Ceramah Master Cheng Yen: Cinta Kasih Melipur Derita dan Menghangatkan Dunia

Di dunia ini, ketidakselarasan iklim membuat kondisi alam tidak begitu tenang dan damai. Jadi, saya mengatakan kepada semua orang bahwa kita harus memandang dunia dengan sepenuh hati.

Di dunia ini ada banyak hal yang perlu kita perhatikan. Jika setiap orang tak berani memikul tanggung jawab, dunia ini akan menjadi dingin. Dunia ini penuh ketidakkekalan bagaikan lilin di tengah angin. Dunia ini terus mengalami perusakan bagai lilin di tengah tiupan angin. Lilin ini tidak dapat menyala dengan stabil. Bagaikan berada di tengah tiupan angin, ia bisa padam kapan saja.

Dunia juga bagaikan gelembung atau riak di air. Saat setetes air menetes di atas permukaan air, riak akan timbul. Riak ini berbentuk gelombang yang timbul dan lenyap bersusulan dengan cepat. Semua ini menggambarkan ketidakkekalan yang terjadi dalam sekejap. Begitu pula kehidupan di dunia ini.

Kita melihat wabah penyakit yang terjadi telah membuat orang-orang panik dan cemas. Semua orang merasa takut.

Kemarin saya mengadakan sambungan telekonferensi dengan relawan di Baotou, Mongolia Dalam; Changchun, Jilin; dan Shenyang, Liaoning.

Di daerah-daerah itu, meski perebakan wabah lebih sedikit, tetapi orang-orang tetap merasa takut. Pemerintah juga menerapkan pembatasan mobilitas. Relawan Tzu Chi tetap bersumbangsih dengan berani dan tetap melakukan protokol perlindungan diri. Di mana dibutuhkan, mereka akan pergi ke sana.


Pada masa-masa wabah ini, seorang penerima bantuan kita meninggal dunia. Tidak ada orang yang berani mendekat. Insan Tzu Chi membantu mengurus kremasinya dengan cara yang agung. Anaknya masih kecil. Bagaimana anak berusia 12 tahun menghadapi hal ini? Insan Tzu Chi membantu proses kremasinya dan memberi perhatian kepada keluarga ini. Saya sangat memuji mereka. Inilah Bodhisattva dunia.

Para Bodhisattva ini saling mendukung dan bergotong royong. Saat para kerabat tidak berani mendekat, insan Tzu Chi tetap membantu mengurus proses kremasi itu. Ini sungguh patut dipuji. Inilah Bodhisattva hidup yang sesungguhnya di dunia.

Di masa merebaknya wabah kali ini, para relawan Tzu Chi memberi perhatian bagi dunia dengan hati dan semangat cinta kasih Bodhisattva. Sungguh banyak kisah yang mengharukan.

Di dunia ini, kekuatan satu orang tidaklah cukup. Dibutuhkan dukungan dan kerja sama dari banyak orang untuk mengatasi masalah yang ada. Bodhisattva dunia yang ada saat ini bernama Tzu Chi. Para Bodhisattva Tzu Chi ini tersebar di berbagai tempat di dunia.

Saat ini semua orang dapat lebih memahami Tzu Chi. Kemarin saya juga mendengar bahwa saat insan Tzu Chi membagikan bantuan dan memberi perhatian kepada warga kurang mampu, media massa setempat meliput dan melaporkannya. Inilah yang berlaku di dunia saat ini. Di masyarakat masih ada sekelompok orang yang penuh semangat dan cinta kasih bernama Tzu Chi. Di sana media massa melaporkan ini dan orang-orang memberi pujian.

Orang-orang kini dapat melihat para Bodhisattva yang bersumbangsih diam-diam dengan setulus hati ini. Saat melihatnya, orang-orang pun memuji.


Di dunia ini, kita hendaknya membuat kehidupan yang singkat ini menjadi bernilai. Jika tidak, ia hanya bagaikan gelembung di air yang menghilang dengan cepat. Siapa yang tahu berapa panjangnya kehidupan kita?

Mungkin ada orang yang membuat rencana, "Saat ini saya bekerja keras terlebih dahulu, lalu saya ingin menikmati hidup sebentar, baru kemudian bersumbangsih." Kita tidak bisa membagi fase hidup seperti itu karena kita tidak tahu berapa panjang usia kita.

Setelah kehidupan kali ini berakhir, ke manakah kita akan pergi? Tiada orang yang tahu. Karma apa yang kita bawa dari kehidupan ini? Apakah baik ataukah buruk? Ke mana kita pergi kelak? Kita juga tidak tahu.

Kita tidak tahu kita membawa karma baik atau buruk. Bagaimana mungkin kita tahu kelak terlahir di mana? Kapan kita akan meninggal pun kita tidak tahu. Banyak hal yang tidak kita ketahui.

Oleh karena itu, mengapa kita tidak memanfaatkan waktu yang kita ketahui saat ini untuk terjun ke tengah masyarakat dan membangkitkan kebaikan hati demi berbuat baik dan menjadi orang baik? Kita harus memanfaatkan waktu saat ini.


"Baik" di sini merujuk pada pikiran yang tulus. Kita harus tulus berbuat baik dan menjadi orang baik. Dengan begitu, kita tidak perlu merisaukan karma baik ataukah buruk yang akan kita bawa. Kita juga tak perlu mengkhawatirkan masa depan.

Singkat kata, kita harus memanfaatkan waktu selagi kita masih bernapas untuk melakukan hal-hal yang benar dan bermanfaat. Jadi, ke alam mana kita akan terlahir kelak, kita tidak tahu. Kehidupan bagaikan lilin di tengah tiupan angin.

Dalam kehidupan kali ini, kapankah angin akan bertiup dan memadamkan lilin kehidupan kita? Kapankah lilin kita padam? Kita tidak tahu.

Intinya, ada banyak hal yang tidak kita ketahui. Namun, kita harus menggenggam waktu saat ini untuk segera melakukan hal-hal yang baik untuk memberi manfaat bagi orang banyak. Inilah cara menjadi orang. Ini tidaklah sulit. Menjadi orang baik dan berbuat baik tidaklah sulit. Saat bisa melakukan kebaikan, kita menjadi Bodhisattva. Inilah Jalan Bodhisattva. Apa lagi yang perlu diketahui tentang Jalan Bodhisattva?

Jalan Bodhisattva berarti segera bersumbangsih serta senantiasa berpikiran murni dan tulus terhadap orang lain. Inilah Jalan Bodhisattva. Ke dalam, kita membina kemurnian hati; ke luar, kita bersumbangsih bagi masyarakat. Inilah Jalan Bodhisattva.

Dunia tidak kekal bagaikan lilin di tengah angin
Memanfaatkan saat ini untuk menjadi orang baik
Bodhisattva Tzu Chi bersatu dan bergotong royong
Keberanian dan cinta kasih menghangatkan dunia

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 31 Mei 2020     
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Stella
Ditayangkan tanggal 02 Juni 2020
Genggamlah kesempatan untuk berbuat kebajikan. Jangan menunggu sehingga terlambat untuk melakukannya!
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -