Ceramah Master Cheng Yen: Cinta Kasih di Ladang Pelatihan Bodhisatwa
“Rumah pertama Tzu Chi di Taipei, yakni Kantor Cabang Tzu Chi Taipei lama, telah berusia 30 tahun,” ujar Xu Xue-zhi, relawan Tzu Chi.
Rumah pertama Tzu Chi di Taipei ada di sini.
“Master, relawan dari Da'an melaporkan tentang renovasi kantor cabang lama kita. Terima kasih, Master. Pada bulan April tahun ini, kami memulai proyek renovasi. Setelah digunakan selama 30 tahun, tentu ada bagian yang perlu direnovasi. Jadi, pada bulan April tahun ini, kami memulai proyek renovasi. Saya hendak melaporkan kepada Master bahwa jalinan jodoh sungguh tidak terbayangkan. Saat itu, pekerjaan tukang kayu dikerjakan oleh sebuah perusahaan yang dikenalkan oleh Kakak Lin Hui-tang. Pemimpin perusahaan ini ialah Bapak Wu Zhen-xing. Kini dia telah mewariskan perusahaannya kepada putranya. Kini putranya yang mengemban tanggung jawab atas pekerjaan tukang kayu proyek renovasi kali ini,” tutur Xu Xue-zhi, relawan Tzu Chi.
“Yang lebih menggemaskan ialah seorang tukang kayu yang mengerjakan proyek 30 tahun lalu, Bapak Chen, juga berpartisipasi dalam proyek kali ini. Saat membongkar langit-langit di lantai satu dan dua yang sengaja ditinggikan, dia berkata, "Wah, untung 30 tahun yang lalu bos saya menyuruh saya untuk mengerjakannya dengan baik." Jadi, saat dia membongkarnya, semuanya masih sangat kukuh. Dia berkata, "Untung saya mengerjakannya dengan baik saat itu.Jika tidak, kini saya sendiri yang malu." Berhubung tiang di lantai dua agak sedikit, maka teknik purus dan lubang sangatlah penting. Dia tidak menyangka 30 tahun kemudian, dia bisa kembali ke tempat ini untuk merenovasi interiornya. Master, yang Master lihat ini ialah ruang kontrol audio di Auditorium Pembabaran Sutra setelah direnovasi. Hari itu, semua relawan di Da'an bergerak untuk membersihkannya hingga terlihat seperti baru lagi agar bisa digunakan dalam Pemberkahan Akhir Tahun,” tambahnya.
“Master, mohon berkunjung ke rumah pertama kita,” ujar Xu Xue-zhi.
Ya, saya sangat ingin berkunjung ke sana. Semula saya sudah ingin pergi. Apa yang kalian katakan tadi membuat saya makin ingin pergi. Melihat rumah pertama kita ini, banyak kenangan yang muncul kembali. Itu sudah bertahun-tahun yang lalu. Saat itu, jika berkunjung ke Taipei, saya akan menginap di sana. Itu entah sudah berapa tahun yang lalu. Saya perlu memikirkannya lagi. Saat itu, saya melakukan perjalanan setiap bulan.
Kini, melakukan perjalanan setahun sekali saja sudah sangat sulit bagi saya. Jadi, saat memikirkan masa lalu, saya merasa bahwa masa lalu patut dikenang. Bagaimanapun tempat ini direnovasi, ia tetap terlihat tidak asing bagi saya. Saat saya berkunjung ke sana tahun lalu, kondisi lantai enam tetap terlihat sama seperti sebelumnya dan penuh kehangatan.
Dahulu, ruang bawah tanah di sana merupakan rumah pertama kita untuk membimbing orang-orang. Itu merupakan rumah silsilah Dharma Jing Si dan ladang pelatihan mazhab Tzu Chi. Di sanalah kita memulai mazhab Tzu Chi serta mulai menyebarkan semangat, filosofi, dan silsilah Dharma Jing Si. Karena itu, kita sungguh harus menghargai tempat ini.
Kini makin sulit bagi saya untuk berkunjung ke sana. Namun, saya akan selamanya menghargai setiap inci dari tempat itu karena tempat itu telah menginspirasi banyak Bodhisatwa dunia. Seiring berlalunya waktu, Bodhisatwa yang memiliki jalinan jodoh akan muncul dari sepuluh penjuru. Berhubung lalu lintas di Taipei sangat padat, maka selain rumah pertama tadi, kita juga memiliki ladang pelatihan di sini dan di Jalan Jilin.
Saat itu, Bapak Li meminjamkan tempat pada kita sehingga kita dapat memiliki ladang pelatihan di sana. Kini saya juga sangat merindukan Bapak Li. Ke mana pun saya hendak pergi, beliau selalu mengemudikan mobilnya dan membawa saya keliling Taiwan. Beliau memberi saya banyak kesempatan untuk membimbing orang-orang. Jadi, mengenang tahun itu, orang itu, dan hal itu, semuanya patut untuk dikenang dan dihargai.
Bodhisatwa sekalian, kalian sangat bersungguh hati menunjukkan maket rumah pertama Tzu Chi di Taipei yang dibuat dengan saksama pada saya. Melihat maket yang kalian tunjukkan, saya bisa memahami kesungguhan hati kalian. Saya juga berharap dalam beberapa hari ini, saya berkesempatan untuk berkunjung ke sana.
Intinya, semua ingatan ini tidak bisa dihapus. Tentu saja, ini adalah sejarah Tzu Chi. Meski Tzu Chi berawal dari Hualien, tetapi kita menginspirasi orang-orang secara luas. Saat kita hendak mendirikan rumah sakit di Hualien, orang-orang di Taipei juga mengerahkan kekuatan besar. Jadi, saat saya hendak mendirikan rumah sakit, ada banyak orang di Taipei yang bertekad untuk bersumbangsih.
Kini, misi kesehatan kita memiliki tujuh rumah sakit. Para dokter kita sangat tulus dan bersungguh hati dalam melindungi kehidupan dan kesehatan dengan cinta kasih. Misi kesehatan bisa dibangun berkat Bodhisatwa sekalian di sini yang terjun ke jalan untuk menggalang dana. Saya sangat bersyukur atas hal ini.
Saya tidak bisa mengungkapkan rasa syukur saya kepada kalian semua satu per satu. Namun, kita harus menulis sejarah kita. Jadi, kita harus sungguh-sungguh menjaga rumah pertama kita ini dan mencari orang untuk melakukan dokumentasi dan menulis sejarah Tzu Chi.
Saya sangat bersyukur. Dengan tangan kalian, kalian perlahan-lahan melipat bunga teratai ini. Membuat sekuntum bunga teratai seperti ini tidaklah mudah. Kertas ini sangat keras. Terima kasih. Karena itulah, saya mengatakan bahwa kertas ini sangat keras. Ini membutuhkan kesungguhan hati. Kalian membuatnya demi vaksin Covid-19, benar tidak? (Benar) Tentu saja, selama bertahun-tahun, tekad kalian tidak mundur, tangan dan kaki kalian juga tidak berhenti. Jadi, tekad kalian tidak berubah. Kita harus menjaga tekad kita dan jangan berhenti menjalankan praktik Bodhisatwa.
Saat setiap orang mengulurkan kedua tangannya, akan terbentuk banyak Bodhisatwa Avalokitesvara Berlengan dan Bermata Seribu. Jadi, saya bersyukur. Ini membutuhkan kesungguhan hati dan cinta kasih semua orang. Saya bersyukur pada kalian semua. Mari kita lebih tekun melatih diri, terus melangkah maju, dan berdiri dengan lebih mantap.
Demikianlah yang selalu saya lakukan. Saya selalu sepenuh hati melangkah maju dengan tekun. Saya bersyukur pada kalian. Kalian harus menjaga rumah pertama kita. Saat saya tidak ada di sini, kalian hendaklah tetap mengikuti kegiatan bedah buku dan terus tekun melatih diri. Terima kasih, semuanya.
Menghargai rumah pertama Tzu Chi di Taipei dan menjadi saksi sejarah Tzu Chi
Mengenang asal mula silsilah Dharma Jing Si
Membuka pintu kebajikan secara luas untuk menginspirasi orang-orang
Melangkah maju dengan tekun dan penuh cinta kasih
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 18 Desember 2021
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Devi
Ditayangkan tanggal 20 Desember 2021