Ceramah Master Cheng Yen: Cinta Kasih Berkesinambungan

Kita bisa melihat di seluruh dunia, bencana akibat ulah manusia dan bencana alam kerap terjadi. Cara apakah yang harus kita gunakan untuk menyucikan hati manusia? Apakah waktu kita cukup? Waktu kita sudah tidak cukup lagi.

Saya sering memikirkan hal ini.Penderitaan di dunia sungguh tak terkira. Menyucikan hati dan menyelaraskan pikiran manusia sungguh merupakan tanggung jawab yang berat. Selama beberapa hari ini, insan Tzu Chi Tainan berbagi pengalaman. Mereka tidak bisa menahan diri untuk tidak menangis saat mengulas tentang interaksi mereka dengan para korban bencana. Mereka bisa melihat anggota tim penyelamat merasakan kesedihan dan kepedihan dalam upaya penyelamatan di lokasi bencana. Karena itu, mereka terus memberikan pendampingan. Setelah bersumbangsih di lokasi bencana terparah selama belasan hari, relawan kita pun pergi ke berbagai wilayah untuk memberikan penghiburan dan melakukan survei tentang banyaknya orang yang terluka, kerusakan rumah warga, dan lain-lain.

Para anggota Tzu Cheng dan komite kita berkata kepada para korban gempa bumi, “Sesungguhnya, kami juga merupakan korban gempa. Namun, kami segera mengenakan seragam Tzu Chi dan turut berpartisipasi untuk memberikan bantuan. Meski sangat sibuk setiap hari, kami tetap harus melaluinya. Kita harus saling menghibur. Kita harus berdiri tegak dan melangkah keluar. Jangan tenggelam dalam penderitaan. Yang terpenting, kita selamat dari bencana.”

Setiap kisah yang mereka bagikan merupakan sejarah bagi dunia dan saksi bagi zaman ini. Beberapa waktu yang lalu, sebelum Tahun Baru Imlek, tepatnya pada pukul 03.57 dini hari tanggal 28 bulan 12 Imlek, tiba-tiba terjadi gempa bumi yang masih kita ingat dengan jelas. Pemandangan pada saat gempa bumi terjadi masih terbayang jelas di benak kita. Ketidakkekalan yang datang dalam sekejap ini membuat banyak orang terpisah dengan orang yang dikasihi.

Para anggota tim penyelamat segera memasuki lokasi yang berbahaya tanpa memedulikan keselamatan diri sendiri demi menyelamatkan para korban gempa. Mereka enggan berhenti sebelum semua orang terselamatkan. Mereka sangat berani dan tidak mengenal lelah. Saat mendengar suara korban, tetapi tidak dapat menyelamatkannya, meski yang merasakan rasa sakit adalah korban yang terjebak di bawah reruntuhan, tetapi anggota tim penyelamat juga merasa sangat sedih dan cemas.

Semua orang memiliki hakikat kebuddhaan dan dapat menjadi Bodhisatwa. Bukankah mereka merupakan Bodhisatwa? Karena itu, kita harus lebih bersungguh hati. Kekuatan cinta kasih sangatlah besar. Kita harus lebih bersungguh hati untuk memahami kebenaran di dunia ini. Kita hidup di zaman, di mana bencana alam dan bencana akibat ulah manusia kerap terjadi sehingga kita dapat semakin memahami ajaran Buddha yang mengingatkan kita untuk memiliki kesadaran. Janganlah kita terlibat dalam perselisihan dengan orang lain ataupun tenggelam dalam nafsu keinginan sesaat. Nafsu keinginan yang tidak berujung dapat merusak kehidupan kita. Kita harus bersungguh hati untuk memahami hal ini.

Gempa bumi di Tainan kali ini telah membangkitkan cinta kasih banyak orang di berbagai negara.

“Pascagempa di Sichuan pada tahun 2008, Tzu Chi telah memberi bantuan besar pada kami. Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Luoshui, semuanya dibangun oleh Tzu Chi. Karena itu, kami berharap sedikit niat baik kami dapat menolong orang-orang yang kesulitan,” ujar Liu Hongxin, salah seorang siswa. “Hari ini, saya menyumbangkan semua tabungan saya untuk para korban gempa di Tainan. Saya berharap sedikit cinta kasih ini dapat membuat mereka merasakan kehangatan di tengah dinginnya musim dingin,” cerita Ou Yunlin, siswa lainnya.

“Dalam waktu tiga hari, kotak dana sudah penuh. Jadi, dibutuhkan kotak dana yang lebih besar. Karena itu, saya membuat sebuah kotak dana yang lebih besar untuk menggantikan kotak dana yang semula,” aku Michio Sugawara, salah seorang relawan. “Pascagempa pada tanggal 11 Maret 2011, saya juga menerima dana bantuan dari Tzu Chi. Saya sangat berterima kasih,” ujar Eiko Suda, salah satu warga Prefektur Miyagi. “Pascagempa pada tanggal 11 Maret 2011, Kota Kesennuma menerima bantuan dari Taiwan. Kami sangat berterima kasih. Kami berharap para korban gempa di Tainan tidak merasa putus asa,” pungas Akinori Oda, warga Kesennuma. “Taiwan, bersemangatlah!” sahut lainnya.

Di berbagai negara, ada banyak orang yang berdoa dan berdonasi bagi Taiwan. Di wilayah yang paling miskin, Afrika, para relawan juga bersumbangsih dengan sepenuh hati dan penuh cinta kasih. Ini sungguh membuat orang merasakan kehangatan.

Kita juga bisa melihat di Taichung, ada sekelompok anggota TIMA dan relawan yang sepenuh hati memperhatikan warga yang kurang mampu dan jatuh sakit. Mereka mencurahkan perhatian jangka panjang. Baik di rumah warga, tempat penampungan, ataupun rumah sakit, relawan kita sering mengunjungi mereka. Ini semua berkat kekuatan cinta kasih.

Sungguh, kita hendaknya memuji orang yang rela bersumbangsih bagi orang yang tidak memiliki hubungan apa pun dengan mereka. Saat ada yang membutuhkan, ada sekelompok orang yang akan bergerak untuk memberikan bantuan. Orang yang bersedia menolong sesama seperti ini sungguh patut menerima pujian. Inilah kekuatan cinta kasih.

Kemarin, kita juga melihat di Universitas Tzu Chi digelar sebuah upacara untuk mengenang Profesor Chen Hsing-i. Sejak Tzu Chi berencana untuk mendirikan sekolah, Profesor Chen sudah datang ke Hualien untuk membantu saya membentuk fakultas kedokteran. Sejak saat itu, beliau sudah bergabung. Beliau sangat antusias.

Selain itu, beliau juga membimbing murid-murid dengan sangat baik. Prestasi beliau dalam penelitian, pendidikan, dan tesis yang ditulisnya sangat gemilang. Meski telah pensiun selama bertahun-tahun, beliau tidak beristirahat. Beliau terus memberikan pendidikan hingga akhirnya jatuh sakit. Beginilah kehidupan. Beliau baru berusia 70 tahun lebih.

Meski kita merasa sangat kehilangan, tetapi ini merupakan hukum alam. Kita juga tidak berdaya. Meski demikian, beliau telah menjalani masa tuanya dengan penuh makna. Dalam hidup ini, beliau telah membina banyak insan berbakat. Dengan mewariskan pengetahuan medis, seperti patologi dan lain-lain, beliau telah membina banyak insan berbakat. Ini semua harus kita syukuri. Kehidupan yang cemerlang seperti ini tidaklah banyak. Kita harus mendoakannya.

Melihat bencana yang kerap terjadi, manusia hendaknya tersadarkan

Bodhisattva dunia bermunculan dengan tekad melenyapkan penderitaan

Bersama-sama membangkitkan niat baik dan menghimpun cinta kasih

Mendedikasikan diri untuk pendidikan demi membina insan berbakat

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 29 Februari 2016
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 2 Maret 2016
Tiga faktor utama untuk menyehatkan batin adalah: bersikap optimis, penuh pengertian, dan memiliki cinta kasih.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -