Ceramah Master Cheng Yen: Empat Aktivitas untuk Meredam Bencana dan Memupuk Berkah

Kita melihat pembagian bantuan di Filipina. Sebelum pembagian bantuan diadakan, lewat telekonferensi, saya memberi tahu Alfredo Li, Henry Yunez, dan relawan lainnya, “Yang terpenting dalam pembagian bantuan ialah menjaga jarak aman satu sama lain. Pikirkanlah cara agar orang-orang tidak berkerumun dan bisa tetap menjaga jarak aman selama pembagian bantuan.” Ini sangatlah sulit. Namun, mereka telah memenuhi permintaan saya yang sulit ini. Saya sangat kagum pada mereka.

Mereka memastikan para penerima bantuan saling menjaga jarak sejauh 1,5 meter. Mereka juga menyusun kursi karena khawatir para penerima bantuan akan lelah jika berdiri terlalu lama. Mereka menyusun kursi seperti itu agar orang-orang yang akan menerima beras dapat duduk menunggu dalam jarak aman.

Saat mengantre untuk mengambil beras, orang-orang juga menjaga jarak satu sama lain. Setelah satu orang maju selangkah, barulah orang-orang di belakangnya ikut maju dengan tetap menjaga jarak. Mereka menerima beras dengan tertib. Kita bisa melihat sebuah truk besar yang penuh dengan beras dan para penerima bantuan maju satu per satu untuk mengambil beras sesuai jarak aman yang ditentukan. Ini sungguh menyentuh.


Sesungguhnya, beberapa hari itu, di Filipina juga terjadi pergolakan kecil karena banyak orang yang kehilangan pekerjaan akibat wabah COVID-19. Saya sangat khawatir. Saya mendengar bahwa banyak orang yang panik. Kelangsungan hidup mereka terganggu karena kehilangan pekerjaan dan kekurangan sehingga mulai terjadi pergolakan masyarakat.

Saya juga mengkhawatirkan keamanan dalam pembagian bantuan kali ini. Namun, kita sudah melihat bahwa pembagian bantuan berjalan lancar. Semua orang memiliki hakikat yang murni. Mereka datang mengambil beras bantuan dengan tertib dan bersyukur atas sumbangsih penuh cinta kasih relawan kita. Mereka menerima beras bantuan dengan penuh rasa syukur dan tertib.

Sebelum mereka menerima beras, relawan kita terlebih dahulu menyemprotkan alkohol pada tangan mereka agar mereka dapat membersihkan tangan. Kemudian, mereka mengambil beras dengan menunjukkan kupon yang dibagikan. Mereka mengikuti setiap langkah dan tetap menjaga jarak aman. Saya sungguh sangat tersentuh.


“Maju, maju. Berhenti.”

“Ibu saya jatuh sakit dan kami tidak bisa bekerja. Beras ini sungguh sangat penting bagi keluarga kami,” kata penerima bantuan di Quezon, Filipina.

“Di saat seperti ini, saya sungguh sangat terharu. Para relawan ini bersumbangsih tanpa pamrih. Saya berterima kasih dari lubuk hati saya,” kata penerima bantuan lainnya.

“Sejak Pulau Luzon ditutup, mobilitas kami dibatasi. Dengan adanya beras ini, saya bisa diam di rumah dengan tenang. Keluarga saya tidak akan kelaparan ataupun terjangkit virus,” kata penerima bantuan yang lainnya menambahkan.

Relawan kita akan membagikan lebih dari 70.000 karung beras. Demikianlah kita menenteramkan kehidupan orang kurang mampu. Kita membagikan beras pada mereka sebelum mereka kelaparan dan menenteramkan hati mereka agar mereka tahu bahwa masyarakat penuh dengan cinta kasih. Dengan menenteramkan hati mereka, kita juga membawa ketenteraman bagi masyarakat.

Sebelum pembagian bantuan dimulai, relawan kita juga membimbing orang-orang untuk berdoa. Kini, untuk meredam bencana yakni wabah kali ini, satu-satunya cara ialah dengan membangkitkan ketulusan dan meningkatkan kesempatan untuk menciptakan berkah. Baik dengan uang maupun tenaga, semua orang hendaknya saling membantu dan mengasihi serta menghimpun kekuatan cinta kasih. Bagi relawan yang tidak bisa berpartisipasi secara langsung dalam pembagian bantuan, saya berharap kalian dapat memanfaatkan kecanggihan teknologi untuk menginspirasi orang-orang lewat telekonferensi.

Belakangan ini, telekonferensi dengan para relawan telah meringankan tekanan batin saya. Setiap hari, saya bisa melakukan telekonferensi dengan relawan dari puluhan negara. Saya melihat banyak relawan yang sedang berada di rumah mereka. Saya tidak pernah berkunjung ke rumah relawan, tetapi kali ini, saya telah “berkunjung” ke rumah para relawan kita. Mereka semua memberi tahu saya bahwa mereka telah menggalakkan vegetarisme. Jadi, saya ingin mengingatkan kalian bahwa kita harus berdoa dengan tulus.


Setiap hari, kita harus berdoa bersama dalam jaringan demi ketenteraman dunia. Tidak peduli menganut agama apa, semua orang hendaknya berdoa dengan tulus demi meredam bencana. Untuk meredam bencana, manusia harus berhenti membunuh hewan. Untuk memupuk berkah, kita harus bervegetaris. Jadi, kita harus berhenti membunuh hewan untuk meredam bencana dan bervegetaris untuk memupuk berkah.

Kita harus menghormati dan mengasihi satu sama lain. Antarsesama manusia hendaknya saling menghormati dan mengasihi. Kita juga hendaknya mengasihi hewan. Ini disebut aktivitas pengasihan. Kita juga harus menjalankan aktivitas penaklukan. Kita harus menaklukkan noda batin dan ketamakan kita. Jadi, kita harus menjalankan empat aktivitas ini.

Pertama, kita harus berdoa dengan tulus demi meredam bencana.

Yang kedua adalah peningkatan berkah. Untuk meredam bencana, kita harus memupuk lebih banyak berkah.

Yang ketiga adalah pengasihan. Kita harus saling menghormati dan mengasihi dengan rasa syukur. Kita juga harus mengasihi, menghormati, dan melindungi hewan.

Yang keempat adalah penaklukan ketamakan dan nafsu keinginan diri sendiri.

Saya berharap semua orang dapat menjalankan empat aktivitas ini. Jika bisa demikian, barulah kita bisa berdoa dan memupuk berkah untuk meredam bencana. Mari kita bersungguh hati dan mengerahkan cinta kasih.

Berdoa dengan tulus demi meredam bencana
Berhenti membunuh hewan dan bervegetaris demi memupuk berkah
Menghormati dan mengasihi semua makhluk
Menaklukkan nafsu keinginan dan berbuat baik bersama

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 08 April 2020    
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Stella
Ditayangkan tanggal 10 April 2020
Kita harus bisa bersikap rendah hati, namun jangan sampai meremehkan diri sendiri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -