Ceramah Master Cheng Yen: Giat Membentangkan dan Menapaki Jalan Bodhisatwa
Para relawan senior Tzu Chi membuka jalan dan relawan junior membentangkan jalan. Para relawan senior selalu menyerap ajaran saya dan membuka jalan. Mereka sepenuh hati membuka jalan ini. Karena telah mengetahui arah yang benar, maka meski perjalanannya penuh rintangan, mereka tetap harus berusaha mencapai tujuan.
Bagai dilanda kekeringan di dataran tinggi, mereka harus bersusah payah menggali sumur hingga menemukan sumber air. Dengan semangat seperti inilah, para relawan senior kita membentangkan jalan yang rata agar generasi penerus mereka dapat menapaki jalan kebenaran dengan mantap.
Selama beberapa hari ini, saya mengulas tentang sejarah Tzu Chi. Hal yang saya syukuri sangat banyak. Seiring berlalunya waktu, manusia juga perlahan-lahan mengalami perubahan. Demikianlah hukum alam. Ini adalah siklus yang alami. Bukan hanya waktu yang terus berlalu, tubuh kita juga mengalami metabolism dan kita perlahan-lahan menua. Namun, kita bisa melihat relawan berusia 100 tahun lebih yang tidak menyerah pada usia.
Tahun ini, dalam Pemberkahan Akhir Tahun, Relawan Wang Cheng-zhi hadir dan menerima angpau dari saya. Dia berdiri di hadapan saya dan berkata, “Master, saya menabung dua kali 50 tahun. Tahun ini saya baru berusia empat tahun.”
Meski sudah berusia 104 tahun, dia bisa berkeliling Taiwan untuk mengunjungi para donaturnya. Waktu meninggalkan tanda pada tubuhnya, juga menumbuhkan semangat, ikrar, dan jiwa kebijaksanaannya. Sungguh, karena mengemban misi Tzu Chi, hidupnya menjadi lebih bermakna. Da Ai TV juga mengangkat kisahnya ke dalam drama Da Ai. Tahun ini, dia telah berusia 104 tahun. Namun, dia tetap giat bersumbangsih. Inilah salah satu sejarah Tzu Chi.
Kini, setiap insan Tzu Chi perlu mengetahui dan menyebarluaskan sejarah Tzu Chi. Sebelumnya, kita mencetak majalah setiap bulan. Para relawan kita menyalurkan majalah bulanan ke rumah penerima bantuan dan donatur agar mereka bisa membacanya dan lebih memahami Tzu Chi. Kini, majalah kita semakin tersebar luas. Demi menjaga kelestarian lingkungan dan mengurangi penggunaan kertas, kita memanfaatkan kecanggihan teknologi. Jadi, bukan hanya insan Tzu Chi, semua orang bisa membacanya dan lebih mengenal Tzu Chi.
Contohnya gempa bumi di Hualien. Pascagempa, kita segera bergerak. Tengah malam, begitu terjadi gempa bumi, tidak ada satu orang pun yang tidur, semuanya langsung bergerak. Bukan hanya para dokter dan para bhiksuni di Griya Jing Si, para relawan Tzu Chi juga segera bergerak. Meski rumah mereka juga berantakan akibat guncangan gempa, tetapi pikiran pertama mereka adalah mengenakan seragam relawan dan pergi ke luar untuk memberi bantuan.
Kita juga segera menyiapkan sarapan karena beberapa hari itu, cuaca sangat dingin. Para dokter yang berada di rumah juga bergegas menuju rumah sakit dan bersiaga di UGD. Demikianlah kita memulai penyaluran bantuan darurat.
Keesokan paginya, saya pergi ke luar untuk meninjau kondisi bencana. Melihat bangunan-bangunan di jalan, saya yang duduk di dalam mobil sangat bersyukur. Mengapa saya bersyukur? Karena banyak bangunan tua yang tidak mengalami kerusakan. Saya sangat bersyukur. Sepanjang jalan menuju perkotaan, saya terus mengucap syukur. Tidak ada kata lain yang saya ucapkan.
Saat mobil tiba di wilayah perkotaan, pemandangan yang terlihat sungguh menyedihkan. Sejak hari itu, selama 8 hari berturut-turut, insan Tzu Chi dari wilayah selatan, utara, dan tengah Taiwan pergi ke Hualien untuk memberikan bantuan darurat. Di tempat penampungan, insan Tzu Chi juga menyiapkan tempat tidur lipat dan menjaga kebersihan toilet.
Relawan dari seluruh Taiwan datang ke Hualien untuk bersumbangsih. Para relawan daur ulang juga mengumpulkan barang daur ulang sambil memberikan imbauan. Di Aula Jing Si Hualien, kita juga mengadakan konser untuk berdoa bagi para korban bencana. Dalam konser itu, saya berkata kepada para korban bencana, “Pulanglah ke rumah dengan tenang.”
Lewat contoh ini, kita bisa mengetahui bahwa para insan Tzu Chi bisa mendedikasikan diri seperti ini karena tengah menapaki jalan kebenaran. Para relawan senior membuka jalan dan relawan junior membentangkan jalan. Apakah ada orang yang akan terus membentangkan jalan ini? Setengah abad telah berlalu. Sungguh, kini saya sangat khawatir apakah ada orang yang akan terus membentangkan jalan. Jika kini kita tidak membentangkan jalan, maka generasi penerus kita akan kehilangan arah. Ini sangat mengkhawatirkan.
Jika kita tidak membentangkan jalan, maka generasi penerus kita tidak bisa menapaki jalan ini. Karena itu, kita harus mewariskan ajaran Jing Si. Untuk mewariskan ajaran Jing Si, kita harus memahami sejarah Tzu Chi. Kita harus menyebarkan sejarah Tzu Chi agar orang-orang bisa memahaminya. Untuk itu, kita harus membentangkan jalan. Jika kita tidak membentangkan jalan, maka generasi penerus kita tidak akan bisa menapaki jalan ini. Jika tidak bisa menapaki jalan kebenaran, mereka akan kehilangan arah. Jadi, kalian harus mengingatnya.
Memiliki arah tujuan yang benar dan terus membentangkan jalan
Memahami sejarah Tzu Chi dan mewariskan ajaran Jing Si
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 30 Mei 2018
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Li Lie