Ceramah Master Cheng Yen: Dipenuhi Berkah dengan Berempati pada yang Kelaparan


“Akibat pandemi, kerawanan pangan terus memburuk. Berdasarkan laporan terbaru dari FAO dan rekan-rekan lain, tahun lalu, sekitar 811 juta orang mengalami kelaparan dan kerawanan pangan,”
kata Qu Dongyu Direktur Jenderal FAO.

“Saya tidak bisa tidur di malam hari. Saya selalu memikirkan makanan apa yang bisa saya berikan pada anak saya,” kata warga.

Di negara miskin, makan sesuap nasi saja sangat sulit bagi orang-orang. Namun, orang-orang di negara makmur malah tidak memperhatikan masalah ini dan merasa bahwa semua itu tidak berkaitan dengan mereka. Orang-orang zaman sekarang menutup mata terhadap masalah ini.

Berkat kemajuan teknologi sekarang, kita bisa mengakses informasi dengan mudah. Dengan satu ketukan jari tangan, kita bisa melihat banyaknya orang yang menderita di seluruh dunia. Akan tetapi, jarang ada orang yang mencari tahu tentang penderitaan. Sebagian besar orang memilih untuk mencari hiburan atau kesenangan. Ada pula orang yang mencari makanan lezat dan rela mengeluarkan biaya besar untuk itu.

Distribusi pangan di dunia ini sangat tidak merata. Dalam keseharian, kita bisa melihat dan menikmati bahan pangan yang berlimpah. Kita bisa melihat di tengah masyarakat, banyak sisa makanan yang dibuang. Saya sungguh tidak sampai hati melihatnya.


Di antara populasi dunia yang hampir mencapai delapan miliar, lebih dari 800 juta orang mengalami kelaparan dalam jangka panjang. Dengan kata lain, di antara sepuluh orang, terdapat satu orang yang kelaparan dan berada di ambang kematian. Alangkah baiknya jika orang-orang dapat melihat penderitaan mereka dan mengurangi sedikit porsi makan. Akumulasi makanan yang disisihkan oleh sepuluh orang cukup untuk mengenyangkan perut satu orang.

Mengurangi sedikit porsi makan tidaklah sulit, bahkan bermanfaat bagi kesehatan kita. Zaman sekarang, orang-orang didera penyakit karena makan terlalu kenyang dan kelebihan gizi. Dokter sering mengingatkan orang-orang untuk mengurangi konsumsi minyak, garam, gula, dan nasi. Jadi, mengurangi porsi makan bermanfaat bagi kesehatan.

Selain itu, dengan mengurangi porsi makan kita, makanan yang disisihkan juga bisa mengenyangkan perut orang-orang yang kelaparan. Dengan memiliki pemikiran seperti ini, tidaklah sulit bagi kita untuk membantu orang-orang yang kelaparan agar mereka dapat hidup dengan aman dan tenang.

Jadi, untuk menjaga kesehatan kita, kita hendaknya mengembangkan cinta kasih. Dengan tidak menyia-nyiakan makanan, kita dapat mengenyangkan perut orang-orang yang kelaparan di seluruh dunia. Ini bergantung pada pola pikir kita. Dengan mengubah pola pikir kita, kita bisa membawa berkah bagi semua orang. Kita hendaklah mengimbau orang-orang untuk membangkitkan sebersit niat baik.


Saya sering berkata bahwa satu benih bisa bertumbuh menjadi tak terhingga. Janganlah kita meremehkan diri sendiri. Setiap orang mampu menolong sesama, bukan hanya orang berada. Kita tidak perlu menunggu kaya untuk berbuat baik. Asalkan berniat dan bersedia bersumbangsih, kita bisa mengajak orang-orang untuk menghimpun kekuatan bersama.

Dengan himpunan kekuatan dari banyak orang, kita bisa menolong banyak orang yang membutuhkan. Dengan mengetukkan jari tangan, kita mungkin bisa membawa manfaat besar bagi orang-orang yang membutuhkan. Asalkan kita bersedia, kita bisa menolong orang-orang yang menderita, mewujudkan keharmonisan masyarakat, dan membimbing orang-orang mengikis ketamakan serta menumbuhkan cinta kasih dan jiwa kebijaksanaan.

Buddha mengajari kita untuk memupuk berkah dan membina kebijaksanaan. Bagaimana kita memupuk berkah? Melihat penderitaan semua makhluk, kita merasa tidak sampai hati dan mengajak orang-orang untuk bersumbangsih. Berhubung kekuatan satu orang terbatas, kita pun mengajak orang-orang untuk bersumbangsih bersama.


Saat setiap orang menyisihkan sesuap nasi, akan terhimpun bermangkuk-mangkuk nasi untuk mengenyangkan perut banyak orang. Dengan membangkitkan cinta kasih, kita dapat memupuk berkah. Berkah berasal dari cinta kasih. Saat cinta kasih kita terbangkitkan, kita akan memiliki kekuatan untuk bersumbangsih. Jadi, menolong sesama tidaklah sulit.

Saat ini, sekitar sepersepuluh populasi dunia mengalami krisis pangan. Akan tetapi, sekitar sepertiga pangan dunia terbuang sia-sia. Jika sepertiga pangan dunia yang terbuang sia-sia ini dapat dihemat dan diberikan kepada sepersepuluh populasi dunia yang kelaparan, bukankah distribusi pangan akan merata dan semua orang dapat makan kenyang?

Jika orang-orang dapat mengubah pola pikir, dunia akan aman dan tenteram, semua orang dapat makan kenyang, serta masyarakat akan harmonis dan bahagia. Jadi, kita hendaklah mengimbau orang-orang untuk mengubah pola pikir. Dengan adanya pola pikir seperti ini, secara alami orang-orang akan mengerti untuk sedikit berhemat demi menolong sesama. Ini barulah orang yang dipenuhi berkah di dunia ini.    

Banyak orang yang kelaparan dan berada di ambang kematian
Berempati pada orang yang kelaparan dan memberikan bantuan
Bersumbangsih dengan menerapkan pola makan sehat
Mewujudkan dunia yang aman, tenteram, dan penuh berkah

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 21 Oktober 2021
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Devi
Ditayangkan tanggal 23 Oktober 2021
Bekerja untuk hidup sangatlah menderita; hidup untuk bekerja amatlah menyenangkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -