Ceramah Master Cheng Yen: Cinta Kasih Tzu Chi Menjadi Sandaran dan Dukungan


“Saat Ren Min berusia 5 tahun, ayah angkatnya terserang strok untuk kedua kalinya. Mereka berdua hidup bergantung pada subsidi untuk warga berpenghasilan rendah. Pada tanggal 6 Agustus 2018, sang ayah kembali terserang strok hingga dilarikan ke RS. Itu yang membuat mereka akhirnya melapor ke Tzu Chi. Kala itu, Ren Min adalah mahasiswa baru. Ayah angkatnya dirawat di RS selama sebulan lebih. Jadi, kami pun membantu membawa ayah angkatnya ke lembaga perawatan lansia,”
kata Chen Jia-ling relawan Tzu Chi Tainan.

“Pada tanggal 29 September 2019, Ren Min menerima telepon dari RS yang memberitahukan padanya bahwa ayahnya sedang dalam kondisi kritis. Mendengar itu, dia pun segera kembali dari sekolah. Pada pukul 23.00 lewat malam itu, saya menerima telepon dari Ren Min. Dia berkata, ‘Bibi, Ayah sudah tiada.’ Saya sungguh bisa merasakan pilu yang dialami anak ini,” lanjut Chen Jia-ling.

“Saya pun memintanya untuk menunggu saya sebentar karena saya akan segera berangkat agar bisa bersama-sama dengannya menjemput ayahnya di RS. Lalu, kami para relawan menemani Ren Min untuk mengurus pemakaman ayahnya dengan baik,” pungkas Chen Jia-ling.

Paman dan Bibi, sejak ayah saya sakit hingga sekarang, saya sudah mengenal kalian selama 6 tahun. Terima kasih karena kalian telah merawat saya dan memperlakukan saya seperti anak kandung sehingga saya tidak lagi merasa kesepian,” kata Ren Min relawan Tzu Chi.

“Bibi Jia-ling pernah berkata bahwa menjalankan Tzu Chi adalah mimpi terbesarnya. Awalnya, saya tidak terlalu paham dengan tekad itu. Lama-kelamaan, setelah ikut Bibi Jia-ling dan Bibi Li-na melakukan kunjungan kasih, memperhatikan banyak orang, bergabung dalam proyek peningkatan keamanan rumah, ikut dalam penggalangan dana, dll., saya melihat banyak aspek kehidupan manusia dan bagaimana insan Tzu Chi memberi contoh lewat tindakan nyata dan melangkah dengan mantap. Kita sungguh harus terlibat di dalamnya agar bisa memahami kekuatan ikrar para relawan,” pungkas Ren Min.

Saya sangat senang karena semua orang bersungguh-sungguh dalam mengemban tanggung jawab sebagai Bodhisatwa dunia. Dengan begitu, hati saya bisa merasa tenang. Demikianlah jiwa kebijaksanaan Tzu Chi dan jiwa kebijaksanaan tiap orang dari kita. Dengan banyak berbuat, kita pasti memperoleh manfaatnya. Saya juga merasa sangat terhormat. Jadi, marilah kita semua menggenggam jalinan jodoh untuk melayani sesama.


“Murid Jing Si di Chiayi mengerti bahwa Master kita yang terkasih sangat peduli dengan keamanan lingkungan rumah lansia kami. Jadi, sejak tahun 2023, wilayah Chiayi telah memanfaatkan proyek peningkatan keamanan rumah untuk membawa cinta kasih dan kepedulian Tzu Chi ke pedesaan di Chiayi,”
kata Wang Shou-rong relawan Tzu Chi.

Beberapa dekade yang lalu, relawan kita, Shou-rong, pergi ke pedesaan dan melakukan kunjungan kasih. Saat itu, dia harus membawa beras dan selimut ke sana. Melihat kebutuhan para penerima bantuan, dia bersedia bolak-balik untuk bisa memenuhinya. Saya sangat bersyukur atas apa yang dia lakukan saat itu.

Dalam setahun, saya berkunjung sekali atau dua kali ke Chiayi, dan dia selalu mengajak kita untuk mengunjungi penerima bantuan. Dia akan menunjukkan jalan dengan sepeda motornya. Karena tebu yang ditanam di sana kadang ada yang tumbuh sangat tinggi, dia pun jadi berbelok dan kami tersesat saat mengikutinya. Terkadang, saat mengenang masa lalu, saya dapat membayangkan suasana membumi yang begitu kental.

Orang tua Shou-rong, yakni Kepala Sekolah Wang dan Guru Huang, juga memulai aktivitas Tzu Chi di Taitung. Neneknya begitu pandai dalam mengajak dan mengumpulkan orang. Setiap kali pergi ke Taitung, saya akan menginap di rumah mereka. Sungguh sebuah rumah yang penuh kebajikan. Kebaikan itu datang dari orang tua dan neneknya. Saya sangat mensyukurinya.

Ketika membicarakan masa lalu, semua yang kita bahas merupakan sejarah Tzu Chi, juga sejarah keluarga Tzu Chi. Jadi, saya bukan sedang pamer, melainkan sedang membicarakan kisah nyata. Ini merupakan bentuk ungkapan terima kasih saya pada neneknya, orang tuanya, dan dirinya sendiri. Kita juga patut berterima kasih pada generasi penerusnya, termasuk putri dan menantunya karena bersedia melanjutkan misi Tzu Chi. Jadi, kita hendaknya saling memuji dan menyemangati satu sama lain.

Kita jangan melupakan waktu-waktu saat kita bersumbangsih dengan susah payah dan tanpa pamrih. Warga masyarakat sekarang makin antusias untuk terlibat dalam pekerjaan amal. Ini adalah hal yang baik. Namun, kita tetap perlu menjaga tradisi baik kita.


Kita hendaknya membagikan secara aktif pada orang-orang tentang apa yang sedang Tzu Chi lakukan. Jangan melupakan kebajikan dan keunggulan kita. Kita masih harus melanjutkannya. Intinya, jangan lupakan masa itu, orang-orang yang ada saat itu, dan kerja keras mereka dalam membuka dan membentangkan jalan.

Kalian juga hendaknya memuji diri kalian sendiri dengan menceritakan bagaimana kalian terjun dalam aktivitas Tzu Chi pada masa lalu. Tadi, kita mendengar sepenggal lirik lagu yang berbunyi, "Sungguh bajik, insan Tzu Chi; sungguh indah, insan Tzu Chi." Insan Tzu Chi memang sangat indah karena mereka bersumbangsih tanpa pamrih. Inilah kualitas unggul yang kita miliki. Kita hendaknya memuji diri kita dalam hal ini.

Kita perlu mengenang apa yang telah kita lakukan pada masa lalu. Ini juga merupakan sebuah bentuk terapi saraf otak agar otak tidak mengalami penurunan fungsi. Beberapa dokter berkata bahwa cara terbaik untuk menghindarkan seseorang dari penuaan otak dan penurunan fungsi otak ialah tidak membiarkan dia sendirian dan tak punya teman mengobrol. Harus selalu ada orang yang menemaninya berinteraksi.

Jika kita mengajak mereka melakukan survei kasus amal, mereka mungkin menolak dengan alasan kesehatan. Tidak masalah. Cobalah untuk tetap memintanya menemani kita. Jika kita sungguh membiarkannya di rumah sendirian, di dalam otaknya tidak akan ada penambahan informasi terkait penerima bantuan yang baru.

Saat dia terus melupakan kenangan lama dan tidak menambahkan memori yang baru, otaknya sungguh akan mengalami penurunan fungsi. Jadi, kita tetap perlu memiliki cinta kasih berkesadaran. Bodhisatwa dunia memiliki cinta kasih berkesadaran itu. Jadi, kita perlu mendukung para relawan lansia.

Dahulu, mereka yang mendukung kita. Sekarang, kitalah yang harus mendukung mereka. Kita perlu saling mendukung dan mendampingi. Begitulah cara mencegah dan mengatasi penurunan fungsi otak. Cara ini tidak hanya mengatasi permasalahan otak milik orang lain, tetapi juga milik diri sendiri. Dengan mendengarkan orang lain, kita menambah pengetahuan. Dengan mengenal lebih banyak orang, kita akan tahu lebih banyak hal. Kita harus selalu saling membantu.


Pada zaman sekarang, jumlah lansia terus bertambah. Jadi, kita perlu lebih memotivasi satu sama lain. Lansia bagaikan permata. Mereka telah melihat dan memahami banyak hal. Namun, jika kita tidak menjaga mereka, mereka akan terus mengalami penurunan fungsi otak. Ini sangat disayangkan.

Dengan terus menjaga mereka, kita bisa mendengarkan segala yang ingin mereka katakan. Pertama, ada orang yang menemani mereka. Kedua, pengetahuan dan memori kita bertambah. Ini sangat bagus, bermanfaat, dan membantu kita. Kita perlu saling memotivasi. Yang terpenting, kita perlu menggalang Bodhisatwa.

Kita harus menjaga relawan lama kita sambil menggalang relawan baru, termasuk anak-anak kita. Jika memungkinkan, baik putra menantu menantu kita, hendaknya meneruskan jiwa kebijaksanaan ini dari generasi ke generasi. Dahulu, orang-orang membicarakan tentang mewariskan kebajikan dalam keluarga. Inilah cara kita mewariskannya dalam keluarga kita, dari generasi ke generasi.

Sejarah Tzu Chi dan Jalan Bodhisatwa di dunia adalah pedoman arah bagi insan Tzu Chi di seluruh dunia. Lihatlah, dengan arah tersebut, kita mampu membawa manfaat bagi seluruh dunia. Seperti yang sering dikatakan, kebajikan Tzu Chi tersebar ke seluruh dunia. Inilah yang disebut bekerja demi ajaran Buddha dan demi semua makhluk.

Kasih sayang Tzu Chi menjadi sandaran dan dukungan
Mewujudkan cinta kasih berkesadaran dengan ikrar welas asih dan pendampingan
Kebajikan dan cinta kasih diwariskan ke seluruh dunia
Mempertahankan tekad awal dan meneruskan jiwa kebijaksanaan

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 31 Juli 2024
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Graciela
Ditayangkan Tanggal 02 Agustus 2024
Kehidupan masa lampau seseorang tidak perlu dipermasalahkan, yang terpenting adalah bagaimana ia menjalankan kehidupannya saat ini.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -