Ceramah Master Cheng Yen: Dunia adalah Ladang Pelatihan Bodhisatwa

Wabah COVID-19 membawa dampak bagi ekonomi Amerika Serikat. Banyak keluarga yang terkena dampaknya. Saya rasa, Huntington Park sungguh membutuhkan bantuan kalian,” kata Manuel Manny Avila Wali Kota Huntington Park.

“Sekitar 20 hingga 30 polisi digerakkan untuk membantu kita melakukan persiapan dan menjaga keamanan. Mereka bahkan membantu merencanakan rute dan menyarankan bagaimana melakukannya. Sekolah menengah di sebelah juga dibuka sehingga mobil-mobil bisa berputar di dalam dan tidak mengganggu warga sekitar,” kata Huang Han-kui Wakil ketua Tzu Chi Amerika Serikat.

Kita harus tahu bahwa Jalan Bodhisatwa tak lepas dari welas asih dan kebijaksanaan. Jalinan jodoh yang mendatangkan Bodhisatwa ialah semua makhluk yang menderita. Jalinan jodoh ini dilandasi oleh cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin. Inilah jalinan jodoh antara Bodhisatwa dan semua makhluk.

Banyak makhluk yang menderita di dunia ini semakin menderita karena kondisi dunia yang tidak biasa. Di tengah kondisi seperti ini, tanggung jawab Bodhisatwa semakin luas dan banyak. Karena itulah, saya sering berkata bahwa kita harus merekrut Bodhisatwa dunia.

Dari bab Guru Dharma dalam Sutra Teratai, Buddha secara jelas merekrut Bodhisatwa dunia. Buddha memberi tahu kita untuk mempraktikkan Enam Paramita. Makhluk hidup di dunia ini memiliki puluhan ribu jenis kemampuan dan sangat sulit untuk dibimbing. Karena itu, Bodhisatwa harus bertekad untuk bersumbangsih sesuai kemampuan masing-masing makhluk hidup.

 

Selain mempraktikkan Enam Paramita, Bodhisatwa juga harus menjalankan puluhan ribu praktik. Jadi, Enam Paramita dan puluhan ribu praktik harus dijalankan oleh Bodhisatwa untuk membina kebijaksanaan. Kebijaksanaan dan welas asih merupakan dua keluhuran yang harus dimiliki oleh Buddha dan Bodhisatwa. Selain membangkitkan hakikat kebuddhaan, kita juga harus bersumbangsih untuk membina keluhuran. Tanpa memperhatikan semua makhluk, tidak ada yang bisa mencapai kebuddhaan.

Jadi, dunia ini merupakan ladang pelatihan bagi Bodhisatwa. Dengan menghadapi berbagai hal di dunia, Bodhisatwa bisa menyempurnakan semangat Bodhisatwa mereka dan mempersiapkan diri menjadi Buddha. Membawa manfaat bagi orang lain berarti membawa manfaat bagi diri sendiri.

Setelah membangun tekad dan ikrar agung serta menerima ajaran Buddha, kita harus bersumbangsih sesuai ikrar kita. Jadi, kita harus memiliki keluhuran Buddha dan Bodhisatwa.

Welas asih dan kebijaksanaan adalah dua keluhuran yang harus dimiliki oleh Buddha dan Bodhisatwa. Kita harus memiliki kebijaksanaan dan hati yang murni. Dengan adanya kebijaksanaan, hati yang murni tidak akan ternoda saat kita terjun ke tengah masyarakat. Ini harus dimiliki oleh Buddha dan Bodhisatwa.

Bodhisatwa selalu bersumbangsih di tengah masyarakat. Kita menempa diri di tengah masyarakat untuk membawa manfaat bagi diri sendiri. Saat membawa manfaat bagi orang lain, sesungguhnya kita sedang menempa diri. Jadi, kita membawa manfaat bagi diri sendiri sekaligus orang lain.

 

Dengan kata lain, kita bersumbangsih demi pelatihan diri kita, juga demi terjun ke tengah masyarakat untuk menyelamatkan semua makhluk yang menderita. Ini membutuhkan kebijaksanaan. Jadi, kita harus membina welas asih dan kebijaksanaan di dunia.

Kita membina kebijaksanaan demi mencapai Bodhi dan membawa manfaat bagi diri sendiri. Sebagai Bodhisatwa dunia, kita masih belajar. Kita sedang berusaha untuk mencapai kebuddhaan karena Dharma sangatlah mendalam. Setelah memahami Dharma, apa yang harus kita lakukan? Kita harus mempraktikkannya.

Janganlah takut bekerja keras. Saat ada misi yang perlu dijalankan, mari kita menjalankannya. Para Buddha tidak takut bekerja keras dan berulang kali datang ke dunia ini. Di tengah kondisi seperti apa pun, para Buddha selalu memilih untuk mengorbankan diri sendiri. Siapa lagi yang bisa berbuat demikian?

Saat ada tugas yang membutuhkan kerja keras, kita selalu terlebih dahulu menawarkan diri. Kita juga bisa disebut sebagai Bodhisatwa karena tidak takut bekerja keras dan selalu bergerak lebih cepat dari orang lain. Inilah yang disebut tidak takut bekerja keras. Saat orang lain tidak bisa melakukannya, kita berhasil melakukannya. Ini untuk membawa manfaat bagi diri sendiri. Bagaimana dengan welas asih?


Kita membina welas asih untuk membimbing semua makhluk. Saat ada makhluk yang menderita atau mengalami kesulitan, kita tidak tega melihatnya. Kita turut merasakan kepedihan dan penderitaan mereka. Saat makhluk lain terluka dan menderita, bagaimana bisa kita duduk diam? Kita segera memberikan bantuan dan dukungan.

Saat memberikan bantuan, kita tidak tega melihat kondisi mereka. Dengan perasaan senasib dan sepenanggungan, kita tidak tega melihat mereka menderita. Jadi, untuk membawa manfaat bagi orang lain, kita harus membimbing semua makhluk dengan welas asih.

Kesulitan semua makhluk juga merupakan kesulitan kita. Saat kesulitan kita belum teratasi, bagaimana mungkin kita memikirkan kepentingan pribadi?

Jadi, saat kita memandang kesulitan semua makhluk sebagai kesulitan kita, bagaimana bisa kita memikirkan kepentingan pribadi? Kita harus terlebih dahulu mengatasi kesulitan semua makhluk dan memperbaiki kondisi kehidupan mereka agar mereka dapat hidup aman di dunia ini. Inilah ikrar agung Bodhisatwa yang datang ke dunia ini.

Jalan Bodhisatwa dilandasi oleh cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin
Menjangkau semua makhluk yang menderita dan mempraktikkan Enam Paramita
Berusaha mencapai Bodhi dan menjaga kemurnian hati
Membangun ikrar agung untuk hanya membawa manfaat bagi orang lain

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 19 Juni 2020     
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Stella
Ditayangkan tanggal 21 Juni 2020
Orang yang memahami cinta kasih dan rasa syukur akan memiliki hubungan terbaik dengan sesamanya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -