Ceramah Master Cheng Yen: Cinta Kasih Mendatangkan Berkah dan Kekayaan Batin

Di dunia ini terjadi berbagai bencana yang mendatangkan berbagai penderitaan. Saya sungguh tidak tega melihatnya. Filipina dihantam oleh Topan Vongfong. Ketua Tzu Chi Filipina, Bapak Henry Yunez, berkata bahwa mereka sudah mulai melakukan survei untuk mencari tahu banyaknya korban bencana dan besarnya kerugian yang ditimbulkan. Mereka memulainya kemarin.

Sesungguhnya, berapa besar kerugian yang ditimbulkan oleh topan kali ini? Berapa banyak orang yang terkena dampak? Bagaimana menyalurkan bantuan? Inilah PR kita sejak hari ini.

Beberapa hari lalu, kita melakukan telekonferensi dengan insan Tzu Chi Mozambik. Kita mendengar bahwa selain terkena dampak pandemi, mereka juga menghadapi kenaikan harga barang. Harga barang naik karena penutupan wilayah Afrika Selatan yang memengaruhi ekspor barang. Selain itu, juga terjadi kekeringan. Kekeringan sering terjadi di negara-negara di Afrika.

Jagung yang hampir bisa dipanen lenyap begitu saja karena serangan belalang. Kita bisa melihat kekurangan dan kekeringan di Afrika. Mereka tidak bisa menghasilkan tanaman pangan. Bagaimana mereka bertahan hidup?

Lewat telekonferensi, kita melihat para relawan Tzu Chi di Afrika yang bukan orang berada, bahkan boleh dibilang kekurangan. Meski kekurangan secara materi, tetapi batin mereka sangat kaya. Contohnya Sheila. Saat menyalurkan bantuan bencana, kakinya terluka. Namun, dia sangat tegar dan tidak pernah absen untuk bersumbangsih. Berhubung dia sangat cekatan, pandai, dan menguasai berbagai bahasa, Denise sangat membutuhkan bantuannya.

 

Ada pula seorang relawan lain yang datang untuk berpartisipasi dalam pembagian bantuan, tetapi mengalami kecelakaan di tengah jalan sehingga tangannya mengalami patah tulang. Dia menggunakan sepotong kain untuk menggantungkan tangannya dan tetap datang. Relawan lain bertanya padanya, “Dengan kondisi begini, kamu masih datang?” Dia berkata, “Satu tangan saya mengalami patah tulang, tetapi saya masih memiliki tangan lain.”

Demikianlah sikap penuh pengertian. Meski mengalami kecelakaan, dia bisa bersikap penuh pengertian dan berlapang hati. Bukankah ini menunjukkan bahwa mereka selalu menyerap Dharma ke dalam hati? Saya juga pernah mendengar mereka berbagi bahwa setiap relawan di sana mengikuti ceramah saya setiap hari. Meski ceramah saya baru bisa mereka pahami lewat penerjemahan dua atau tiga bahasa, tetapi mereka bisa menyerap setiap kata ke dalam hati.

Saat saya menjelaskan satu hal, mereka bisa memahami berbagai makna di baliknya. Mereka mempelajari Dharma secara mendalam dan mempraktikkannya secara nyata dengan mengatasi berbagai kesulitan. Mereka menjalani hidup dengan semangat pelatihan diri dan menjangkau orang yang lebih menderita dari mereka dengan hati Bodhisatwa. Setiap kali membicarakan para relawan ini  bagaimana bisa saya tidak berbagi lebih banyak tentang mereka dan semakin mengasihi mereka?


Kita juga melihat seorang anak yang mengalami luka bakar. Setelah ditangani oleh dr. Long dengan saksama, kini kulit barunya telah tumbuh. Setelah barang bantuan dikemas oleh orang dewasa, anak itu membantu mengangkatnya. Sekantong seberat 5 kilogram dan masing-masing tangannya mengangkat sekantong. Lihat, demikianlah anak-anak di sana. Mereka memiliki kekuatan untuk mengubah kehidupan mereka dari miskin menjadi kaya. Ini bukanlah hal yang mustahil.

Jadi, melihat mereka menyemangati saya, bagaimana bisa saya tidak menguatkan diri? Saya tidak bisa tidak melakukannya. Hari itu, di hadapan saya, mereka berbagi tentang kondisi kehidupan warga setempat. Sumbangsih mereka juga menyentuh hati seorang pemilik toko setempat. Pemilik toko itu berkata, “Kalian sendiri hidup kekurangan, masih mau mengatasi begitu banyak kesulitan dan membeli begitu banyak barang untuk menolong orang-orang yang menderita. Apakah kalian sanggup melakukannya?”

Relawan kita berkata, “Kami berusaha berhemat semampu kami.” Mereka sudah begitu kekurangan, tetapi rela berhemat demi menolong sesama. Pemilik toko itu sangat tersentuh dan berkata, “Baiklah, saya akan mendukung kalian. Kalian tidak perlu membayar sekarang. Periksalah barangnya dan bawa pergi.” Inilah kebajikan orang-orang.

Hari itu, saya berkata pada relawan kita, “Yang ditakutkan bukanlah kemiskinan, melainkan kekurangan cinta kasih. Dengan adanya cinta kasih di dalam hati, kita tidak akan merasa diri sendiri miskin. Kalian tulus, benar, yakin, dan bersungguh-sungguh bukan demi diri sendiri, melainkan demi orang lain. Kalian bersumbangsih sebagai relawan dengan cinta kasih kalian.”


Saya beberapa kali berkata, “Yang ditakutkan bukanlah kemiskinan, melainkan kekurangan cinta kasih. Berhubung memiliki batin yang kaya, kalian memiliki kekuatan dan dipenuhi berkah. Dengan adanya tekad dan kekuatan, kita akan dipenuhi berkah. Inilah doa saya bagi kalian.”

Bayangkanlah, dengan adanya cinta kasih di dalam hati, kemiskinan tak akan bisa mengalahkan mereka. Mereka tetap bisa menjadi kaya. Kaya bukan hanya tentang materi, tetapi juga tentang kondisi batin. Asalkan memiliki cinta kasih, mereka tidak takut kemiskinan. Dengan memiliki cinta kasih, mereka bisa menjadi kaya. Sumbangsih mereka membuat saya sangat tersentuh.

Mereka juga menunjukkan pada saya bahwa tidak ada hal yang sulit di dunia ini. Jangan takut pada kesulitan. Asalkan bertekad untuk bersumbangsih, kita akan memiliki kekuatan. Semua orang bisa menghimpun tenaga untuk bersumbangsih bersama.

Membangkitkan welas asih bagi orang-orang yang dilanda bencana dan penderitaan
Mengatasi segala kesulitan untuk menolong orang yang membutuhkan
Menyelami Dharma dan mempraktikkannya
Akar cinta kasih yang kuat mendatangkan berkah dan kekayaan batin

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 18 Mei 2020 
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Stella
Ditayangkan tanggal 20 Mei 2020
Menyayangi diri sendiri adalah wujud balas budi pada orang tua, bersumbangsih adalah wujud dari rasa syukur.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -