, dibutuhkan kerja sama dari semua orang. Saya sungguh sangat bersyukur. Semua hal yang saya lihat dan dengar hari ini sangat baru bagi saya. Setiap orang telah mengerahkan segenap hati dan tenaga. Tentu saja, kita masih perlu meningkatkan keterampilan kita karena teknologi medis terus berkembang. Berhubung teknologi medis semakin berkembang, maka meningkatkan keterampilan tidaklah sulit. Namun, semangat budaya humanis dan cinta kasih yang tulus hanya bisa dibina di tengah masyarakat. Cinta kasih dari beberapa orang saja tidak akan membawa dampak yang berarti. Kita membutuhkan banyak orang untuk bersama-sama menciptakan lingkungan yang penuh cinta kasih. Saya yakin tujuan kita pasti akan tercapai. Ada orang yang berkata bahwa kelapangan hati mendatangkan berkah besar dan keharmonisan mendukung segala pencapaian. Semakin kita berlapang hati, maka semakin besar berkah yang kita peroleh. Jika semua orang membina keharmonisan, maka tidak ada hal yang tidak bisa dilakukan.

Karena itu, saya sangat bersyukur melihat cinta kasih yang tulus di RS Tzu Chi Taichung. Ini seharusnya merupakan tujuan kita bersama. Bersatu hati, harmonis, saling mengasihi, dan bergotong royong, ini seharusnya tidak menjadi masalah. “Benar tidak?” (“Benar,” jawab para relawan). Baguslah jika kalian yakin pada diri sendiri. Saya juga yakin pada kalian semua. Terima kasih. 

Bergotong royong dengan tulus untuk meringankan penderitaan pasien

Membangkitkan kebajikan hakiki serta mengembangkan welas asih dan kebijaksanaan

Berlapang hati dan saling menghormati dapat mendatangkan berkah yang tak terhingga

Dengan kerja sama yang penuh kesatuan hati, segala sesuatu dapat tercapai

Sumber: Lentera Kehidupan  - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 19 September 2015

Ditayangkan tanggal 21 September 2015

Mendedikasikan jiwa, waktu, tenaga, dan kebijaksanaan semuanya disebut berdana.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -