Ceramah Master Cheng Yen: Curahan Cinta Kasih dan Bantuan Berdatangan
“Kakak dari bagian apa? Bagian logistik? Apakah Kakak membantu di
bagian logistic karena terjadinya gempa bumi?”
“Ya,” jawab Liang Zhe-cheng, Relawan Tzu Chi wilayah utara.
“Kalian bukan relawan lokal Hualien?”
“Bukan, kami datang dari Taipei,” jawab kata Liang Zhe-cheng.
“Kami sangat bersukacita dapat datang bersumbangsih. Namun, ini
tetaplah sebuah bencana. Bagaimanapun, kami akan berusaha melakukan semuanya
dengan sebaik mungkin,” tambahnya.
“Saya memberi tahu suami saya bahwa suplai air
di banyak rumah terputus. Dia lalu memeriksanya dan mendapati bahwa banyak yang
membutuhkan toilet. Setelah pulang, dia lalu menulis di kardus dan
menggantungkannya, ujar Liu Cai-jie,
seorang warga.
“Kami masih bisa menggunakan air tanah,” kata kata Liang Zhe-cheng.
Di Hualien, semua orang merasakan kepiluan
akibat gempa bumi. Kita bisa melihat cinta kasih bermunculan. Kita juga bisa
melihat kesigapan staf dan relawan kita. Di tengah kekacauan, kita menenangkan
warga dengan cepat. Ini berkat cinta kasih yang tulus.
Kita juga mendengar seorang profesor kita yang
segera menenangkan hati mahasiswa-mahasiswi, lalu mengajak mereka terjun ke
lokasi bencana. Mereka adalah mahasiswa-mahasiswi jurusan komunikasi. Mereka
menggenggam kesempatan ini untuk belajar di lapangan. Kelak, setelah lulus, mereka
juga akan menjadi reporter. Dengan terjun ke lokasi bencana, mereka bisa
belajar melakukan peliputan. Beliau sangat bijaksana.
Sungguh, di berbagai bidang, kita perlu membina
insan berbakat. Tujuan misi pendidikan kita adalah membina insan berbakat di
berbagai bidang. Selama beberapa hari ini, misi kesehatan, pendidikan, dan
budaya humanis juga dijalankan dengan baik. Orang-orang bisa mengetahui bahwa
terjadi gempa bumi di Hualien, Taiwan.
Kita menggenggam waktu untuk menyiarkan berita
ini tanpa melebih-lebihkannya. Kita bertujuan untuk menenangkan hati manusia. Saya
bersyukur berkat siaran berita, kita bisa melihat ketulusan kasih sayang di
dunia yang tidak memandang perbedaan agama, ras, dan kewarganegaraan. Ketulusan
kasih saying bisa terlihat di momen seperti ini.
Kami sangat menyayangi kalian. Kami berharap bisa membantu kalian,
seperti kalian membantu kami. Terima kasih. kata Liang Zhe-cheng.
“Kali ini, sebuah tempat di Hualien yang sangat
dekat dengan kampung halaman batin Tzu Chi diguncang gempa bumi besar. Orang-orang
yang penuh cinta kasih di seluruh dunia sedang menggalang hati dan donasi. Mari
kita mencurahkan sedikit cinta kasih ke dalam celengan bambu,” kata Ci Li, relawan Tzu Chi.
Kita bisa melihat berbagai Negara di lima benua
yang pernah dijangkau insan Tzu Chi menunjukkan kepedulian mereka. Mereka juga
menunjukkan cinta kasih mereka terhadap Taiwan. Saya sangat tersentuh. Di
Afrika, banyak warga yang kekurangan. Meski sangat kekurangan, relawan kita
mengemban tanggung jawab untuk menolong orang kurang mampu. Meski para penerima
bantuan adalah orang kurang mampu, tetapi di momen seperti ini, mereka juga
menggenggam kesempatan untuk membalas budi Taiwan dan menunjukkan kepedulian terhadap
Taiwan.
Relawan kita membawa kotak amal mengunjungi wilayah
kurang mampu dan pusat rehabilitasi yang menerima bantuan kita untuk menggalang
donasi. Kita melihat sebagian warga kurang mampu yang jatuh sakit juga bersedia
untuk berdonasi. Mereka yang mengalami keterbatasan gerak meminta insan Tzu Chi
untuk mengeluarkan koin dari saku mereka, lalu meletakkannya di tangan mereka
sehingga mereka bisa memasukkannya ke dalam kotak amal meski harus bersusah
payah dengan tangan yang gemetar.
Meski hanya uang kecil, tetapi asalkan orang-orang
berdana secara langsung, itu sangat bermakna dan menyentuh bagi saya. Biasanya,
kita merasa tidak tega melihat kondisi mereka dan memberi bantuan pada mereka.
Kini, meski tetap kekurangan, mereka juga bersedia berdana secara langsung.
Dari sini bisa diketahui bahwa mereka menyerap Dharma ke dalam hati.
Dalam Sutra Ksitigarbha dikatakan bahwa dunia
ini penuh penderitaan. Manusia menciptakan banyak karma buruk sehingga hidup
menderita bagai di neraka. Saya berharap setiap orang dapat melapangkan hati,
menerima dengan sukarela, membina hati penuh cinta kasih, dan menggenggam
kesempatan untuk bersumbangsih. Inilah yang saya katakan sebelumnya dan mereka
telah mewujudkannya. Mereka bersedia bersumbangsih semampu mereka.
Kita juga melihat Meksiko yang diguncang gempa
bumi tanggal 19 September tahun lalu. Insan Tzu Chi dari 13 negara pergi ke
Meksiko untuk menyalurkan bantuan. Tim penyaluran bantuan Tzu Chi berada di
sana selama hampir 90 hari. Tim penyaluran bantuan Tzu Chi berada di sana
selama hampir 90 hari. Lewat interaksi dengan warga setempat, kita membimbing
mereka untuk melihat penderitaan serta menyadari dan kembali menciptakan
berkah. Warga setempat juga mengikuti pelatihan relawan dan mengenakan rompi
relawan untuk bersumbangsih.
Kali ini, mereka juga terjun ke jalan untuk
menggalang donasi bagi Taiwan. Pascagempa di Meksiko hingga sekarang, mereka
belum menerima bantuan dari pemerintah. Tidak peduli berapa banyak donasi yang
terhimpun, yang terpenting, mereka juga mampu menolong sesama. Inilah yang
disebut kesetaraan. Setiap orang memiliki cinta kasih dan kekuatan yang setara
untuk menolong sesama. Jika semua orang bisa saling membantu dan mengasihi, bukankah
dunia ini akan aman dan tenteram?
Warga Taiwan juga bersumbangsih. Para korban
gempa 21 September 1999 yang menerima bantuan dari Tzu Chi juga membangkitkan
niat baik. Di Nantou, banyak orang yang merupakan petani buah. Ada yang
bersumbangsih dengan uang, ada pula yang bersumbangsih dengan tenaga. Ini
karena mereka masih mengingat gempa tanggal 21 September 1999. Ada banyak kisah
menyentuh yang tidak habis untuk diceritakan.
Tahun Baru Masehi telah berlalu sebulan lebih
dan beberapa hari lagi sudah Tahun Baru Imlek. Untuk menyambut Tahun Baru
Imlek, kita harus memperbarui hati kita serta menghapus semua noda dan
kegelapan batin di masa lalu. Mulai sekarang, kita harus menggenggam waktu dan
kehidupan untuk menumbuhkan jiwa kebijaksanaan. Saya berharap kalian bisa
membina berkah sekaligus kebijaksanaan.
Saling membantu dan
mengasihi tanpa membeda-bedakan
Menjadi orang yang
kaya batinnya dengan berdana secara langsung
Menyadari berkah setelah melihat penderitaan dan
memperluas cinta kasih
Menciptakan siklus kebajikan dengan keindahan sifat
hakiki manusia
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 13 Februari 2018
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina