Ceramah Master Cheng Yen: Cinta Kasih yang Setara adalah Kecemerlangan Umat Manusia
Pada malam tanggal 13, tiba-tiba terjadi gempa bumi di Myanmar. Akibatnya, banyak rumah yang runtuh. Insan Tzu Chi setempat segera membentuk tim konsumsi serta pergi ke rumah sakit untuk memperhatikan korban luka-luka dan membagikan makanan hangat. Sungguh, dengan adanya cinta kasih di dunia ini, saat bencana terjadi, para korban bisa segera mendapat penghiburan. Di mana pun terdapat insan Tzu Chi, di sana pasti terdapat kehangatan.
Melihat pemandangan ini, kita juga merasa penuh kehangatan. Insan Tzu Chi menuju rumah sakit dan komunitas untuk mencurahkan perhatian. Pascagempa kali ini, warga di komunitas dan para sramaneri cilik yang menggemaskan juga turut membantu. Dengan kekuatan cinta kasih, semua orang saling membantu.
Saya sangat tersentuh melihatnya. Saya sungguh bersyukur melihat di berbagai wilayah yang terdapat benih Tzu Chi, benih cinta kasih terus ditaburkan ke dalam ladang batin orang-orang. Meski dunia ini penuh kepahitan, tetapi kita bisa melihat kemanisan di dalamnya. Kita hendaknya menabur lebih banyak benih Bodhi di dalam ladang batin agar benih Bodhi dapat terus bertumbuh.
Dalam ceramah pagi, saya mengulas bahwa hati manusia bagaikan bumi, mampu menampung segalanya. Gunung, sungai, laut, pohon, rumput, dan materi apa pun yang berwujud, semuanya bisa ditampung oleh bumi. Begitu pula dengan hati kita. Kita hendaknya memiliki hati yang bisa menampung segala ajaran kebajikan, bagai bumi yang bisa menampung segala materi.
Hati kita harus bisa merangkul seluruh alam semesta. Bumi bisa menampung segalanya dari gunung, sungai, laut, pohon, hingga rumput. Hati kita juga hendaknya demikian. Lihatlah para sramaneri cilik. Dengan bersungguh-sungguh melatih diri, kelak mereka juga akan memiliki kekuatan untuk menyelamatkan semua makhluk.
Suami para relawan kita di Jepang juga membuat saya sangat tersentuh. Lihatlah, mereka turut membantu dalam acara doa dalam rangka Tahun Baru Imlek. Sebelumnya, saya tidak pernah melihat mereka turut berpartisipasi. Kami menjelaskan dan menunjukkan jalan. Meski ini hanya hal kecil, tetapi bermanfaat bagi orang lain. Yang terpenting adalah niat yang diikuti tindakan nyata.
“Hari ini, setelah mendengar banyak kisah, saya baru tahu Tzu Chi banyak bersumbangsih. Kelak, saya akan terus mendukung Tzu Chi. Ternyata, di dunia ini masih ada orang yang begitu menderita. Sebelumnya, saya tidak pernah memikirkannya. Sekarang, saya baru menyadari bahwa saya begitu beruntung. Saya sungguh merasa bahwa saya tidak bisa tidak mengemban misi Tzu Chi. Jadi, saya bergabung menjadi relawan Tzu Chi,” kata Kazumi Nakayama, seorang relawan.
Setiap kali, insan Tzu Chi Jepang selalu berkata, “Jika suami saya mengizinkan saya keluar, maka saya sudah sangat bersyukur dan berpuas diri.” Namun, kini saya melihat bahwa para suami mulai turut berpartisipasi. Mereka bukan hanya mendukung sang istri, tetapi juga bersama-sama melakukan survei kasus dan bersumbangsih dalam barisan relawan. Mereka juga menjadi relawan dokumentasi.
Ini sungguh tidak mudah dan membuat orang kagum melihatnya. Saya sangat tersentuh. Setelah turut bersumbangsih, mereka mendapati bahwa semua manusia setara. Mereka juga melihat orang-orang yang menderita. Dengan memberikan bantuan, mereka merasa sangat gembira. Karena itu, mereka bersedia bersumbangsih.
Kita juga melihat seorang laki-laki dari Jepang yang telah datang ke Taiwan belasan tahun dan telah memperoleh gelar akademis. Saat itu, dia menderita selulitis yang sangat serius. Beruntung, dia dirawat di rumah sakit kita yang penuh dengan cinta kasih yang setara. Meski dia tidak memiliki kerabat di Taiwan, tetapi ada tenaga medis dan relawan kita yang mendukung, membantu, dan merawatnya bagai kerabat sendiri.
Kemudian, karena masalah izin tinggalnya, dia harus pulang ke Jepang. Karena itu, kita membantu mengurus segalanya, termasuk biaya untuk pulang ke Jepang. Kita bukan hanya membantunya pulang ke Jepang, tetapi juga menghubungi insan Tzu Chi Jepang agar mereka dapat mengambil alih kasus ini. Di rumahnya masih ada ibunya yang telah berusia 80 tahun. Kini ibu dan anak ini tinggal bersama dan bisa menerima bantuan dari insan Tzu Chi.
“Saat saya berada di Taiwan, insan Tzu Chi menyarankan saya untuk pulang ke Jepang. Awalnya, saya mengira bahwa mereka akan menyerah pada saya. Setelah pulang ke Jepang, saya bisa bertemu dengan ibu saya setiap hari sehingga emosi saya lebih stabil. Sekarang saya mengerti mengapa saat itu mereka menyarankan saya untuk pulang ke Jepang,” kata Masunori Iwamura, seorang penerima bantuan Tzu Chi.
“Selama ini, insan Tzu Chi terus mendampingi dan menyemangati saya. Mereka bukan hanya memberi bantuan finansial, tetapi juga memberi dukungan spiritual. Kursi roda yang ada di rumah saya juga diberikan oleh RS Tzu Chi Taiwan,” lanjutnya.
Kasus ini merupakan kasus lintas negara. Relawan kita di Taiwan dan Jepang melakukan estafet cinta kasih. Kita memberikan bantuan jangka panjang padanya. Kita berharap dia bisa lekas sembuh.
“Saya berharap bisa segera menjadi relawan. Dengan sumbangsih kecil, saya juga bisa membalas budi masyarakat. Terima kasih,” ujar Masunori Iwamura.
Cinta kasih insan Tzu Chi tidak terbatas oleh perbatasan negara. Setiap relawan bertekad untuk tulus, benar, yakin, dan bersungguh-sungguh. Dengan ketulusan, kita bisa menyelamatkan semua makhluk. Dengan kebenaran, kita bisa memutus noda batin.
Dengan keyakinan, kita bisa mendalami dan menyerap Dharma ke dalam hati. Dengan kesungguhan, kita bisa melangkah dengan mantap untuk menjalankan Enam Paramita dan puluhan ribu praktik. Dengan demikian, berarti kita menapaki jalan menuju kebuddhaan. Jadi, kita tidak perlu memikirkan kapan kita akan mencapai kebuddhaan. Kita cukup menjalankan Enam Paramita dan puluhan ribu praktik.
Dengan adanya cinta kasih, kita bisa menciptakan kehangatan, harapan, dan kecemerlangan di dunia ini. Cinta kasih adalah kecemerlangan umat manusia. Bisa bersumbangsih adalah hal yang paling membanggakan. Sungguh, kita harus lebih bersungguh hati.
Memiliki hati yang bisa merangkul alam semesta dan menumbuhkan benih cinta kasih
Membangkitkan welas asih untuk bersumbangsih di tengah masyarakat
Insan Tzu Chi Taiwan dan Jepang melakukan estafet cinta kasih
Mempraktikkan Enam Paramita dengan tulus, benar, yakin, dan sungguh-sungguh
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 16 Maret 2017
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 18 Maret 2017