Ceramah Master Cheng Yen: Giat Mempraktikkan Enam Paramita dan Puluhan Ribu Praktik
“Anda berkeliling ke sini setiap malam?” tanya relawan Tzu Chi
“Ya.” Jawab Hong Qionglan relawan Tzu Chi.
“Anda berkeliling sampai lantai berapa?” tanya relawan Tzu Chi lagi
“Di sini sampai lantai 6. Di sana sampai lantai 18, dari lantai 8 sampai lantai 18,” Jawab Hong Qionglan.
“Saat ada yang mengira bahwa dia melakukannya demi menghasilkan uang, saya menjelaskan bahwa dia sedang berdana,” kata Yang Xiuyu relawan daur ulang.
“Jika ada barang daur ulang, saya tidak takut jauh. Sering kali, saat sedang makan, saya menerima panggilan untuk mengumpulkan barang daur ulang. Lalu, saya akan langsung pergi untuk mengumpulkan barang daur ulang, baru makan lagi setelah pulang,” pungkas Hong Qionglan.
Bodhisatwa menjalankan Enam Paramita lewat puluhan ribu praktik. Dengan Enam Paramita, kita dapat menjalankan puluhan ribu praktik karena Enam Paramita mengandung banyak prinsip kebenaran. Semua kebenaran yang luas dan tak bertepi terdapat dapat Enam Paramita ini. Kita telah memilih Jalan Bodhisatwa.
Di Jalan Bodhisatwa ini, kita mempraktikkan dana, disiplin moral, kesabaran, semangat, konsentrasi, dan kebijaksanaan. Inilah yang kita lakukan. Bagaimana cara berdana? Ada banyak cara untuk berdana.
Bagaimana menentukan cara yang tepat? Bagaimana kita mengetahui seseorang sungguh membutuhkan bantuan atau tidak? Bagaimana kita mengetahuinya? Ada pula orang yang enggan menerima bantuan. Apa yang harus kita lakukan?
Kita harus terus mencurahkan cinta kasih dan berinteraksi dengannya hingga dekat dengannya seperti keluarga sendiri. Jadi, mereka dapat merasa tenang saat menerima bantuan dari kita karena menganggap kita sebagai keluarga.
Saat mereka membutuhkan sesuatu, mereka akan memberi tahu kita dan merasa tenang saat menerima bantuan kita. Jadi, saat ada orang yang membutuhkan, tetapi mereka menjaga jarak dengan kita dan bersikeras enggan menerima bantuan, relawan kita akan berusaha untuk mengubah pola pikir mereka agar mereka dapat akrab dengan kita seperti keluarga sendiri dan bersedia menerima bantuan tanpa ada rasa tidak tenang.
Ini juga membutuhkan kebijaksanaan, kesabaran, dan cinta kasih universal. Jadi, orang yang memberi dan menerima bantuan sama-sama merasa tenang. Kita harus menggunakan kesungguhan hati dan berbagai cara dalam berdana.
Pada masa pandemi COVID-19 ini, insan Tzu Chi di berbagai negara membagikan beras, minyak, garam, dan lain-lain untuk menenteramkan hati orang-orang yang sangat kekurangan dan terancam kelaparan karena kehilangan pekerjaan. Inilah yang disebut menenteramkan hati dan menolong warga kurang mampu.
Saat ada orang yang mengalami kesulitan, kita menenteramkan hati mereka dan membantu mereka mengatasi kesulitan.
“Suami saya sudah lama tidak bekerja. Tanpa penghasilan, kami tidak bisa bertahan hidup. Saat ini, meski bisa menarik penumpang, jumlah penumpang juga terbatas. Kami harus mengandalkan bantuan kerabat atau membiarkan anak kami mengemis, baru bisa makan,” kata Palac Lehoney anggota keluarga sopir jeepney.
“Setelah muncul pandemi COVID-19, saya kehilangan pekerjaan. Istri saya juga terjangkit COVID-19. Jadi, beberapa bulan sebelumnya sungguh sulit bagi kami. Saya berterima kasih kepada Tzu Chi, terlebih kepada Master Cheng Yen, atas bantuan yang diberikan pada kami. Semoga Tuhan memberikan berkat yang berkali lipat pada kalian semua,” kata Elenor Dorado Sopir jeepney.
“Pandemi COVID-19 membuat kami sangat menderita. Banyak sopir yang putus asa dan tidak tahu bagaimana menafkahi keluarga. Beruntung, di saat seperti ini, kami bertemu dengan Tzu Chi. Terima kasih atas bantuan yang kalian berikan. Setiap keluarga yang menerima bantuan hari ini sangat gembira,” kata Bernard Manalang sopir jeepney.
Insan Tzu Chi bersumbangsih bagi dunia dengan penuh welas asih. Di saat seperti ini, relawan kita menenteramkan hati dan menolong warga kurang mampu. Kita berusaha untuk menjaga ketenteraman negara, menjaga kestabilan masyarakat, dan melindungi orang-orang agar selamat dari pandemi kali ini. Inilah kebijaksanaan. Ini disebut menyelami kebenaran dan mempraktikkannya. Kita melakukannya dengan hati yang tulus. Inilah yang disebut perbuatan benar.
Selain itu, kita juga menaati aturan dan memperoleh keyakinan orang-orang. Mereka berkata, "Tzu Chi tidak asal-asalan dalam memberikan bantuan. Kita bisa percaya pada organisasi ini. Mereka bersumbangsih dengan cinta kasih agar warga kurang mampu tidak kelaparan. Mereka juga sungguh-sungguh menaati aturan yang dikeluarkan oleh pemerintah." Jadi, kita selalu tulus, benar, yakin, dan sungguh-sungguh.
Jadi, kita harus tulus kembali ke arah yang benar.
Berhubung kita menyelami kebenaran dan mempraktikkannya, hati kita beralih dari kegelapan ke kecemerlangan. Artinya, kita tahu jelas tentang arah tujuan kita. Beralih dari kegelapan ke kecemerlangan berarti kita memiliki arah tujuan yang jelas dan benar.
Tulus berarti tidak asal-asalan. Dengan tulus, kita beralih dari kegelapan ke kecemerlangan, yakni menuju arah yang benar.
Berhubung menapaki Jalan Bodhi yang benar, kita memiliki pikiran yang jernih. Kita tidak membiarkan warga kurang mampu kelaparan dan memastikan bahwa mereka dapat mengambil barang bantuan seperti biasa. Inilah Jalan Bodhi yang benar. Ini karena kita yakin pada ajaran Buddha.
Keyakinan adalah ibu dari segala pahala. Buddha datang ke dunia ini untuk mengajarkan praktik Bodhisatwa. Kita memiliki keyakinan yang mendalam terhadap praktik Bodhisatwa. Praktik Bodhisatwa bukan sesuatu yang mustahil. Kita telah mempraktikkannya. Jadi, kita harus memiliki keyakinan mendalam terhadap Dharma yang menakjubkan.
Asalkan memiliki tekad, maka tiada rintangan yang dapat menghentikan kita. Membantu orang-orang mengatasi kesulitan dengan tetap menaati protokol kesehatan, ini juga membutuhkan kebijaksanaan dan Dharma yang menakjubkan.
Kita juga harus sungguh-sungguh bersumbangsih seperti biasa. Dengan kesungguhan, kita berdana serta mengasihi dan melindungi warga kurang mampu seperti biasa. Kita menaati aturan dan tetap bersumbangsih seperti biasa.
Suciwan dan makhluk awam ialah sama. Suciwan ialah para Buddha dan Bodhisatwa. Dalam meneladan Buddha, kita harus memiliki hati Bodhisatwa. Tujuan kita ialah mencapai kebuddhaan.
Kita harus terus melangkah maju hingga mencapai kebuddhaan. Jadi, meski merupakan makhluk awam, kita juga mengembangkan kebijaksanaan dan melakukan hal yang seharusnya dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Jadi, suciwan dan makhluk awam ialah sama.
Makhluk awam mempelajari ajaran suciwan dan ajaran suciwan tak lepas dari kehidupan sehari-hari makhluk awam. Keduanya sama-sama menolong dunia ini. Jadi, dalam hal ini, tiada perbedaan antara suciwan dan makhluk awam.
Bodhisatwa sekalian, kalian harus bersungguh hati menyerap Dharma ke dalam hati dan tahu apa yang harus kalian lakukan. Kita harus menapaki Jalan Bodhisatwa dalam kehidupan sehari-hari karena ajaran Buddha memang terdapat dalam keseharian kita.
Berdana dan membimbing orang-orang ke arah yang
baik
Menenteramkan hati dan menolong warga kurang
mampu
Menyelami kebenaran dan mempraktikkannya
Memiliki keyakinan mendalam dan berpegang teguh pada
Dharma
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 12 Oktober 2020