Ceramah Master Cheng Yen: Cinta Kasih Menyucikan Dunia


Kemarin sore, saya menerima laporan dari misi bantuan internasional kita bahwa saat ini, relawan kita dari 11 negara dan wilayah, termasuk relawan setempat, telah berhimpun bersama untuk sebuah tujuan yang sama, yaitu menyalurkan bantuan bagi yang membutuhkan. Ada begitu banyak relawan kita dari berbagai negara dan wilayah berhimpun di Polandia demi sebuah tujuan, yaitu membantu para pengungsi dari Ukraina. Saya sangat bersyukur dan juga sangat tersentuh.

Para pengungsi yang melarikan diri ke Polandia tidak berada di satu tempat yang sama, melainkan terpencar di mana-mana. Pengungsian terbanyak terdapat di empat lokasi. Relawan kita pun menyebar ke empat lokasi itu untuk membagikan barang bantuan kepada para pengungsi. Relawan kita benar-benar merupakan Bodhisatwa dunia.

Di mana pun ada orang-orang yang menderita, relawan kita selalu siap menyalurkan bantuan bagi orang-orang yang berjodoh. Di mana pun relawan kita menyalurkan bantuan, mereka selalu mengajak warga setempat untuk turut bersumbangsih. Contohnya, para mahasiswa dari Taiwan yang sedang menuntut ilmu di Polandia. Mereka juga turut bergabung dalam barisan relawan.

Ada pula relawan kita yang bersumbangsih dengan hati seorang ibu, yaitu Shu-wei, relawan dari Jerman. Beliau telah menghimpun kaum muda dan mewariskan semangat Tzu Chi kepada mereka dengan membimbing mereka untuk membagikan barang bantuan dan mencurahkan perhatian kepada orang-orang yang membutuhkan. Itu sangat menyentuh hati.


Mereka merupakan relawan senior yang juga mencurahkan perhatian kepada warga kurang mampu di negara mereka tinggal. Ketika di negara mereka tinggal terjadi bencana, mereka juga bergerak untuk menyalurkan bantuan. Jadi, mereka semua memiliki pengalaman di negara masing-masing dalam mencurahkan kekuatan cinta kasih bagi yang membutuhkan.

Relawan senior kita dari 11 negara dan wilayah telah berhimpun di Polandia. Mereka juga menginspirasi para sukarelawan setempat untuk bersumbangsih bersama. Jalinan jodoh ini sungguh tak terbayangkan. Relawan kita juga mengajak para pengungsi untuk turut bergabung dalam barisan relawan agar mereka juga dapat memahami semangat Tzu Chi. Relawan kita memperkenalkan Tzu Chi saat berinteraksi dengan mereka.

Di dunia yang begitu luas ini, ada begitu banyak relawan dari beragam ras dan bahasa yang berhimpun bersama untuk bersumbangsih bagi orang-orang yang menderita. Meskipun memiliki agama yang berbeda-beda, mereka bekerja sama dan memuji satu sama lain. Itu sungguh sangat menyentuh hati. Hendaknya kita menjadi saksi sejarah zaman sekarang.

Setiap kali menyaksikan bagaimana relawan kita bersumbangsih di Polandia, saya sangat bersyukur. Saya bersyukur atas jalinan jodoh istimewa dan cinta kasih yang sama ini. Cinta kasih semacam itu merupakan cinta kasih agung yang sesungguhnya, yang tidak memandang perbedaan agama. Ketika cinta kasih agung ini disatukan, jalinan kasih sayang pun akan terjaga selamanya.


Relawan kita telah mengenal banyak orang di Polandia dan jalinan kasih sayang Tzu Chi akan diteruskan hingga selamanya. Dengan jalinan persahabatan dan kasih sayang tak berujung ini, cinta kasih mereka akan terus terjalin bersama.

“Di Tzu Chi, setiap orang menyisihkan uang sedikit demi sedikit ke dalam celengen bambu setiap hari. Karena itulah, kami bisa hadir di sini hari ini. Hari ini, kita memiliki kesempatan untuk berdana. Tidak apa-apa jika kalian hanya bisa mendonasikan uang kecil. Kalaupun tidak memiliki uang, kalian cukup memasukkan niat baik kalian ke dalamnya karena ketika hati dan pikiran kita baik, dunia pun akan menjadi lebih baik. Inilah suara cinta kasih. Ini menunjukkan curahan perhatian kalian kepada orang-orang yang membutuhkan cinta kasih,” kata seorang relawan.

Lihatlah, relawan kita tidak hanya membagikan barang bantuan, tetapi juga semangat celengan bambu agar para pengungsi juga memiliki jalinan jodoh untuk turut bersumbangsih. Dengan demikian, mereka juga bisa membangkitkan cinta kasih agung, menabur benih kebajikan, dan menciptakan berkah. Orang-orang yang menderita saja bisa menciptakan jalinan jodoh berkah, apalagi sekelompok relawan kita yang telah bersumbangsih bagi semua makhluk yang menderita. Relawan kita tidak hanya memberi bantuan berupa materi, tetapi juga mendengarkan curahan hati tentang kepedihan dan penderitaan mereka.

Lihatlah bagaimana relawan kita mendengar curahan hati para pengungsi dengan penuh perhatian dan merangkul bahu mereka dengan penuh kehangatan. Demikianlah para relawan mewakili kita untuk mencurahkan cinta kasih secara langsung bagi para pengungsi. Saya pun merasa tersentuh saat menyaksikannya.

Selain memberi dukungan, kita juga harus berterima kasih kepada relawan kita yang bersumbangsih di garis depan. Inilah yang sering saya sampaikan bahwa kita hendaknya bersumbangsih tanpa pamrih dan mengucap syukur sambil beranjali.


Beberapa hari lalu, saya berkata bahwa kedua telapak tangan ini membentuk aksara "manusia". Saat keduanya disatukan dengan ibu jari yang menempel, terbentuklah aksara "satu" yang berarti satu hati. Ketika saya menggerakkan tangan ini ke atas mulut saya, terbentuklah aksara "kesatuan". Mari kita bersatu hati untuk membimbing semua orang dengan cinta kasih. Jadi, inilah yang disebut mewariskan Dharma dan menyebarkan praktik Bodhisatwa.

Sebagai insan Tzu Chi, kita harus terus mengerahkan kekuatan dan menggalang Bodhisatwa dunia untuk mengubah dunia ini menjadi lebih baik. Ketika setiap orang membangkitkan cinta kasih serta melenyapkan kegelapan batin dan pikiran pengganggu, tentu semua orang di dunia akan dapat bekerja sama dalam keharmonisan. Dengan demikian, dunia akan damai dan bebas dari perang, iklim menjadi selaras, dan tanah suci di dunia pun dapat terwujud.

Bukanlah hal yang mustahil untuk menciptakan tanah suci di dunia ini selama kita semua menjaga pikiran dan menyatukan cinta kasih satu sama lain. Jika semua orang memahami akan cinta kasih ini, tentu kedamaian dunia dapat terwujud.  

Para relawan berhimpun dari sepuluh penjuru untuk merangkul semua makhluk
Membimbing sesama dengan jalinan kasih sayang tak berujung
Menyebarkan Dharma dengan kesatuan hati dan ucapan
Menciptakan tanah suci dengan melenyapkan noda batin

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 24 Mei 2022
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Devi
Ditayangkan tanggal 26 Mei 2022
Kerisauan dalam kehidupan manusia disebabkan dan bersumber pada tiga racun dunia, yaitu: keserakahan, kebencian, dan kegelapan batin.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -