Ceramah Master Cheng Yen: Cinta Kasih Misi Kesehatan Terukir di Dalam Hati
“Hualien selalu kekurangan sumber daya medis. Pembangunan RS Tzu Chi bermula dari semangat Master untuk menghormati dan menyelamatkan kehidupan,” kata Dr. Tseng Wen-ping Kepala RS Tzu Chi Hualien periode 2.
“Untuk membangun rumah sakit ini, kami meminta komite pembangunan untuk merampungkannya dalam satu tahun lebih, tetapi sesungguhnya, proses penggalangan dana sungguh sulit,” lanjutnya.
“Saya ingat saat rumah sakit baru dibuka, hanya ada empat kepala departemen dan sembilan orang dokter residen. Biaya perawatan dihitung saat pasien akan keluar dari RS. Warga yang tidak mampu berobat sangat banyak. Dalam kondisi ini, rumah sakit merugi setiap hari,” pungkasnya.
Masa yang sudah berlalu itu, saat RS Tzu Chi Hualien kita mulai beroperasi, sesungguhnya baru 30-an tahun lalu. Rumah sakit kita hingga kini sudah berjalan 34 tahun.
Hari ini jaringan badan misi kesehatan Tzu Chi bisa ada dan rumah sakit kita bisa terbangun, semuanya adalah berkat jasa Dokter Tu Shih-mien, Tseng Wen-ping, dan Yang Si-piao yang saat itu adalah kepala dan wakil kepala RS Universitas Nasional Taiwan.
Lebih dari 40 tahun lalu, saat kita berencana untuk membangun rumah sakit, Dokter Tseng Wen-ping sudah terlebih dahulu membantu di klinik gratis kita. Berkat istrinya, jalinan jodoh ini matang. Saat saya membuka klinik gratis, beliau datang ke Hualien untuk membantu di klinik itu. Beliau juga pernah ikut saya ke Yuli dan Taitung.
Saya sangat berterima kasih kepada mereka yang mendampingi saya selangkah demi selangkah sejak kita memulai misi kesehatan dan membangun RS. Saya memiliki kesan khusus terhadap mereka. Meski Dokter Tseng tak dapat menghindar dari hukum alam dan telah tutup usia, tetapi beliau memulai langkah di saat yang hampir bersamaan dengan saya. Tanpa mereka bertiga yang mendukung saya, saya tidak akan memiliki keyakinan yang sekuat ini.
Sungguh, meski keyakinan saya kini sangat teguh, tetapi bagaimanapun, saya sangat berterima kasih kepada mereka bertiga. Mereka telah memberi dukungan semangat yang sangat besar kepada saya. Saat kita merencanakan pembangunan rumah sakit, sarana medis di Taiwan Timur sungguh minim. Ini berkaitan dengan nyawa. Kita sering kali harus mengantar pasien ke Taiwan Barat lewat Jalan Tol Suhua saat itu.
Mengenang masa-masa itu, fasilitas medis di Taiwan Timur sungguh sangat kurang. Karena itu, tanpa mengukur kemampuan sendiri, saya membangkitkan tekad welas asih karena tidak tega melihat orang-orang yang menderita.
Ajaran Buddha mengatakan bahwa kehidupan adalah penderitaan. Di antara berbagai penderitaan, penyakit adalah yang terberat. Penyakit tidak membedakan kaya miskin. Penyakit selalu membawa penderitaan. Karena itu, saya merasa Taiwan Timur amat membutuhkan sarana medis. Karena itu, tanpa mengukur kemampuan sendiri, kita menggalang dana sedikit demi sedikit, mulai dari sepotong bata dan sebatang besi.
Saat itu kita tak memiliki orang dan dana. Terlebih lagi, saat rumah sakit rampung, ke mana kita mencari sumber daya manusia?
Saat akan membangun rumah sakit, Dokter Tu Shih-mien dan Tseng Wen-ping yang merupakan wakil kepala RS Univ. Nasional Taiwan mendampingi saya memeriksa rancangan arsitek. Setelah pulang bekerja dari RS Univ. Nasional Taiwan pada pukul 6.30 sore, mereka bergegas datang. Saat itu Bapak Zheng menyediakan sebuah apartemen lima lantai di Jalan Jinan bagi kita sebagai kantor persiapan pembangunan RS.
Setiap kali pergi ke Taipei, saya akan menetap di saya. Selesai bekerja, mereka baru datang menemui saya. Mereka makan nasi kotak yang disediakan. Rapat saat itu bisa berlangsung sampai dini hari, minimal sampai pukul 12 lewat. Karena itu, saya sering berkata bahwa kita hendaknya jangan melupakan tahun itu dan orang-orang yang ada saat itu.
Dalam perjalanan badan misi kesehatan Tzu Chi, sungguh banyak hal yang patut disyukuri. Jadi, saya juga berharap untuk dapat sering menceritakan hal ini kepada kalian semua. Ini adalah kisah dari masa kalian belum mengenal Tzu Chi. Saya sangat berharap kita dapat mengenangnya.
Waktu terus berlalu. Waktu dapat membawa pergi segalanya. Dokter Tu dan Dokter Tseng sudah pergi. Namun, kita tidak boleh melupakan orang-orang yang ada pada tahun itu. Intinya, waktu bisa menggerus segalanya, termasuk usia kehidupan kita. Semua tergerus seiring berlalunya waktu.
Tzu Chi pernah melewati perjalanan ini. Semuanya hanya mengandalkan sebersit niat untuk mewujudkan yang tidak ada menjadi ada dan merelakan yang ada menjadi tidak ada. Artinya, orang-orang ini berlatih untuk bebas dari kemelekatan dan keakuan. Mereka telah mendedikasikan jiwa raga bagi Tzu Chi. Mereka yang tadinya memiliki kedudukan atau nama di masyarakat, rela melepaskan semuanya demi Tzu Chi. Mereka bersumbangsih sepenuh hati.
Saya harus berterima kasih kepada setiap orang dari mereka. Semua ini tak lepas dari jalinan jodoh. Mereka berjodoh dengan saya. Kita harus menghargai jalinan jodoh ini. Semuanya adalah jalinan jodoh. Ada begitu banyak jalinan jodoh dan cinta kasih. Begitu banyak pengetahuan yang tidak saya mengerti, tetapi orang-orang ini bisa mendukung dan membantu saya.
Nilai kehidupan kita terletak pada manfaatnya bagi orang lain. Ini karena kita memegang teguh semangat Buddha dan mempraktikkan Jalan Bodhisatwa. Bodhisatwa muncul karena adanya makhluk yang menderita. Meski kehidupan jasmani kita tak luput dari tua, sakit, dan mati, tetapi jiwa kebijaksanaan kita tetap abadi dari kehidupan ke kehidupan.
Tekad kita tidak pernah terputus. Tekad ini terus kita jaga dari kehidupan ke kehidupan. Jalinan jodoh ini bagaikan kompas bagi kita. Jiwa kebijaksanaan kita adalah pusat bagi kompas ini. Tekad dan semangat ini harus dijaga selamanya dan menjadi inti bagi jalinan jodoh ini.
Mengenang
masa awal misi kesehatan Tzu Chi
Perjalanan
berliku membangun rumah sakit meletakkan fondasi
Bersumbangsih
tanpa ego untuk membantu yang miskin dan sakit
Tidak
melupakan keteladanan dari masa lalu
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 20 Desember 2020