Ceramah Master Cheng Yen: Bulan Tujuh Imlek: Bulan Penuh Berkah dan Bulan Bakti
“Halo, selamat pagi. Saya datang untuk mencari pemilik toko. Pada bulan 7 Imlek, kami akan mengadakan acara doa bersama,” sapa relawan Tzu Chi ketika memasuki sebuah toko.
“Kita harus menjelaskan tentang pelestarian lingkungan dan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan untuk menyelamatkan Bumi. Setelah itu, kita baru memberi tahu warga bahwa membakar kertas sembahyang tidak baik untuk lingkungan,” ucap relawan, Yang Zhong-rong.
“Saya merasa tidak membakar kertas sembahyang adalah hal yang sangat baik. Banyak orang melakukannya karena tidak paham. Setelah paham, mereka tidak akan melakukannya lagi,” ujar Wang Xiao-lin.
“Dahulu, saya selalu pergi ke kuil dan membakar kertas sembahyang. Pada bulan 7 Imlek saja, saya menghabiskan 10.000 dolar NT untuk membeli kertas sembahyang. Kita harus memiliki keyakinan dan pikiran benar agar tidak merasa takut pada setan,” tutur relawan.
Benar, bulan 7 Imlek merupakan bulan yang paling penuh berkah. Pada zaman Buddha, para anggota Sangha harus keluar setiap hari untuk mengumpulkan dana makanan dengan bertelanjang kaki. Musim panas lebih berbahaya karena ada serangga, ular, dan lain-lain. Karena itu, Buddha berharap selama masa varsa dari tanggal 15 bulan 4 hingga tanggal 15 bulan 7 penanggalan bulan, para anggota Sangha dapat berkumpul di wihara dan membiarkan para raja, menteri, dan rakyat memberi persembahan kepada anggota Sangha. Ini dapat membuat orang-orang semakin menghormati ajaran Buddha dan memberi persembahan kepada anggota Sangha serta membuat para anggota Sangha dapat sepenuh hati mendengar Dharma dan berlatih.
Tanggal 15 bulan 7 penanggalan bulan merupakan hari berakhirnya masa vassa. Buddha bisa melihat murid-murid-Nya yang memperoleh ketenangan setelah melatih diri selama beberapa bulan. Buddha juga bisa mendengar pemahaman mereka. Mendengar setiap orang berbagi pemahaman mereka, Buddha merasa sangat gembira. Karena itulah, tanggal 15 bulan 7 Imlek merupakan hari sukacita bagi Buddha.
Dalam ajaran Buddha, terdapat banyak kisah yang berkaitan dengan bulan 7 penanggalan bulan, seperti Maudgalyayana yang menyelamatkan ibunya dan upacara Ullambana. Sesungguhnya, makna dari upacara Ullambana adalah menyelamatkan makhluk yang menderita. Entah sejak kapan, ajaran Buddha yang seharusnya dipraktikkan dengan penuh cinta kasih dan welas asih untuk menyelamatkan semua makhluk berubah menjadi membunuh hewan sebagai persembahan demi memohon ketenteraman. Untuk memberikan persembahan, orang-orang harus membunuh 3 atau 5 jenis hewan. Ini menciptakan karma buruk.
Dengan membunuh hewan-hewan, manusia tidak ada bedanya dengan yaksa (setan). Saat akan dibunuh, hewan-hewan pasti sangat panik dan takut. Saat akan dibunuh, rasa benci dan dendam pasti tumbuh di dalam hati hewan-hewan itu. Kita bisa membayangkan perasaan mereka. Mengapa mereka terlahir sebagai hewan? Hewan juga merupakan makhluk hidup.
Karma buruk mereka di kehidupan lampaulah yang membuat mereka terlahir di alam hewan. Ini berada di luar kendali mereka. Mereka harus menerima buah dari benih yang mereka tanam di kehidupan lampau.
Di kehidupan ini, kita bisa hidup tenang dengan kondisi ekonomi yang cukup baik karena kita telah menciptakan berkah di kehidupan lampau. Jadi, selain terlahir di alam manusia, hidup kita juga dipenuhi berkah. Namun, kehidupan manusia tidaklah kekal. Sebuah bencana saja dan membuatnya kehilangan segalanya. Ada banyak bencana alam, seperti gempa bumi, topan, banjir, dan kebakaran. Semua itu tidak bisa dilawan oleh manusia. Karena itu, kita sungguh harus mawas diri dan berdoa dengan tulus dengan cara bervegetaris.
Para ilmuwan juga berkata bahwa satu-satunya cara untuk meredam pemanasan global adalah sebagian besar orang di seluruh dunia bervegetaris. Inilah yang dikemukakan oleh para ilmuwan dalam KTT Perubahan Iklim di Paris tahun lalu. Karena itulah, kita terus-menerus mengimbau orang-orang tidak membunuh hewan dan bervegetaris. Hanya niat baik yang tuluslah yang dapat menjangkau para Buddha dan Makhluk Pelindung Dharma.
Pada bulan tujuh penuh berkah, kita hendaknya mengimbau orang-orang untuk berbakti kepada orang tua dengan lebih memperhatikan orang tua dan menenangkan hati mereka. Berbakti yang sesungguhnya adalah tidak membuat orang tua merasa khawatir.
Kita juga melihat di Vietnam, insan Tzu Chi melakukan sosialisasi. Seorang penerima bantuan mengundang warga ke rumahnya dan berbagi dengan mereka bahwa bulan 7 Imlek merupakan bulan penuh berkah. Agar warga tidak percaya pada takhayul, relawan kita juga mengajak mereka untuk berdoa dengan tulus, bervegetaris, dan berbakti kepada orang tua. Semua itu harus dilakukan dengan cinta kasih yang tulus agar suara hati kita bisa menjangkau para Buddha, Bodhisattva, dan Makhluk Pelindung Dharma. Inilah imbauan yang diberikan oleh relawan kita.
“Saya merasa bahwa imbauan ini sangat baik. Banyak orang yang membakar kertas sembahyang tanpa memedulikan orang lain di sekitar mereka. Itu juga tidak baik. Inilah pendapat saya. Karena itu, saya sudah lama tidak membakar kertas sembahyang,” ucap Zhong Zhao-feng, seorang warga. Melihat sebagian kuil berhenti membakar kertas sembahyang, saya pun mengikutinya. Dengan begitu, asap dapat berkurang. Ini dapat membawa manfaat bagi kesehatan kita dan udara,” tambah Chen Rui-yun.
“Membakar kertas sembahyang dapat menghasilkan banyak partikel halus yang dapat mencemari lingkungan dan berbahaya bagi kesehatan kita. Karena itulah, kita terus mengimbau warga untuk tidak membakar kertas sembahyang,” jelas Jiang Pei-gen, Ketua Badan Perlindungan Lingkungan Changhua.
Di Changhua, banyak orang yang membeli banyak kertas sembahyang. Untuk menangani kertas sembahyang itu saja, dibutuhkan biaya lebih dari dua juta dolar NT.
Kita juga melihat seorang nenek berusia 70-an tahun. Saat sedang membakar kertas sembahyang, tiupan angin menerbangkan api di dalam tungku pembakaran sehingga wajah dan kaki nenek itu terluka dan harus dilarikan ke rumah sakit. Jadi, apakah membakar kertas sembahyang bisa mendatangkan berkah? Jadi, apakah membakar kertas sembahyang bisa mendatangkan berkah? Tidak.
Kita harus menggarap ladang berkah. Dengan menenangkan pikiran, dunia akan tenteram. Dengan berbuat baik, masyarakat akan harmonis. Kita harus memiliki pandangan benar.
Mengubah pandangan dan jangan percaya pada takhayul
Mendengar Dharma, melindungi hewan, dan menyelamatkan makhluk yang menderita
Mentransformasi kekuatan karma dan menghilangkan kerisauan
Membimbing semua makhluk untuk berbakti sekaligus berbuat baik
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 3 agustus 2016
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina