Ceramah Master Cheng Yen: Donor Sumsum Tulang Mengandung Dharma yang Dalam
Di atas panggung, donor sumsum tulang dan resipien bertemu dengan penuh sukacita. Kita melihat satu demi satu resipien yang nyawanya terselamatkan. Para donor mendedikasikan hidup mereka untuk menyelamatkan kehidupan orang lain. Saat berbuat demikian, hidup mereka juga mengalami perubahan. Contohnya Bapak Wu. Dia gemar merokok dan mengonsumsi minuman keras.
“Saya berulang kali mencoba berhenti merokok, tetapi selalu gagal,” kata Wu Wei-cheng.
“Dia meminum satu kardus bir setiap hari. Satu kardus berisi 24 kaleng. Dia minum bir seperti minum air. Saat saya memintanya berhenti minum minuman keras dan merokok, dia berkata, “Lebih baik saya mati saja,” kata istri Wu Wei-cheng.
“Berkat jalinan jodoh ini, saya bisa berhenti merokok dan minum minuman keras dengan mudah. Saya akhirnya berhasil berhenti merokok dan minum minuman keras. Sebelum menyelamatkan orang lain, saya menyelamatkan diri sendiri terlebih dahulu,” kata Wu Wei-cheng.
“Setelah menghilangkan kebiasaan buruk, berat badan Anda juga agak bertambah. Anda terlihat sangat berbeda dengan foto tadi,” kata seorang relawan Tzu Chi.
“Berat badannya bertambah 20 kilogram,” kata istri Wu Wei-cheng.
“Dua puluh kilogram? Hadirin sekalian, 20 kilogram bukan apa-apa. Setiap bulan, dia bahkan bisa menghemat 15.000 dolar NT karena tidak perlu membeli rokok, minuman keras, dan buah pinang lagi, benar tidak?,” kata relawan.
“Kami bahkan memperoleh sebuah mobil,” kata istri Wu Wei-cheng.
“Memperoleh sebuah mobil? Mengapa?” tanya relawan.
“Tiga tahun setelah dia berhenti merokok dan minum, kami bisa membeli sebuah mobil,” kata istri Wu Wei-cheng.
“Uang yang dihemat selama tiga tahun berhenti merokok dan minum minuman keras digunakan untuk membeli sebuah mobil. Pernahkah Anda membayangkan seperti apa orang yang menerima sumsum tulang Anda?” tanya relawan.
“Saya tidak berani membayangkannya. Saya begitu banyak minum minuman keras dan merokok, apa sumsum tulang saya masih bisa digunakan? Apakah sumsum tulang saya bermanfaat?,” tanya Wu Wei-cheng.
“Ya, sangat bermanfaat. Berkat Anda, hidup saya dan keluarga saya kembali memiliki harapan. Saya sungguh sangat berterima kasih. Entah bagaimana berterima kasih padamu. Saya hanya bisa berkata, “Terima kasih, “ kata Li Jing-tian seorang resipien.
Setelah tahu bahwa sumsum tulangnya cocok, dia bisa berhenti dari kebiasaan buruknya. Saat bertemu dengan resipiennya, dia bertanya, “Apakah sumsum tulang saya bermanfaat?” Siapakah resipien tersebut? Dia adalah seorang guru yang membina insan berbakat. Selama bertahun-tahun, dia berjuang antara hidup dan mati. Kebetulan sekali, sumsum tulang calon donor yang bertekad untuk berhenti dari kebiasaan buruknya cocok dengannya.
Kini, setelah beberapa tahun, kesehatannya telah pulih. Dia juga mendidik murid-muridnya dengan baik. Dengan lulusnya satu demi satu angkatan, dia telah mendidik banyak murid. Ini sungguh mengagumkan. Kali ini, juga hadir seorang dokter. Dia merupakan kepala divisi hematologi dan onkologi dari sebuah RS.
“Ini adalah ketiga atau keempat kalinya saya mengikuti acara ini. Jika pasien saya hadir, saya pasti akan hadir. Saya hadir karena beberapa alasan. Saya telah menjalankan transplantasi sumsum tulang sekitar 20 tahun. Saya pertama kali melakukannya di Kaohsiung Veterans General Hospital. Saat itu, Tzu Chi belum memiliki bank data sumsum tulang. Jadi, saat itu saya tidak berkesempatan untuk bertemu dengan donor sumsum tulang,” kata Guru Li Jing-tian yang menderita anemia aplastik.
“Setelah itu, dalam 20 tahun ini, saya telah menjalankan banyak transplantasi berkat data sumsum tulang Tzu Chi, tetapi tetap tidak berkesempatan untuk bertemu dengan donor sumsum tulang dan berterima kasih pada mereka. Karena itu, saya harus menghadiri acara ini untuk berterima kasih kepada Tzu Chi yang mendirikan bank data sumsum tulang di Taiwan. Kemudian, saya juga berterima kasih kepada para donor. Berkat kalian, kami para dokter berkesempatan untuk menyelamatkan pasien dengan sumsum tulang kalian,” lanjutnya.
Selain itu, juga ada resipien dari AS. Ada pula seorang resipien dari Suzhou, Tiongkok yang hadir bersama putrinya.
“Paman, terima kasih. Berkat Paman, saya tidak kehilangan ibu saya. Darah Paman mengalir di dalam tubuh ibu saya. Paman bagai paman kandung saya. Terima kasih,” kata keluarga pasien.
Anak perempuan ini sangat bersyukur. Berkat sang
paman yang menyelamatkan nyawa ibunya, kini dia tidak akan kehilangan ibunya. Saya
sungguh sangat bersyukur. Momen itu sangat menyentuh. Setiap kisah yang
dibagikan di atas panggung membuat hadirin meneteskan air mata. Inilah cinta
kasih yang tulus.
Jika saat itu Tzu Chi tidak bersiteguh, kini
tidak akan ada bank data sumsum tulang di Taiwan. Selain itu, kita juga
memiliki lebih dari seribu relawan yang menginspirasi donor sumsum tulang. Terkadang,
ditemukan sumsum tulang yang cocok setelah bertahun-tahun, tetapi calon donor
telah pindah rumah. Meski demikian, relawan kita akan menemukannya.
Terkadang, keluarga calon donor tidak setuju. Karena
itu, kita harus berusaha untuk meyakinkan dan menyentuh hati mereka. Terkadang,
satu kasus menghabiskan waktu selama setahun penuh. Insan Tzu Chi merogoh kocek
sendiri untuk mencurahkan perhatian kepada para donor. Selain itu, tim medis
kita juga perlu melakukan pemeriksaan dan sebagainya dalam jangka panjang.
Para relawan kita tidak menyerah dan terus
menginspirasi para calon donor hingga mereka tersentuh dan bersedia
menyumbangkan sumsum tulang. Relawan kita memperhatikan, menginspirasi, dan
mendampingi mereka. Kisah yang menyentuh sangatlah banyak. Di balik kisah-kisah
ini, terdapat ketulusan. Kita hidup di zaman dengan teknologi medis yang sangat
canggih.
Meski tidak semua insan Tzu Chi menjadi dokter, tetapi
mereka selalu berada di sekeliling dokter kita dengan berpegang pada semangat dan filosofi ajaran Buddha. Relawan
kita selalu mempraktikkan Dharma untuk menyelamatkan semua makhluk serta
membangkitkan cinta kasih dan jiwa kebijaksanaan.
“Saya bersyukur kepada Master yang mendirikan
Tzu Chi. Saya bersyukur kepada para relawan Tzu Chi yang mendirikan bank data
sumsum tulang. Saya bersyukur bisa bertemu dengan penyelamat saya lewat bank
data sumsum tulang Tzu Chi. Saya rasa, cara terbaik untuk membalas budi adalah
menjaga kesehatan diri sendiri dengan baik agar bisa menyebarkan cinta kasih. Sebelumnya,
saat diopname, dokter berkata, “Kita harus siap menghadapi kemungkinan
terburuk. Kamu mungkin tidak bisa pulang lagi,” kata dr. Ye Shi-peng
Kepala divisi hematologi dan onkologi RS China Medical University.
“Di atas ranjang pasien, saya berikrar, “Jika
saya bisa keluar dari rumah sakit, saya pasti akan menjadi relawan Tzu Chi.” Pada
akhir tahun lalu, saya telah dilantik. Terima kasih telah menyelamatkan saya dari
ambang kematian. Terima kasih. Saya akan mengembangkan cinta kasih dan nilai
hidup saya semaksimal mungkin. Saya sudah lama tidak memotong rambut saya. Sejak
menjalani operasi otak pada tahun 2014, saya tidak memotong rambut saya karena
ingin menyumbangkannya,” lanjutnya.
Menyumbangkan rambut untuk menolong penderita
kanker lainnya. Sebagai seorang resipien, kini dia turut menginspirasi donor
sumsum tulang. Kita menumbuhkan jiwa kebijaksanaan resipien dan membimbing
mereka menapaki Jalan Bodhisatwa.
Masih
ada banyak pasien yang menanti sumsum tulang yang cocok. Terima kasih atas
cinta kasih kalian. Saya mewakili para pasien yang menanti mengucapkan terima
kasih pada kalian,” kata Huang Cai-ti, seorang resipien.
Kita harus yakin pada lingkaran cinta kasih. Dharma
harus disesuaikan dengan perkembangan zaman. Pada zaman Buddha, Buddha berkata
bahwa kepala, mata, sumsum tulang, dan otak, semuanya bisa disumbangkan. Karena
itulah, saya bersiteguh di jalan ini. Kepala, mata, sumsum tulang, dan otak, semuanya
bisa disumbangkan.
Dengan teknologi zaman sekarang, transplantasi
organ tubuh ataupun sumsum tulang bisa dilakukan. Kita selalu yakin pada ajaran
Buddha. Tzu Chi bisa berjalan sejauh ini berkat jerih payah dan sumbangsih
insan Tzu Chi. Acara di Aula Jing Si Kaohsiung ini sungguh sangat menyentuh. Bisa
memperoleh pencapaian seperti ini, jerih payah kita tidak sia-sia.
Hingga kini, bank data sumsum tulang kita bank
data sumsum tulang kita telah membawa manfaat bagi pasien di 31 negara. Inilah
yang saya dengar dalam laporan relawan kita. Singkat kata, mari kita sebarkan kekuatan
cinta kasih lewat donor sumsum tulang.
Menjalin jodoh dengan donor sumsum tulang dan yakin terhadap
ajaran Buddha
Tidak takut bersusah payah untuk menginspirasi
donor sumsum tulang
Bertekad menghilangkan tabiat buruk demi menjadi
donor sumsum tulang
Resipien sumsum tulang membalas budi dengan
menyebarkan cinta kasih
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 18 Oktober 2017
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 20 Oktober 2017