Ceramah Master Cheng Yen: Dokter Humanis Menyebarkan Cinta Kasih
Mengenai Konferensi Tahunan TIMA kali ini, saya sangat bersyukur atas kemajuan teknologi zaman sekarang. Meski kali ini para anggota TIMA tidak dapat kembali ke Hualien, tetapi dengan kesatuan hati dan tekad, semua orang tetap dapat berkumpul dalam jaringan. Semua orang tetap memiliki kesatuan hati dan tekad.
Saya sangat bersyukur.
Saya juga bernostalgia tentang dokter-dokter yang mendukung saya sejak saya berencana membangun rumah sakit. Kita memulai Tzu Chi dari misi amal. Lewat misi amal, kita melihat banyak orang yang jatuh sakit sekaligus hidup kekurangan.
Kekurangan dan penyakit bagaikan anak kembar yang tak terpisahkan.
Seiring menjalankan misi amal, saya semakin bisa merasakan penderitaan mereka. Karena itu, selain menolong warga kurang mampu, kita juga memberikan pengobatan gratis. Saya sangat bersyukur saat itu, ada banyak dokter yang memberi dukungan. Kepala RS Tseng Wen-ping, Kepala RS Tu Shih-mien, Kepala RS Yang Sze-piao, serta beberapa kepala dan wakil kepala RS Universitas Nasional Taiwan juga memberikan dukungan pada kita.
Kita memberikan pengobatan gratis di Hualien hingga Guangfu, Yuli, dan Taitung. Mereka juga pergi bersama kita. Semua orang bekerja sama dengan harmonis serta memiliki kesatuan hati dan tekad. Kini, semua itu merupakan nostalgia bagi saya.
Semua orang bersungguh hati menjalankan misi kesehatan Tzu Chi bersama. Sungguh, kenangan demi kenangan terus muncul di benak saya. Hati saya dipenuhi rasa syukur, tetapi juga sangat sedih. Alangkah baiknya jika manusia dapat hidup abadi. Namun, sesuai hukum alam, semua orang akan meninggal dunia pada waktunya.
Profesor Yang Sze-piao telah berusia 99 tahun pada tahun lalu. Saya ingat dengan jelas bahwa setiap kali akan masuk ke ruang pertemuan, beliau selalu melewati koridor dengan langkah yang mantap. Saya yang berada di dalam ruangan selalu melihat Profesor Yang Sze-piao berjalan masuk melewati koridor.
Jalinan kasih sayang antara guru dan murid ini sungguh sulit untuk dideskripsikan. Di penghujung hidup mereka, meski kondisi kesehatan mereka tidak baik, banyak murid saya yang mengunjungi saya dan meminta saya jangan mengkhawatirkan mereka. Kini beliau memang masih hidup, tetapi tidak dapat mengunjungi saya. Saya pun tidak dapat mengunjunginya.
Meski terpisah oleh jarak, tetapi hatinya sangat dekat dengan hati saya. Meski tidak bisa bertemu satu sama lain, kami semua memiliki cinta kasih berkesadaran. Kami pernah bertekad dan berikrar untuk bersatu hati menapaki jalan yang sama dengan tekad dan ikrar yang sama. Beliau tetap berpegang teguh pada tekad dan ikrar saat itu. Ini disebut semangat dedikasi. Semangat dedikasi beliau selalu ada bersama saya.
Saya juga teringat akan Wakil Kepala RS Lü Xiu-quan. Sejak lebih dari 20 tahun lalu, beliau dan dokter-dokter lainnya mengadakan baksos kesehatan di Filipina. Setiap kali, usai mengadakan baksos kesehatan, beliau menelepon saya untuk melaporkan berapa banyak pasien yang telah mendapat manfaat dari baksos penyakit dalam, mata, dan gigi pada hari itu.
Meski merupakan umat Katolik, Wakil Kepala RS Lü Xiu-quan juga menyatakan berguru pada saya. Beliau juga merupakan murid saya. Jadi, hubungan kami sangat dekat. Kepergiannya sungguh membuat saya kehilangan.
Di Filipina terdapat banyak dokter, seperti dr. Lu, dr. Ke, dan masih banyak dokter humanis lainnya, yang telah menciptakan berkah besar bagi pasien yang hidup kekurangan di Filipina.
Kita juga membahas tentang dr. Meza dari Paraguay. Beliau juga mengikuti Konferensi Tahunan TIMA selama bertahun-tahun tanpa terputus. Saat menderita penyakit yang sangat serius, beliau tetap kembali ke sini. Beliau berkata bahwa beliau tidak ingin meninggalkan saya dan ingin berada di sisi saya.
Dalam foto terakhir yang diambil sebelum dr. Meza meninggal dunia, wajahnya dihiasi senyuman. Senyumannya sangat indah dan beliau tetap sangat rupawan.
Selain itu, juga ada dr. Cai yang menggunakan ketulusannya untuk mengatasi keterbatasannya. Beliau juga berpartisipasi dalam baksos kesehatan di luar negeri dan wilayah pegunungan.
Mereka semua merupakan murid saya yang baik. Pada saat seperti ini, bayangan mereka selalu muncul di dalam benak saya. Di kehidupan sekarang, kami memiliki jalinan jodoh seperti ini. Saya yakin jalinan jodoh ini akan bertahan hingga kehidupan mendatang. Mereka pergi terlebih dahulu untuk menggantikan saya membentangkan jalan.
Belakangan ini, saya terus berkata bahwa kita harus membentangkan jalan bersama. Saya berharap semua orang dapat terus membentangkan jalan. Selama ini, saya terus membentangkan jalan dengan berbagi ajaran kebenaran.
Saya terus berkata bahwa di Tzu Chi, kita menapaki jalan yang dibentangkan dengan cinta kasih. Karena itulah, kini kita harus bersungguh-sungguh membentangkan jalan ini. Kita harus meratakan dan memperluas jalan ini.
Saat ini, membentangkan jalan sendiri tidaklah cukup. Kita harus mengajak orang-orang untuk membentangkan jalan bersama. Anggota TIMA membentangkan jalan dengan menjalankan misi kesehatan Tzu Chi. Semua insan Tzu Chi dapat bersama-sama membentangkan jalan cinta kasih di seluruh dunia.
Guru
dan murid memiliki kesatuan hati, tekad, dan ikrar
Semangat
dedikasi bertahan hingga selamanya
Dokter
humanis menyebarkan cinta kasih
Aliran
jernih misi amal Tzu Chi mengitari seluruh dunia
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 10 Oktober 2020