Ceramah Master Cheng Yen: Cinta Kasih dan Kebajikan Memenuhi Dunia
Ji Hui dari Yordania memberi laporan. “Akibat perang saudara di Suriah selama 5 tahun ini, banyak hal yang harus kami lakukan di sana,” ucap Chen Ji Hui, Relawan Tzu Chi.
“Jika tidak ada ajaran Buddha, mungkin saya sudah menderita depresi. Saya sangat bersyukur karena dapat menghirum keharuman Dharma setiap pagi. Jalinan jodoh hari ini sangat luar biasa karena kakak Tzu Chi yang beragama Katolik dan kakak Tzu Chi yang beragama Islam ikut pulang kali ini untuk “mengisi baterai”. Jika mereka masih tidak pulang untuk “mengisi baterai”, mungkin mereka akan mundur dari Tzu Chi. Kami datang dari Yordania,” kata Kakak Ci Li, Relawan Tzu Chi Yordania.
“Kelompok kami sangat kecil. Kami pulang ke sini untuk mengembalikan kemurnian hati kami dan memperoleh semangat dari Master. Hanya dengan semangat beliau, kami dapat terus maju. Kami akan sangat bersemangat. Kami akan menjadi sangat tangguh. Ke mana pun kami pergi di Yordania, kami selalu membawa foto Master karena beliau ada di dalam hati kami. Tak peduli ke mana pun kami pergi, beliau selalu ada di dalam hati kami. Bahkan pada saat kami pergi membagikan bantuan, saat pengungsi melihat kedatangan mobil kami, mereka berkata, “Para malaikat datang,” ucap Wu Mei-chu, Relawan.
Bodhisatwa datang untuk menjangkau semua makhluk yang menderita. Sungguh, ada banyak orang menderita yang membutuhkan bantuan kita. Sesungguhnya, untuk melenyapkan penderitaan, terlebih dahulu kita harus membuka belenggu dan kegelapan batin di dalam hati. Setelah membuka noda dan kegelapan batin sendiri, hati kita akan menjadi sangat lapang sehingga dapat merangkul semua orang di dunia yang menderita. Perang saudara di Suriah kali ini sudah berlangsung lebih dari 5 tahun. Setiap kali relawan Tzu Chi dari Yordania kembali ke Taiwan, kita dapat mendengar kisah yang memprihatikan dan menyayat hati.
“Kali itu, Paman Ji Hui mengajak kami ke wilayah perbatasan Yordania, Suriah, dan Irak. Sungguh, tempat itu penuh dengan penderitaan. Tidak ada NGO yang menjangkau daerah itu. Saat kegiatan pembagian bantuan baru dimulai, kondisi tempat itu masih sangat tertib. Kemudian, kami mendapati bahwa terjadi kekacauan di kawasan tenda dan kami tidak mampu mengendalikan situasi. Lalu, pihak tentera mengatakan bahwa mereka tidak dapat melindungi keselamatan kami. Namun, Paman Ji Hui tetap berusaha untuk melanjutkan pembagian bantuan. Karena itu, kami keluar masuk kawasan tenda sebanyak tiga kali. Kami berharap dapat membagikan barang bantuan kepada mereka. Tiba-tiba, ada banyak orang yang menahan saya. Paman Ji Hui melihat situasi sangat berbahaya sehingga kami bergegas meninggalkan tempat itu. Setelah meninggalkan tempat itu, Paman Ji Hui masih merasa sangat tidak tega dan ingin berusaha yang terakhir kali untuk memberikan barang bantuan kepada mereka. Namun, berhubung tank sudah tiba, Paman Ji Hui pun membawa kami meninggalkan tempat itu,” ucap Wu Mei-chu, Relawan.
Saya sungguh tidak tega mendengarnya. Sekelompok murid saya ini mempertaruhkan nyawa mereka demi menyelamatkan kehidupan dan membagikan makanan kepada para pengungsi. Akibat saling berebut dan takut ketinggalan, mereka malah membuat kegiatan pembagian bantuan tak berjalan dengan lancar. Ini sering terjadi di tengah peperangan atau di tengah banyaknya korban bencana. Akibat takut tidak mendapatkan bantuan, mereka malah tidak mendapatkan apa-apa. Bukankah semua orang memiliki sifat seperti ini? Setiap orang hendaknya membina kekayaan di dalam batin. Dengan batin yang kaya, orang yang hidup kekurangan juga dapat ikut bersumbangsih.
Kita juga mendengar kisah Bodhisatwa lansia dari Vietnam ini. Kondisi ekonominya sangat tidak baik. Insan Tzu Chi sangat mengasihinya dan selalu membantunya. Setelah menerima bantuan Tzu Chi, dia ingin membalas budi dengan cara kembali membantu orang lain. Dia juga membangun tekad untuk berbagi tentang Tzu Chi kepada semua orang yang ditemui. Baik terhadap orang yang dikenal maupun tak dikenal, dia selalu berusaha mengajak mereka menjadi donatur Tzu Chi. Dia telah memiliki lebih dari 100 donatur. Dengan memiliki batin yang kaya, kita akan lebih mampu untuk membantu lebih banyak orang dan menjadi orang yang berada. Meski memiliki kondisi ekonomi yang kurang baik, kita tetap dapat menjadi orang yang kaya spiritual. Ini dapat dicapai setiap orang. Asalkan tidak memiliki ketamakan dan memiliki cinta kasih di dalam hati, maka kita akan memperoleh kekayaan spiritual.
Bodhisatwa sekalian, sungguh, tetes demi tetes cinta kasih kita dapat memenuhi lautan yang dapat memberi manfaat bagi semua makhluk. Curahan kekuatan cinta kasih setiap orang dapat menciptakan pahala yang tak terhingga. Saat semua orang bersatu, maka akan tercipta kekuatan cinta kasih. Relawan Tzu Chi dari Turki kembali ke Taiwan dan berkata bahwa relawan Tzu Chi Taiwan sangat penuh cinta kasih dan memiliki ikrar luhur. Relawan Hu dari Turki berkata kepada mereka, “Donasi kalian seharusnya digunakan untuk bantuan bencana internasional. Saya dapat menulis sertifikat untuk mengungkapkan rasa terima kasih Turki kepada kalian.” Inilah kebijaksanaan.
Suatu kali, Ji Hui kembali untuk berbagi bagaimana pengungsi Suriah menyelamatkan diri dan bagaimana cara kita menyalurkan bantuan. Sesungguhnya, hingga kini masih ada banyak anak pengungsi yang menunggu bantuan dari kita untuk memulihkan kesehatan mereka. Selama masa itu, Ji Hui sering mengungkit tentang ini. Relawan Tzu Chi juga merasa sangat tidak tega. Karena itu, mereka berdana untuk mendukung penyaluran bantuan bencana internasional. Saat dibutuhkan biaya untuk penyaluran bantuan bencana internasional, Kantor Pusat Tzu Chi di Taiwan akan menyediakan dananya. Kini di Turki, sudah ada banyak anak yang mulai bersekolah. Dana bulanan yang dibutuhkan oleh anak-anak dan keluarga pengungsi untuk bertahan hidup disiapkan oleh Kantor Pusat Tzu Chi Taiwan. Himpunan tetes demi tetes donasi kita gunakan untuk membantu orang yang membutuhkan di Suriah, Turki, Haiti, dan Ekuador.
Kita dapat melihat kini empat unsur sangat tidak selaras. Yang dibutuhkan sekarang adalah semua orang di dunia harus bekerja sama tanpa membeda-bedakan agama. Janganlah ada konflik agama. Cinta kasih adalah sama. Baik kemurahan hati maupun cinta kasih universal, semuanya adalah cinta kasih tanpa membeda-bedakan. Agama hanya berbeda pada namanya saja. Jika semua umat beragama dapat bekerja sama dengan harmonis, maka akan tercipta kekuatan yang besar.
Bodhisatwa sekalian, kekuatan cinta kasih tidak membedakan kewarganegaraan dan agama. Yang terpenting adalah kita harus memutar roda pikiran. Saat roda pikiran berputar, maka roda Dharma juga akan berputar. Mendengar kalian mendalami Dharma, saya sangat gembira. Setelah menyerap Dharma ke dalam hati, kita harus memiliki satu tujuan yang sama. Dengan memiliki satu tujuan yang sama, maka setiap orang akan bekerja sama dengan kesatuan tekad. Setiap orang harus menjadikan hati Buddha sebagai hati sendiri dan menjadikan tekad Guru sebagai tekad sendiri untuk menapaki Jalan Bodhisatwa. Kita harus kembali pada hakikat murni kita. Ini dapat dilakukan setiap orang.
Menempuh bahaya demi melenyapkan penderitaan pengungsi
Memperkaya batin dan menggalang cinta kasih
Tetes demi tetes cinta kasih menyelamatkan semua makhluk
Semua umat beragama bekerja sama untuk memberi manfaat bagi dunia
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 5 November 2016
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 7 November 2016